Melihat benda melingkar di jari manis Rey, Naina teringat akan suatu hal. Ya, dia sangat ingat bagaimana dirinya mendapatkan cincin yang ada di jarinya. Dirinya juga ingat, bahwa ia dengan Rey mempunyai cincin yang sama persis, seperti yang Rey pakai.
Cincin itu sudah dilepas sejak kala itu, karena ia menyadari bahwa Naia pasti akan melontarkan begitu banyak pertanyaan kepadanya. Sejak Rey menyadari kesalahannya, ia memutuskan untuk mengenakan cincin itu kembali. Namun, hal itu menjadi sebuah kecerobohan yang besar bagi Rey.
Naina begitu penasaran melihat benda itu, ia langsung bertanya kepada Rey. "Maaf, dari mana kamu dapat cincin itu?" tanya Naina.
Rey terpaku mendengar pertanyaan itu. Matanya melebar. Begitu juga dengan Bi Sri.
 
Pikiran Rey sangat kacau. Ia bingung untuk menentukan hal ini. Apakah dirinya harus memberitahu sebuah peristiwa yang menimpanya kepada Naina? Atau diam untuk sementara waktu?"Mungkin saja jiwanya tertukar dengan diriku," ucap Rey sembari tertawa kecil."Duh, bingung jadinya," balas Naina.Naina tidak bisa diam karena merasa aneh kepada suaminya saat ini, atau sebut saja dia suami palsu. Sepertinya ia merencanakan sesuatu.***Rey merasa heran. Mengapa semua orang tidak menyadari suara Alex sangat berbeda dengan dirinya. Apakah semua orang terkena mantra sihir? Hal ini benar-benar sangat membingungkan baginya. Tidak, ada satu orang
Setelah berpikir panjang, Alex memutuskan untuk mencari tahu segalanya tentang Rey lewat David. Lantas, apakah David akan memberitahu informasi mengenai Rey?***Setelah makan malam selesai, Alex meminta nomor telepon David kepada Naina dengan alasan ponselnya yang rusak.Alex meletakkan garpu serta sendok makan di atas piring dengan rapi. Matanya melirik ke arah Naina yang masih mengunyah makanannya. Ia mencoba mengatur napasnya sedemikian rupa agar tidak terlihat gugup."Na, boleh aku minta nomor telepon David?" pinta Alex.Bi Sri yang tengah makan pun langsung menatap tajam Alex dengan penuh curiga. "Rencana apalagi ini," batin Bi Sri."Loh, 'kan kamu udah punya," jawab Naina."Hp aku rusak. Waktu hpnya dibenerin, datanya juga pada ilang, termasuk nomor telepon."Naina mengangguk pelan mengiyakan permintaan Alex."Mau buat rencana apalagi dia? Aku harus kasih tau Rey," batin B
Setelah mendengar semua cerita dari Rey. Naina merasa seperti tahu mengenai cerita itu. Rasanya seperti tidak asing. Seperti, dirinya pernah mengalami hal yang sama. Ya, ia langsung teringat dengan kisahnya dulu bersama Rey. Rey menceritakan awal mula mereka bertemu dan bagaimana mereka hampir tidak bisa bersama dikarenakan Naina yang akan dijodohkan dengan anak dari teman Ayahnya."Cerita yang aku dengar darimu sama persis dengan apa yang pernah aku alami. Bolehkah aku tahu namanya?" ucap Naina."Maaf, tapi aku tidak bisa memberi tahu soal ini kepada nona.""Oke, fine. Aku tahu, semuanya emang nggak perlu tahu tentang dirimu."***Alex berjalan masuk ke dalam rumah dengan penuh semangat dan senyum yang lebar. Di tangan kanannya terdapat pesanan Naina tadi. Alex melangkah dengan cepat menuju kamar dengan penuh harapan Naina akan menyukainya dan akan memeluknya. Namun sayang seribu sayang, Naina tidak ada di sana dan sedang bersama Rey d
Semua orang tidak membenarkan sebuah perselingkuhan. Tetapi, jika Naina menyukai supirnya yang ia ketahui sebagai Felix padahal Rey, apakah salah dan sebuah perselingkuhan?Perasaan Naina semakin tidak karuan. Dirinya merasa mulai tertarik dengan supirnya itu, tetapi ia belum sepenuhnya menyadari tentang perasaan itu. Naina menyukainya, karena merasa dia adalah Rey, bukan Felix.***Naina berbaring di lantai dengan kepalanya yang berada di atas paha Alex. Alex mengelus rambut Naina dengan lembut dan sesekali mengelus pipinya juga. Malam ini terasa sangat sunyi. Sedari tadi ia hanya berbaring terdiam sembari memegang erat tangan Alex."Maaf, aku salah," lirih Naina. Alex tersenyum dan mencium kening Naina
Lagi dan lagi. Pria itu selalu saja mengusik keluarga Wijaya. Kali ini dirinya berencana untuk mencelakai salah satu anggota keluarga Wijaya. Siapa sasarannya setelah Rey? Apakah ia akan sasarannya masih tetap Rey?Pria bertopeng itu saat ini berada di ruangan minim cahaya. Setelah mendapat sebuah panggilan telepon dari seseorang, ia langsung mengepalkan tangan dan memukul tembok di dekatnya. Rahangnya mengeras dan langsung merobek-robek foto keluarga Wijaya."Apakah semuanya belum cukup? Rey Wijaya," ucap pria bertopeng.****Tiga ribu lima ratus rupiah. Uang Rey kini hanya tersisa itu saja di dompetnya. Wajahnya terlihat murung dan langit pun ikut mendung. Sepertinya pagi ini akan turun hujan deras. Ah
Pria bertopeng ini sepertinya sangat tahu letak setiap benda di setiap sudut rumah Rey. Bagaimana tidak. Buktinya, ia tahu ada sebuah lampu yang berukuran cukup besar di ruang keluarga. Dan lebih detailnya lagi, ia tahu kebiasaan setiap orang di sana. Ah, lupa. Dirinya tahu tentang semua orang yang berada di rumah itu sebab Udin dan satpam di rumah Rey.Rencananya pria bertopeng selalu berhasil. Kecuali, membunuh Rey. Tuhan juga maha tau, mana yang benar dan mana yang salah. Ia akan selalu melindungi umatnya yang tidak bersalah dan selalu berada di jalan kebenaran.Bagaimana cara Udin mencelakai Bi Sri? Ceritanya seperti ini, tinggi ruangan keluarga tersebut tidaklah begitu tinggi. Sehingga, tentu saja jarak lampu dengan kita tidak terlalu jauh. Pada pagi hari sebelum semua orang terbangun, Udin mengendurkan lampu itu men
Biarkan rasa ini tumbuh dengan sendiri sampai sebesar alam semesta, atau hancurkan seperti bubur saja?Naina semakin merasa getaran itu semakin nyata. Awalnya setitik, mengapa sekarang sudah sebesar pantai cantik?****Pagi hari yang cerah adalah waktu yang baik untuk berolahraga. Sudah lama sekali Naina tidak berolahraga semenjak kehamilannya dulu. Pagi ini, ia memutuskan untuk joging di sekitaran rumah. Langkahnya terhenti ketika melihat sebuah bunga mawar merah yang sangat indah. Kemudian, ia memetik dan mencium aroma yang begitu harum yang ditimbulkan oleh si merah cantik itu."Mawar merah," ucap Naina dan kemudian tersenyum.Sebuah angin kecil membuat rambutnya berterbangan dan menutupi sedikit wajahnya. Ia menyipitkan mata memastikan apa yang dia lihat ini adalah benar. Dia melihat Rey sedang meregangkan tubuhnya di balkon lantai tiga rumahnya. Perlahan sebuah senyuman indah muncul di bibirnya. Ia menggeleng-gelengkan kepala sambi
Rey meletakkan Naina di atas kasur. Matanya mengelilingi ruangan yang sangat tidak asing baginya. Ia merasa senang, karena setelah sekian lama dirinya bisa menginjakkan kaki di kamarnya sendiri. Kemudian, ia menyelimuti tubuh Naina dengan selimut dan mengusap pelan kepala Naina. Rey merasa ragu-ragu untuk menyentuh pipi putih nan lembut Naina. Ia mengurungkan niatnya untuk itu dan tangan yang tak jadi untuk menyentuh Naina mengepal."Selamat tidur," bisik Rey.*****Bi Sri membuka gorden kamar Naina. Hal itu menyebabkan cahaya matahari masuk dan menyilaukan. Naina yang merasa terganggu dengan cahaya itu terbangun dari tidurnya.Naina duduk bersandar si kasurnya. Ia mengusap perlahan wajahnya. Matanya masih terasa berat, karena ia tak terbiasa tidur malam. Kecuali, begadang untuk menonton film. Itu pun jarang dilakukannya. Ia hanya melakukan itu jika tidak bisa tidur.Perlahan ia membuka lebar kedua matanya. Matanya menyisir