"Apakah dia mencurigaiku?" batin Alex. Ia mencoba untuk bersikap setenang mungkin, supaya Joy tidak semakin curiga dan banyak bertanya kepadanya.
"Hah? Apa maksudmu?" tanya Alex.
"Nggak kok, kak, bercanda. Lagian, kakak banyak berubah. Kak Rey jadi nggak asik, jadi batu, kayak kulkas. Nggak banget deh, pokoknya," jelas Joy.
Akhirnya Alex bisa bernapas dengan lega, karena kebusukannya tidak terbongkar.
"Maaf, ya. Soalnya kakak sibuk banget, jadi kurang ada waktu sama kalian semua. Ya kamu, ya Naina, semuanya," ucap Alex. Benar-benar perkataan yang dikemas dengan manis. Tapi Joy tidak seperti Naina yang dengan mudah begitu saja percaya dengan kata-kata manis.
"Alasan. Kamu seperti pembohong," batin Joy.
***
Pagi pun tiba. Rey sudah siap untuk berangkat ke rumah sakit. Bi Sri, Alex dan Joy menginap di rumah sakit semalam. Mereka juga sudah bersiap-siap untuk pulang siang nanti.
"Kamu yakin mau p
Sepertinya cuaca di siang hari ini sangat terik. Sudah satu minggu sejak Naina dirawat. Kini kondisinya sudah stabil.Hari ini Naina memutuskan untuk mengajak Rey berbincang-bincang dengannya. Naina menganggap Felix alias Rey, sudah seperti sahabatnya sendiri. Kini mereka tengah asyik berbincang-bincang di ruang keluarga. Naina terlihat seperti sudah kenal lama dengan supirnya alias Rey. Ia terlihat begitu nyaman dengan Rey. Perbincangan mereka pun terasa menyatu dan tersambung satu sama lain, tidak seperti jika Naina berbicara dengan Alex. Mereka berdua terlihat agak sedikit kaku. Jelas saja, Alex adalah orang asing. Ntah lah, kapan parasit ini akan pergi."Nona, apakah kau tahu. Aku dulu sangat suka memakan buah durian. Jika saja buah itu boleh dimakan dengan porsi yang banyak, maka aku akan menghabiskan satu bak buah durian yang sudah dikupas," ucap Rey sambil melamuti tangannya yang terkena durian.Naina pun tersenyum melihat tingkah Rey. I
Rey merasa terkejut dengan semua ucapan David. Ia benar-benar tidak percaya, bahwa ada orang sebodoh itu untuk melakukan suatu hal. Amarahnya kembali tersulut. Entahlah, sepertinya semua orang selalu membuatnya mendidih. Rey juga bingung dengan nasibnya. Terkadang, ia menertawakannya, terkadang ia menangisi takdirnya."Benar-benar keterlaluan, Alex sukelex," ucap Rey.Rey sedang berada di tempat huninya. Hanya tempat itu lah yang paling aman untuk saat ini, jika digunakan untuk menerima telepon."Rey, kamu nggak boleh kayak gitu. Kamu nggak boleh mengubah-ubah nama orang,"tegur David."Biarin. Kalau dia mah nggak apa-apa digituin, emang pantes," balas Rey."Jalan satu-satunya itu cuma kamu balikan sama Naina. Usir si otak udang itu dari rumah," ucap David."Semuanya nggak semudah ngebalik telapak tangan, Vid.""Huh, iya juga. Tapi kamu besok harus datang ke kantorku gimana pun caranya.""Iya
Keesokan harinya, Alex terlihat sangat murung karena dirinya dilabrak oleh Bara. Bahkan Naina pun ia diamkan. Pagi hari itu Naina menyindirnya hingga membuat Alex semakin marah."Harusnya aku yang marah. Bukan kamu," ucap Naina dengan datar."Duh, tolong kamu diem. Aku lagi nggak mau ditanya-tanya apalagi diganggu," ucap Alex. Ia mengernyitkan dahinya dan meninggalkan Naina yang masih ada di atas kasur.Alex menuruni anak tangga secara perlahan sambil melamun. "Gimana caranya buat bayar mereka," batin Alex.Saat sudah selesai menuruni anak tangga, tak sengaja Rey menyenggol tubuhnya. Hal itu tentu saja membuat Alex semakin marah. Ia melampiaskan semua kekesalannya pada Rey. Di pagi hari libur
Setiap hubungan, haruslah mempunyai suatu landasan utama. Yaitu cinta dan kepercayaan. Jika kedua komponen utama itu tidak terpenuhi, maka dapat dipastikan hubungan itu akan sangat rapuh.Hubungan Naina dengan Rey juga bisa disebut rapuh, karena salah satu dari mereka tidak percaya dengan pasangannya sendiri.***Keesokan paginya, Rey mulai mencari bukti yang menyatakan bahwa Naina tidak bersalah. Rey sangat berharap kali ini ia mengikuti jalan yang benar. Akan tetapi, ia juga merasa takut jika akhirnya akan merasa lebih kecewa, karena tidak percaya pada Naina dan malah membiarkannya bersama dengan pria lain.Rey berdiri di atas balkon lantai tiga. Ia melihat mobil Alex yang sudah meninggalkan rumah. Langsung sa
Mendengar teriakan Naina, Rey menoleh ke belakang. Sorot matanya terlihat sangat sedih dan pasrah. Ia menatap Naina dengan perasaan bersalah. Perlahan Rey melangkah mendekati Naina. Naina menatap Rey dengan penuh rasa kasihan. Ia juga bingung dengan perasaan anehnya ini. "Naina," lirih Rey. Ia terus mendekat ke Naina dengan perlahan sambil mengusap matanya yang basah. Dengan spontan Rey memeluk Naina dengan sangat erat. Naina merasa bingung dengan semua ini. Dengan ragu ia membalas pelukan Rey. Rey yang merasakan pelukan dari Naina memeluknya lebih erat lagi. Dirinya memejamkan mata sambil memaki dan meminta maaf kepada dirinya sendiri dalam hati. "Maaf, maaf," batin Rey. "Felix? Ada
Melihat benda melingkar di jari manis Rey, Naina teringat akan suatu hal. Ya, dia sangat ingat bagaimana dirinya mendapatkan cincin yang ada di jarinya. Dirinya juga ingat, bahwa ia dengan Rey mempunyai cincin yang sama persis, seperti yang Rey pakai.Cincin itu sudah dilepas sejak kala itu, karena ia menyadari bahwa Naia pasti akan melontarkan begitu banyak pertanyaan kepadanya. Sejak Rey menyadari kesalahannya, ia memutuskan untuk mengenakan cincin itu kembali. Namun, hal itu menjadi sebuah kecerobohan yang besar bagi Rey.Naina begitu penasaran melihat benda itu, ia langsung bertanya kepada Rey. "Maaf, dari mana kamu dapat cincin itu?" tanya Naina.Rey terpaku mendengar pertanyaan itu. Matanya melebar. Begitu juga dengan Bi Sri. 
Pikiran Rey sangat kacau. Ia bingung untuk menentukan hal ini. Apakah dirinya harus memberitahu sebuah peristiwa yang menimpanya kepada Naina? Atau diam untuk sementara waktu?"Mungkin saja jiwanya tertukar dengan diriku," ucap Rey sembari tertawa kecil."Duh, bingung jadinya," balas Naina.Naina tidak bisa diam karena merasa aneh kepada suaminya saat ini, atau sebut saja dia suami palsu. Sepertinya ia merencanakan sesuatu.***Rey merasa heran. Mengapa semua orang tidak menyadari suara Alex sangat berbeda dengan dirinya. Apakah semua orang terkena mantra sihir? Hal ini benar-benar sangat membingungkan baginya. Tidak, ada satu orang
Setelah berpikir panjang, Alex memutuskan untuk mencari tahu segalanya tentang Rey lewat David. Lantas, apakah David akan memberitahu informasi mengenai Rey?***Setelah makan malam selesai, Alex meminta nomor telepon David kepada Naina dengan alasan ponselnya yang rusak.Alex meletakkan garpu serta sendok makan di atas piring dengan rapi. Matanya melirik ke arah Naina yang masih mengunyah makanannya. Ia mencoba mengatur napasnya sedemikian rupa agar tidak terlihat gugup."Na, boleh aku minta nomor telepon David?" pinta Alex.Bi Sri yang tengah makan pun langsung menatap tajam Alex dengan penuh curiga. "Rencana apalagi ini," batin Bi Sri."Loh, 'kan kamu udah punya," jawab Naina."Hp aku rusak. Waktu hpnya dibenerin, datanya juga pada ilang, termasuk nomor telepon."Naina mengangguk pelan mengiyakan permintaan Alex."Mau buat rencana apalagi dia? Aku harus kasih tau Rey," batin B
Naina terus menunggu pesan darinya berharap dia akan mengirimnya sebuah berita baik."Bagaimana dengan bulan madumu?" celetuk Bibi Sri yang tengah menyisir rambut Naina di balkon kamar Naina. Bibi Sri sangat senang sekali menyisir rambut Naina. Naina terus sibuk dengan ponselnya."Na?""Ah, iya, Bi. Ada apa?""Kamu ngeliatin apa, sih? Sampai-sampai nggak merhatiin Bibi ngomong.""Nggak ada apa-apa, Bi. Bibi tadi tanya apa?""Kamu nanti sore mau makan apa?" Bibi Sri mengganti topik pembicaraannya, karena merasa sudah tidak tertarik untuk membicarakan topik awal tadi."Hmm ... Aku ingin sop ayam, Bi. Sop buatan Bibi, 'kan enak."Sebuah notifikasi pesan masuk dan itu dari Alex. Alex: Temui aku jam sepuluh di cafe pelangi. Aku punya kabar baik untukmu. Kedua mata Naina berbinar seperti mendapatkan kabar dirinya memenangkan lotere. Naina: Kenapa tidak sekarang aja? Alex: Kalau kamu bisa sekarang ya nggak apa-apa. Naina langsung berdiri dan membuat Bibi Sri yang sedang memainkan rambu
Bara, Sella, Naina, dan Rey sampai di rumah Pak Wijaya pada malam hari. Mereka menggunakan mobil yang berbeda-beda bersama pasangan masing-masing.Pesan Joy kemarin berisi: Jika kalian ingin terus berjalan dengan tenang dalam hidup, maka datangilah aku di rumah Papa. Aku mempunyai sebuah hadiah besar untuk kalian. Masing-masing akan mendapatkan satu hadiah dariku. Bahkan, kalian mendapatkan pesan yang sama. ***Mereka berempat bersama-sama masuk ke dalam rumah. Mereka mencari Joy di mana-mana. Bahkan, rumah terlihat sangat sepi. Tak ada batang hidung seorang pun yang nampak. "Apa yang Joy mau," batin Bara. Ia terlihat sangat gelisah. Ia takut, apakah Joy menemukan ruang rahasianya. Naina memerhatikan Bara yang terlihat gelisah. Ia pun tersenyum tipis. "Joy!" teriak Rey. "Apa-apaan ini? Apakah kita sedang dipermainkan?" tanya Sella. "Diamlah. Aku sangat kenal Joy," balas Naina. Mereka pun kembali di ruang tamu. Dan tiba-tiba semua lampu mati dan ruangan menjadi gelap. "Lelucon
Alex berhenti memikirkan hal yang terjadi waktu itu. Ia pun memutuskan untuk mengirimkan sebuah pesan kepada Naina. Alex: Maaf, Na. Mungkin selama ini aku telah menjadi seorang monster bagimu. Mungkin sulit untuk mempercayaiku. Tapi percayalah. Aku benar-benar sangat menyesal atas segala perbuatanku selama ini. Maukah kamu memaafkanku? Sebagai balasannya, aku akan memberitahukan dirimu siapa itu pria bertopeng. Dialah yang sudah menghasutku untuk melakukan semua hal yang memalukan dan menjijikan itu. Aku merasa sangat malu sekarang. "Semoga Naina mau membaca pesanku ini," ucap Alex. Naina menghela napas lega membaca pesan dari Alex. Akhirnya, Alex menyadari semua perbuatannya selama ini salah. "Sebenarnya aku masih merasa takut kepada dirimu. Tapi, aku tidak mau menjadi seorang pendendam dan penuh kebencian seperti Bara," batin Naina. Ia pun membalas pesan Alex. Naina: Aku sudah tahu siapa itu pria bertopeng. Saat ini aku sedang bingung apa yang akan aku lakukan untuk melawan diri
Pak wijaya mengumumkan akan membagikan warisan. Hal itu membuat telinga Bara menjadi segar. Inilah yang ia nanti-nantikan selama ini. Bara pun merasa sudah tidak memerlukan Sella lagi sebentar lagi. Sandiwaranya akan segera berakhir dan tamat.Bara menari-nari di dalam ruangan rahasianya sambil bernyanyi gembira. "Inilah yang aku nantikan selama ini. Tinggal dua langkah lagi, aku akan menamatkan semua permainanku selama ini." Bara melangkah mendekati bingkai foto Bu Diana. Bara mengambil bingkai itu dan mengusapnya. "Maafkan aku, Ma. Semua ini harus kulakukan. Aku memang egois. Tapi, ada orang lain yang lebih egois dan kejam melebihi diriku yang membuatku terpaksa melakukan semua ini," ucap Bara. ***Sesudah kejadian Alex yang menculik Naina, pikirannya mulai terbuka.Pada saat dirinya dan Naina berada di dalam kamar Alex. Naina mengatakan sesuatu yang membuat hati Alex menjadi goy
Sudah satu minggu sejak insiden Alex dan Sella yang menculik Naina dan Joy. Hal yang paling aneh menurut Joy adalah, ia diperintahkan untuk tutup mulut tidak menceritakan hal besar itu kepada siapapun, apalagi Rey. Joy pun marah kepada Naina sampai tiga hari, karena itu. Sore ini Naina tengah duduk bersantai di balkon lantai tiga sambil melukis. Sudah lama sekali dirinya tidak melakukan kegiatan itu. Joy mencari Naina di mana-mana dan menemukannya di atas balkon yang sedang duduk melukis Bibi Sri. Bibi Sri terlihat sangat lelah dan pegal, karena harus mempertahankan posisinya supaya tidk berubah. "Apakah ini belum selesai? Kamu ini ngerjain orang tua aja, Na," ucap Bibi Sri. "Sedikit lagi selesai, Bi."Joy berjalan cepat mendekati Naina. Ia pun mengejutkan Naina. "Dor!"Kuas yang sedang dipegang oleh Naina terpelas dari tangannya. Untung saja tidak terkena lukisannya yang sudah jadi. Jika sampai itu mengenai lukisannya, maka
"Sudah dua hari sejak sandiwaramu itu berakhir. Kamu betah berada di sini? Nggak mau pulang?" tanya Naina kepada Joy yang sedang duduk meminum teh di ruang keluarga.Joy meletakkan cangkir di atas meja. "Kakak ngusir aku, nih?""Bukan gitu, Joy." Lantas dia menarik kata-katanya tadi setelah mengingat ancaman Bara. "Eh, kamu lebih baik di sini aja sama kakak. Lagi pula kakak nggak ada temen ngobrol.""Nah, itu dia. Aku juga nggak ada temen di sana. Membosankan berada di rumah sendirian."***Alex dan Sella sedang menunggu Naina di Mall yang biasa dia kunjungi untuk berbelanja. Sudah dua jam mereka menunggu di dalam mobil sampai suntuk. Sella pun sampai tertidur, karena menunggu terlalu lama. "Apakah kamu yakin dia akan ke sini?" Kedua mata Alex berkeliling area parkir. "Ini sudah dua jam dan kita belum melihat tanda-tanda kedatangannya." Alex menoleh ke arah Sella dan melihat Sella yang sedang tertid
Naina terus melangkah maju mencari Bara. Dan tiba-tiba dari belakang ada seseorang yang menepuk pundaknya. Naina terperanjat kaget dan berbalik badan melihat siapa yang menyentuh pundaknya. Matanya membesar ketika melihat Bara yang sedang berdiri di hadapannya saat ini. Bara menarik tangan Naina dan memojokkan dirinya di tembok. Jantung Naina berdegup kencang. Ia merasa sangat takut. Baru pertama kalinya Bara menyentuh dan bersikap seperti itu kepada dirinya. Naina tak bisa mengucap satu patah kata pun. Yang bisa ia lakukan hanya diam membisu, karena merasa ketakutan."Apakah kamu mengikutiku?" tanya Bara. Naina menggeleng. "Nggak, Kak.""Jangan bohong. Ngaku aja."Naina masih tetap teguh pada jawaban pertamanya. "Nggak, Kak.""Semua yang kamu lihat dan kamu dengar itu tidak salah. Itu semua benar. Jadi, apa yang akan kamu lakukan setelah ini?" Naina menjadi berkeringa
Perusahaan Rey saat ini tengah mencapai puncak kejayaan. Dia bisa membuat Sakha Wijaya menjadi peringkat kedua perusahaan keluarga terkaya di Indonesia. Mengetahui hal itu, tentu saja Pak Wijaya merasa sangat bangga kepada putra keduanya itu. Pada pagi ini Pak Wijaya tengah membaca berita lewat ponsel di rumahnya. Dan ia merasa terkejut serta bangga, setelah mengetahui, bahwa keluarganya kini menjadi top dua terkaya di Indonesia.Hal itu membuat Pak Wijaya berencana ingin merayakannya bersama keluarga. ***Setelah Sella pergi dari rumah Rey, ia pun segera mencari seorang suster atau dokter yang mau merawat adiknya di rumahnya. Apalagi yang Joy tunggu? Bukankah Sella telah pergi dari sana? Kenapa dia tidak mengakhiri saja sandiwara ini. Naina masuk ke dalam kamar Joy dan membangunkan dirinya. "Joy ... Joy," panggil Naina sambil menggoyangkan tangan Joy. Joy membuka ke
Rey tak mempedulikan segala perkataan Sella. Rey tetap fokus dengan Naina. Ia pun menggendong Naina dan membawanya ke kamar.Sella terus mengekori Rey dari belakang sambil terus berbicara tanpa henti. Ia berbicara sambil menahan air matanya yang hendak tumpah membanjiri wajahnya."Rey apakah kamu mendengarku? Jawab aku Rey. Aku minta maaf. Bagaimana caranya agar kamu mau memaafkan diriku?" Sella terus mengulangi perkataan itu berkali-kali.Naina menjadi tidak tega melihat Sella yang terus memohon seperti itu. Ia menatap wajah Rey yang menggambarkan dirinya saat ini sedang marah besar. "Rey dengarkanlah Sella," ucap Naina.Rey seperti orang tuli. Ia tak mendengarkan segala perkataan Naina. Ia