Share

Good Morning Pak Dosen (Series 3)
Good Morning Pak Dosen (Series 3)
Author: Soffia

BAB : 1

Author: Soffia
last update Last Updated: 2021-09-20 18:21:22

Malam Minggu, adalah malam yang sangat keren bagi Dira. Karena ia bisa bertemu dan kencan dengan Leo, yang saat ini berstatus sebagai kekasihnya.

Ya, keduanya bisa dikatakan bertemu setiap hari di kampus, tapi, sikap Leo padanya akan berbeda 400 derajat jika berada di kampus. Luar binasa, bukan. Yang jelas, kalau hanya berdua dengan Dira, sikap manis Leo akan muncul. Tapi, kalau sudah ada orang ketiga, setan didalam dirinyalah yang mendominasi.

"Sekarang kita kemana lagi?" tanya Leo saat keluar dari cafe setelah makan malam berdua dengan Dira.

"Shooping," jawab gadis itu langsung bersemangat.

Leo seketika langsung menghentikan langkah kakinya saat mendengar kalimat itu.

"Kenapa?" tanya Dira yang ikut terhenti. "Nggak mau nemenin aku?"

"Ada yang lain, nggak? Shooping itu membuang-buang waktu, membuang-buang uang ... mending kita ke toko buku aja. Baca buku, bisa nambah ilmu," jelasnya panjang memberi solusi.

Dira mendengus mendengar pernyataan Leo. Haruskah hidupnya juga ikut bergelut dengan buku seperti cowoknya ini? Cukup di jam kuliah saja ia harus fokus ke buku, di jam bebas jangan lagi.

"Leo, bisakah kamu nggak mengurusi buku di luar jam kuliah," rengek Dira. 

Jujur saja, Leo sedikit tersentak saat Dira menyebut namanya. Pasalnya, biasanya gadis itu pasti akan memanggilnya dengan embel-embel, Bapak, Pak, atau apalah itu. 

"Saat ini, di waktu ini ... status kamu itu adalah pacar aku. Jadi, jangan bersikap seperti seorang dosen. Ntar, di kampus nggak apalah bersikap kayak gitu. Oke."

"Tapi, Ra ..."

Dira langsung saja menarik tangan Leo untuk pergi dari sana. Baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba saja seseorang menabraknya. Gilanya lagi, segelas minuman yang ada di tangan orang tersebut malah  mengguyur kepalanya. Spontan dong, ia berteriak histeris.

"Maaf, Mbak. Saya nggak sengaja," ucap orang tersebut meminta maaf. "Tapi, Mbak juga, sih, yang salah ... jalan nggak lihat-lihat,'' tambahnya lagi dan berlalu pergi begitu saja.

Ingin rasanya Dira berkata kasar saat itu juga. Awalnya dia minta maaf, tapi ujung-ujungnya malah nyalahin dirinya juga. Andai saja Leo tak ada di sampingnya, mungkin ia akan hajar tu orang habis-habisan. Sampai bayangannyapun nggak bakal balik ke badannya.

"Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Leo memastikan.

"Nggak apa-apa gimana, kamu nggak liat aku udah basah kuyup gini?" Dira langsung mengoceh layaknya petasan yang meletep letup.

"Lihat," jawab Leo. "Makanya aku nanya keadaan kamu. Ada yang sakit atau gimana?" tanya Leo sambil mengelap wajah Dira yang sudah cemong terkena guyuran segelas capuccino.

"Iya, hati aku sakit banget sama tu orang," geram Dira masih belum terima. Entahlah, saking kesalnya sampai sulit berkata kata umpatan apa yang cocok ia lontarkan.

"Jadi gimana ... masih mau shooping?" tanya Leo sedikit menahan senyumnya. Hanya sedang meledek kekasihnya ini, kira kira bakalan ngamuk apa enggak, ya.

Dira memasang muka cemberutnya. "Ya enggaklah, Bapak. Nggak lihat, kekasihmu ini udah kayak gini," dengus Dira kesal menunjuk ke arah kepala dan mukanya.

"Baiklah," respon Leo singkat.

"Bentar, aku ke toilet dulu. Tunggu aja di mobil." Dira berjalan meninggalkan Leo menuju toilet cafe.

Oke, sepertinya ini memang hari sialnya. Karena apa? Si toilet ternyata lagi bermasalah. Jadilah, ia kembali ke mobil masih dengan tampang lepek, kucel dan berlepotan. Ada ada saja derita nya hari ini.

"Kok masih jelek aja?" tanya Leo saat Dira kembali dengan wajah dan ekspressi yang masih sama. "Eh, maksud aku bukan gitu ..." Ia segera meralat ucapannya. Sebenarnya tak ingin mengatakan itu, tapi tiba-tiba saja bibirnya malah mengucapkannya. Jadi, apalah dayanya.

"Jangan meledek," dengus Dira langsung saja masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah dibukakan Leo.

Di dalam mobil, Dira terus saja mengumpat karena tak tahan dengan rambut dan wajahnya yang lengket. Berasa kayak habis jatuh ke dalam comberan.

"Kenapa nggak dibersihin di toilet tadi, sih?" tanya Leo.

"Toiletnya lagi rusak, Bapak," jawab Dira sambil menekankan kata 'Bapak' pada ucapannya.

Leo hanya bisa menghela napasnya singkat, ketika Dira mulai ngambek, itu artinya ia hanya bisa diam dan jangan mencoba mempwrpanjang.

Beberapa menit perjalanan, Leo menghentikan laju mobil di parkiran sebuah hotel. Tentu saja Dira bingung.

''Kenapa berhenti di sini?" tanya Dira dengan kening berkerut. 

Leo tak menjawab pertanyaan Dira. Justru ia malah turun dan membukakan pintu mobil untuk kekasihnya itu turun. "Ayok," ajaknya sambil mengamit tangan Dira untuk mengikutinya.

Leo menuju ke meja receptionist, sementara Dira cuman bengong sambil celingak-celinguk kiri kanan, serta agak takut-takut. Apalagi melihat pengunjung di hotel ini, yang bisa di bilang tak tahu malu. Masa iya mereka bebas ciuman di depan umum gitu. Ya ampun, ini hotel atau neraka, sih.

"Hei ... kenapa?"  Leo mengagetkan Dira.

Dira sedikit tersentak, karena dalam posisi bingung dan sekaligus sedang menjernihkan pandangannya karena takut terkontaminasi hal hal panas di sekitarnya.

"Kita ngapain, sih, kesini?" tanya Dira sedikit berdiri mendekat pada Leo.

"Bukannya mau bersihin badan kamu?"

"Ini hotel, bukan toilet," bisik Dira dengan nada gregetan.

"Aku tahu ini hotel. Di sekitaran sini nggak ada toilet umum. Jadi, mending ke sini aja, lebih aman. Mau mandi sekalian juga bisa kan. Telingaku pusing dengerin kamu ngoceh sepanjang jalan, nyampe rumah bisa bisa kepalaku berasap," terang Leo.

Hanya bisa diam dengan sebuah lirikan tajam mengarah pada Leo. Padahal ia mengoceh kan karena kesal, tapi ya bukan ngajakin dirinya ke hotel beginian juga kali.

"Tapi, ini hotel apaan, sih. Orang-orang di sini pada gila semua, ya. Masa iya ci ..." Belum sempat Dira menyelesaikan perkataannya, Leo langsung membekap mulutnya dan menariknya pergi menuju nomer kamar yang terletak di lantai dua.

Di perjalanan lorong lorong kamar, bahkan  sampai di depan kamar yang dituju pun, Dira sudah merasa panas dingin melihat penampakan-penampakan yang membuat otaknya sedikit bergeser. Demi apa malam minggunya harus menonton adegan mesum di depan matanya langsung.

"Yakin, nih, aman?" tanya Dira penuh curiga saat sudah berada di depan pintu kamar.

"Maksud kamu, aman dari apa? Dari aku? Aku ini cowok baik-baik. Jadi, jangan berpikiran buruk padaku. Ayo masuk," ajak Leo lagi menarik Dira untuk segera masuk ke.dalam kamar itu.

Padahal Dira memikirkan keamanan hotel ini, tapi Leo malah berpikiran lain lagi. Sudahlah, mungkin pikiran orang-orang ber'otak jenius memang begitu kali, ya. Lain yang dikatakan, lain pula yang dibahas.

Sampai di dalam ruangan yang berukuran tak terlalu besar itu, Dira hanya bisa memasang wajah luar ... menatap ke sekelilingnya.

"Di dalam kamar mandi ada handuk dan lain-lain. Ini, kamu pake kaos ku dulu," terang Leo sambil menyodorkan kaos oblong miliknya yang sengaja ia bawa dari mobil. "Rok kamu nggak kotor kan?"

Dira menggeleng menjawab pertanyaan Leo.

"Ya udah, sana mandi. Aku tunggu disini," suruh Leo yang memilih duduk di sebuah sofa.

"Tapi, aku jangan ditinggal, ya?"

"Iya," jawab Leo. "Sana," suruhnya

Dira masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badannya. Sementara Leo duduk di sofa menunggu sambil sibuk dengan ponsel.

Baru beberapa menit, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar. Tentu saja Leo bingung, siapa yang bertamu? Tapi, ia kembali berpikiran positif, mungkin saja pegawai hotel.

Berjalan perlahan dan membuka pintu kamar. Pintu terbuka dan di saat yang bersamaan juga, ekspresi wajahnya langsung berubah.

'Masalah,' batinnya mengumpat kesal.

Related chapters

  • Good Morning Pak Dosen (Series 3)   BAB : 2

    Di saat Leo sedang berhadapan dengan sesuatu yang membuatnya kaget, di saat itu juga bertepqtqn dengan Dira yang baru keluar dari kamar mandi."Yok, balik. Aku udah selesai," ajak Dira langsung menghampiri Leo yang berdiri di dekat pintu. Tapi apa yang ia dapati, justru langsung terdiam mendapati orang-orang berseragam lengkap sedang berhadapan dengan kekasihnya."A-ada apa?" tanya Dira bingung sambil menghampiri Leo dan sedikit melirik ke arah beberapa orang yang sedang berada di sana."Kalian berdua sedang apa disini?!" tanya salah satu dari mereka dengan tampang sangar."Kita cuman ...""Tunjukkan identitas kalian," pintanya memotong perkaraan Dira.Baik Dira ataupun Leo hanya bisa menurut saja, kemudian menyodorkan tanda pengenal masing-masing."Jadi, Anda seorang dosen, dan kamu mahasiswinya?" tanya dia menunjuk Leo dan Dira bergantian. "Begitukah?""Iya," jawab Leo, se

    Last Updated : 2021-09-20
  • Good Morning Pak Dosen (Series 3)   BAB : 3

    "Dira," gumam Leo segera menghampiri Dira yang saat itu masih mengemasi buku-bukunya yang berjatuhan di lantai."Eh, hai," sapanya dengan ekspressi Kikuchi. Setelah semua bukunya terkumpul, ia langsung saja berlalu pergi dari hadapan Leo tanpa meninggalkan sepatah katapun."Ra!" panggil Leo. Hanya saja panggilannya tak dia hiraukan.Awalnya Dira hendak menuju kelas, tapi sekarang dirinya tak berminat lagi. Melangkahkan kakinya menuju area belakang kampus dan menyendiri dibalik sebuah pohon besar. Untung saja bukan pohon beringin. Kalau tidak, ia pasti akan langsung menggantung lehernya di akar-akar yang berjuntaian itu.Pandangan yang tak mengenakkan barusan, benar-benar mengganggu pikirannya. Otaknya berusaha berpikiran positif, tapi tetap saja yang namanya hati akan berpikir seenaknya juga.Awalnya Dira tak ingin masuk kelas, tapi tiba-tiba Kiran malah mengiriminya pesan agar segera ke kelas. Jadilah, ia haru

    Last Updated : 2021-09-20
  • Good Morning Pak Dosen (Series 3)   BAB : 4

    "Aku mau ngajak kamu ketemu sama orang tuaku,'' ujar Leo."Hah?" Dira sedikit kaget saat mendengar ajakan Leo itu.Ia senang, karena ternyata Leo menganggap hubungan mereka serius. Tapi ia takut, gimana kalau orang tua Leo tak suka padanya? Ya, kurang lebih seperti yang dialami sahabatnya Kiran diawal perkenalannya dengan Kim, mamanya Arland."Tapi aku belum siap," ucap Dira dengan senyuman yang dipaksakan."Kenapa?""Takut.""Kenapa harus takut. Orang tuaku tak mengkonsumsi daging manusia, jadi tak perlu khawatir," jelas Leo berusaha membuat rasa takut kekasihnya ini menghilang.Leo masih sempat-sempatnya bergurau, coba saja kalau dirinya yang berada diposisi Dira. Bisa dipastikan juga akan mengalami perasaan yang sama. Bukan apa apa, hanya saja feeling nya sedikit tak baik hari ini. Dan sekarang tiba tiba Leo malah mengajak ketemu orang tua dia, semakin takutlah ia."Mobil

    Last Updated : 2021-09-20
  • Good Morning Pak Dosen (Series 3)   BAB : 5

    "Aku ingin kita putus!"Dira berucap langsung, tanpa berani menatap ke arah Leo. Jangan ditanyakan lagi bagaimana keadaan hatinya saat ini. Hancur. Seperti sebuah kertas yang direndam dalam air.Sontak, mendapat perkataan seperti itu dari Dira, membuat Leo tak percaya. "Apa yang kamu katakan. Kamu mau nyerah gitu aja?" Leo tak terima dengan keputusan buruk yang diambil oleh Dira.Dira menundukkan kepalanya sesaat, tapi kemudian kembali menatap Leo dengan wajah tegas ketika menahan hatinya yang terasa sesak. "Aku baru menyadari, kalau aku bukanlah yang terbaik buat kamu. Gadis bodoh sepertiku, tak pantas dengan mu, Leo,” jelasnya sambil menahan tangis."Aku nggak setuju!"Menarik tangannya yang masih berada dalam genggaman Leo, ketika rasa sesaknya lebih besar. "Aku tahu semua, Leo. Bu Indah, kan, yang dijodohin buat kamu?"Pertanyaan Dira lebih tertuju pada sebuah pernyataan. Buktinya, Le

    Last Updated : 2021-09-20
  • Good Morning Pak Dosen (Series 3)   BAB : 6

    Dira mendekat ke arah Leo, kemudian dengan sedikit berjinjit ia mencium bibir cowok yang beberapa waktu terakhir sudah mengisi hati dan hari harinya dengan begitu indah. Ingin rasanya menangis terisak, tapi mencoba untuk terlihat baik baik. ''Semoga kamu bahagia," ucapnya lirih dan segera berlalu dari hadapan Leo, masuk ke dalam mobil ... meninggalkan dia yang masih diam membisu di posisinya. Seakan hanya mimpi ... gadis yang membuatnya benar benar jatuh cinta, kini justru memilih pergi dan mengakhiri hubungan dengannya. Apa ini sebuah karma, karena sebelumnya ia begitu menolak Dira. Kini saat cinta ia berikan, justru dibuat patah. Hujan turun, ketika Leo masih berdiri mematung menatap kepergian Dira. Berharap sedihnya bisa hilang di bawah guyuran air hujan, tapi ternyata tidak. Seakan ingin menangis rasanya, tapi mungkin cuaca sudah lebih dulu memahami dirinya ... hingga jatuh membasahi bumi.

    Last Updated : 2021-11-19
  • Good Morning Pak Dosen (Series 3)   BAB : 7

    Dira yang kalutpun, langsung menggedor-gedor kaca mobil hingga si pemilik mobil yang ada di dalamnya, keluar."Heh! Apa-apaan ini!" bentaknya di hadapan Dira."Reino! Kamu yang apa-apaan! Bisa-bisanya ciuman sama cewek lain di dalam mobil, aku ini pacar kamu!" balas Dira."Hah, pacar," ucap Reino sambil tertawa licik. "Aku kan udah bilang waktu itu. Dira, kamu mau nggak jadi pacar aku, mumpung hatiku belum ada yang ngisi. Tapi lihat sekarang, hatiku udah ada yang ngisi," tunjuknya ke arah cewek yang masih duduk di dalam mobil."Kamu benar-benar keterlaluan ya, Rei," geram Dira."Ya, itu bukan salahku, sih. Kamunya aja yang terlalu polos."'Plakk!!'Dira langsung menampar pipi Reino, kemudian berlalu pergi. Setidaknya ia sudah melampiaskan kemarahannya dengan sebuah tamparan.Dira kembali ke mobilnya. Ia yang tadinya berniat untuk belanja, sekarang malah kembali menuju rumahnya. Hidupnya menjadi tak karuan."Loh,

    Last Updated : 2021-12-14
  • Good Morning Pak Dosen (Series 3)   BAB : 8

    Dira langsung memeluk Leo dari arah belakang. Ia tak ingin Leo pergi lagi darinya."Jangan pergi. Ku mohon, Leo," pinta Dira."Untuk apa aku tetap disini? Kamu tak menginginkanku lagi," balas Leo.Dira melepas pelukannya dan berpindah posisi menjadi berdiri di hadapan Leo."Aku tau aku salah. Harusnya kita berjuang bersama, tapi aku malah memilih untuk mundur. Tapi sekarang tidak lagi. Aku harus memperjuangkan kamu, dan cinta kita. Aku nggak mau perjuanganku mendapatkan kamupun jadi sia-sia gitu aja," terang Dira.Mendengar penjelasan Dira, membuat Leo hanya tersenyum. Tentu saja itu membuat Dira kesal."Kenapa kamu malah tersenyum?" tanyanya."Lalu aku harus apa? Memelukmu? Atau, menciummu?" tanya Leo sambil mendekatkan wajahnya pada Dira."Hiks...hiks... Leo."Dira mewek dan langsung menghambur ke pelukan Leo. Karena ditimpa oleh Dira, Leo malah tak bisa menahan tubuhnya. Apalagi ia masih lemah, hingga mereka berdua ma

    Last Updated : 2021-12-14
  • Good Morning Pak Dosen (Series 3)   BAB : 9

    Dira maupun bibik kaget. Gimana mereka berdua nggak kaget, mamanya menyodorkan sweater milik Leo padanya."Dira! Kamu mau jawab atau Mama yang akan cari tau sendiri!""Itu ...""Punya siapa?""Ini kemarin aku kan pulang sambil hujan-hujanan, Ma. Trus, sweater ini tu punyanya Leo," terang Dira, sedikit berbohong. Ia tak kuat mendengar betapa hebohnya mamanya nanti, kalau tau Leo menginap di kamarnya."Jadi, ini punyanya Leo?" tanya lagi sambil memberikan sweater ke tangan Dira."Iya, Ma. Kalau Mama nggak percaya, bisa tanya sama Bibik," ucap Dira sambil menunjuk ke arah bibik yang ada di sebelahnya."Bener, Bik?""I-iya, Nyonya," ucap bibik ragu-ragu. Mau bicara jujur, ia takut Dira bakalan di omeli sama mamanya."Ya sudah," ucap Riani berlalu pergi.Dira mengintip untuk memastikan kalau mamanya sudah benar-benar pergi. "Hoh, nyaris saja kita mendapat masalah, Bik," lega Dira. "Jadi, Leo dimana, Bik?"

    Last Updated : 2021-12-14

Latest chapter

  • Good Morning Pak Dosen (Series 3)   SELESAI

    Berhari-hari dalam asuhan keluarga Arland, memanglah tak mudah. Bayi ini seolah paham dan tahu kalau dirinya tak berada dalam asuhan orang tuanya. Bahkan di awal-awal, suhu tubuh mungil itu sempat panas. Kiran berpikir untuk menghubungi Leo, tapi Arland melarang.Tapi seiring waktu, sepertinya dia mulai merasa nyaman dan tenang.Gauri dan Demian berkunjung. Ya, bisa di bilang setiap hari keduanya datang untuk menemui cucu mereka.“Om sama Tante mau ngasih sesuatu,” ujar Gauri dengan bayi kecil yang berada dalam gendogannya.“Apa, Tante?” tanya Kiran.Demian mengeluarkan dua lembar kertas kertas dari dalam saku kemejanya dan menyodorkan pada Kiran dan Arland.“Kedua nama ini ...”“Sepertinya mereka sudah mempersiapkan sebuah nama jauh-jauh hari,” ujar Demian. “Tadi siang Om nggak sengaja melihat nama itu tertera di salah satu buku catatan milik Leo di ruang kerjanya. Kemarin Tante j

  • Good Morning Pak Dosen (Series 3)   EKSTRA PART : 5

    Sudah satu bulan lamanya Dira pergi dari sisinya, bahkan tak sedetik pun otaknya berpaling dari nama itu. Nama yang memenuhi hati dan pemikirannya. Mungkin ia akan gila. Ya, gila ditinggal sang istri.Hidup tanpa tujuan, itu layaknya kertas putih tanpa warna. Flat, tanpa ada yang harus diperjuangkan. Rasa sakit kehilangan benar-benar membuatnya hancur berkeping-keping dan tak akan pernah kembali utuh.Hanya kenangan yang bisa jadi penenang di kala rasa rindu mulai merasuki. Hanya tangisan yang kadang berurai saat mengingat detik-detik kepergian dia yang dicinta.Tak ada sentuhan, pelukan hangat, kata-kata manis, dan penyemangat. Tak ada lagi wajah manis yang ia dapati saat membuka mata di pagi hari. Dia pergi jauh, seakan dirinya begitu sangat dibenci. Dia pergi meninggalkan luka menganga yang tak ada obatnya.Tersenyum saat meninggalkan dirinya ... apa itu yang dia katakan dengan cinta? Saat meminta untuk tetap bersama, justru dirinya ditinggal

  • Good Morning Pak Dosen (Series 3)   EKSTRA PART : 4

    Malam yang benar-benar begitu terasa panjang bagi Leo. Saat menunggu hal-hal yang membuat hatinya benar-benar terasa resah. Seharusnya ini adalah hal yang membahagiakan bagi dirinya dan Dira, tapi justru malah sebaliknya.Angan-angan keduanya yang sudah dirancang sedemikian rupa ... apakah akan musnah dalam sekejap mata?Lampu peringatan yang ada di atas pintu masuk ruang operasi, kini padam. Seiring dengan suara tangisan melengking dari arah dalam ruangan. Iya, tangisan bayi memecahkan rasa gelisah semuanya.Leo yang tadinya seolah hanya fokus pada pikirannya, kini menatap ke pintu ruangan yang dibuka dari arah dalam. Segera bangkit dan dengan cepat menghampiri seorang dokter yang keluar dari sana.“Dokter, gimana Dira ... gimana istri saya dokter?”“Putri saya baik-baik aja, kan, dokter?” tanya Riani.Dengan cucuran air mata yang seolah tak berhenti ia keluarkan dari tadi, kini cemasnya semakin memuncak. Bagaimana t

  • Good Morning Pak Dosen (Series 3)   EKSTRA PART : 3

    Orang yang paling penting dalam hidupnya, bahkan ia lebih menomorsatukan dia dibanding nyawanya sendiri ... kini tengah berjuang bertaruh nyawa. Tangannya bergetar saat kenyataan buruk ini menghampirinya.Lembaran kertas diagnosa yang diberikan dokter, terlepas begitu saja dari tangannya. Hatinya terasa benar-benar mengalami sayatan menyakitkan. Berharap ini adalah saat-saat yang paling membahagiakan, tapi justru sebaliknya.“Maaf ... saya sudah menjelaskan semuanya pada Mbak Dira dari awal, tapi beliau tetap kekeuh mempertahankan kehamilannya. Tak sekali dua kali peringatan itu saya berikan, lagi-lagi belia tetap pada pendirian.”Ia menangis, kali ini akan jadi hal paling menyedihkan baginya. Sebagai suami, ia benar-benar merasa lalai menjaga sang istri. Dia sakit, bahkan sakit parah hingga harus bertaruh nyawa dan ia tak mengetahui itu semua. Sekarang, tanpa dirinya ketahui, Dira tetap melanjutkan kehamilannya, seolah tak memikirkan keselamatannya

  • Good Morning Pak Dosen (Series 3)   EKSTRA PART : 2

    Sampai di rumah, ternyata ia dapati Leo juga baru sampai. Lega, karena suaminya ini tak menghubunginya saat ia masih berada di rumah sakit. Karena pasti dia akan mengetahui kondisinya.“Loh, kok udah pulang?” tanya Dira heran. Karena suaminya bilang dari kantor, langsung menuju kampus karena ada jadwal mengajar.“Aku pulang cepat, mau nemenin kamu ke rumah sakit,” jawabnya.Dira terkekeh. “Sayangnya ini aku baru balik dari rumah sakit,” ungkapnya. “Harusnya tadi kamu telepon dulu, Leo.”Leo tersenyum sambil membelai lembut kepala sang istri. Ya, memang salahnya, sih. “Next time aku pastiin bakalan nemenin kamu. Meskipun kamu melarangku,” ungkapnya.Dira hanya membalas dengan anggukan. Jadi, bagaimana bisa ia membuat laki-laki yang ada dihadapannya ini bersedih. Setidaknya akan ia berikan hal terbesar dan pengorbanan terbesarnya untuk Leo.“Kenapa melihatku seperti itu?”

  • Good Morning Pak Dosen (Series 3)   EKSTRA PART : 1

    Sebuah pernikahan akan terasa begitu lengkap oleh kehadiran seorang anak. Iya, siapapun pasangannya, pasti akan mengharapkan itu. Tak terkecuali Leo dan Dira.Bulan bulan di mana rasa mual terus menerpa dirinya di setiap pagi, hingga rasa tak nyaman saat harus memilih posisi tidur ketika sang anak yang ada di dalam rahimnya mulai bergerak aktif. Dira lalui itu dengan rasa haru. Iya, berharap semua ini akan indah pada waktunya.Pagi ini masih seperti biasa ... menyiapkan sarapan untuk Leo, sebelum suaminya itu melakukan rutinitas. Apalagi kalau bukan status dosen yang masih dia sandang, hingga pekerjaan kantor yang seolah tak ada hentinya.Terkadang sebagai seorang istri, tentu saja ia tak tega saat sang suami harus lelah setiap hari. Tapi mau membantu pun, kondisinya yang justru tak mendukung.“Ra, kamu nggak apa-apa, kan?” tanya Leo saat Dira terlihat begitu pucat pagi ini.“Enggak,” jawabnya dengan senyuman. Kemudian berla

  • Good Morning Pak Dosen (Series 3)   END

    "Surprise!!!" teriak Dira heboh. "Jadi?" Kening Leo berkerut dengan reaksi Dira. "Ini kejutan untukmu di Anniversary pernikahan kita yang ke tiga bulan," jelas Dira. "Itu berarti sekarang kamu, hamil?" Dira mengangguk. "Saat ini aku sedang mengandung anakmu. Anak yang kamu harapkan segera mengisi hari-hari kita. Ia sudah ada di sini," jelas Dira sambil membawa tangan Leo menuju perutnya yang memang masih datar. Leo tersenyum haru saat mendengar penjelasan Dira. Tanpa ragu, ia kembali merangkul Dira ke pelukannya. "Kenapa membohongiku dengan cara seperti ini?" "Aku ingin memberimu kejutan." Taukah apa yang terjadi? Yap, Leo meneteskan air mata. "Kamu menangis?" tanya Dira hendak melepaskan diri dari pelukan Leo. Tapi Leo menahan Dira agar tak lepas darinya. "Tetaplah seperti ini dulu. Aku nggak ingin kamu melihatku menangis, dan beranggapan kalau sebagai cowok, aku begitu cengeng," jelas Leo. Dira

  • Good Morning Pak Dosen (Series 3)   BAB : 34

    "Itu berarti kamu ..."Leo tak melanjutkan ucapannya, tapi malah langsung memeluk Dira."Aku hamil?" Dalam pelukan Leo, Dira masih bertanya dengan ekspressi bingung."Itu semua sudah membuktikan kalau kamu benar-benar hamil," ujar Leo.Dira bisa melihat dengan jelas ekspressi wajah Leo saat itu. Ia bisa memahami perasaan Leo yang sangat ingin mempunyai bayi. Semoga saja apa yang Leo harapkan benar-benar terjadi."Kita ke dokter?""Harus?""Tentu saja. Agar kita bisa membuktikan kebenarannya, bahwa di rahimmu sudah ada calon anak kita," jelas Leo sambil menyentuh perut datar Dira. "Mau, kan?""Iya, aku mau," jawab Dira setuju.Dira dan Leo segera menuju ke sebuah Rumah sakit. Di perjalanan pun, Dira masih mual-mual. Tapi ia berusaha menahannya. Ia tak ingin Leo malah menjadi repot kalau-kalau ia sampai muntah di dalam mobil.Setelah mengisi formulir, Dira dan Leo segera menuju ruang dokter yang akan memeriksa Dira.

  • Good Morning Pak Dosen (Series 3)   BAB : 33

    "Astaga, Dira!!!""Omaigat!" Dira kaget saat menyaksikan seseorang yang tergeletak di lantai dengan kondisi yang menyedihkan. "Kamu ngapain tiduran di lantai?" tanya Dia yang membantu Leo untuk berdiri."Dengan tanpa dosanya kamu masih bertanya," dengus Leo dengan kesal.Dira tertawa melihat ekspressi kesal Leo. Tampangnya sangat lucu."Maaf, aku pikir kamu siapa. Habisnya, kamu tiba-tiba menyentuh tubuhku. Ya sudah, cara menyelamatkan diri memang seperti itu," jelas Dira."Ganas sekali."Leo membuka kemejanya, dan meninggalkan kaos berwarna putih yang menutupi tubuhnya."Gimana hari ini di kampus?""Biasa aja. Nggak ada yang istimewa," jawab Leo."Nggak ada cewek cantik atau--""Sayang, aku ke kampus, ya ngajar, bukan buat seleksi gadis mana yang cantik, dan bukan,'' ujar Leo."Bedanya dari tahun kemarin, apa?""Sama saja, bedanya ya kita. Tahun kemarin kita tak punya hubungan apa-apa. Tapi sekarang

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status