Home / Romansa / Godaan Sang Majikan Tampan / Bab 29-Ajakan Menginap

Share

Bab 29-Ajakan Menginap

Author: Wahyu Hakimah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ngapain, sih, Mamak Lampir eh eh eh, ke sini?!

Bunga mengumpat dalam hati ketika melihat siapa yang berjalan bersama Alfian menuju dapur. Bunga yakin sekali adanya perempuan ini pasti pertanda buruk. Setidaknya mood-nya yang sedang bahagia ini bisa terjun bebas. Ndlosor seperti ular yang terkena taburan garam.

Terus, ngapain dia ngeliatin aku dari atas ke bawah! Apa dia pikir aku ini nggak pakai kutang, ya? Aneh, matamu minta dijolok pakai cabe, Mbak e!

"Ngapain kamu masih di sini?" tanya Gina pada Bunga, lengkap dengan sikap badan yang sok seperti menantu Sultan Dubai. Membusungkan dadanya yang besar itu. Tidak sebesar melon, sih. Hanya sebesar es kepal miow.

Bunga jarang sekali membenci orang karena dia termasuk orang yang masa bodoh. Di sekolah pun dia hampir tak pernah berkonflik dengan teman-temannya.

Di setiap sekolah pasti ada geng cantik, geng natural, geng agne (berisi gadis cantik tapi berjerawat). Bunga jarang ikut nimbrung ketiga geng tersebut, karena menurutnya nir faed
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 30-Gina Resmi Menjadi Janda

    Tidak ada yang lebih indah selain berjumpa dengan sosok yang kita cari selama ini. Tidak heran apabila pertemuan pertama dengan seseorang begitu berkesan dan membekas di hati. Bunga ingat semuanya, pertemuan pertamanya dengan Alfian. Lelaki itu terlihat sengak, bahkan melihatnya seperti kuman. Dia selalu kegeeran dan mengatakan bahwa Bunga yang sengaja menabraknya hanya karena ingin berkenalan. Bunga bukan cewek narsis, tetapi reaksi berlebihan Alfian membuat pertahanan sebagai perempuan muncul dengan sendirinya. Ogah, dikatakan naksir pria tua seperti mas jutek. Seperti saat Alfian mengatakan Bunga ingin mengambil kesempatan dengan memeluk pinggang Alfian saat mereka mengantar motor ke bengkel. Tentu saja Bunga menyangkalnya. Bahkan dengan ketus, dia mengatakan bahwa Alfian akan naksir dirinya jika melihat profilnya beberapa bulan yang lalu—dua bulan sebelum acara minggat yang berujung tabrakan itu. Siapa yang menyangka, hari ini, tujuh bulan kemudian pijar aneh itu mulai muncul

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 31-Sekali Babu Tetap Babu

    "Ndoro ngantuk? Gitu amat matanya …." Bunga mengulangi pertanyaannya."Boleh nyender?"Huh, itu pertanyaan apa permintaan? Belum juga dijawab, kepala Alfian sudah diletakkan di atas bahu Bunga. Terdengar helaan napas panjang. Namun, lambat laun suara helaan itu menjadi teratur. Sepertinya, Alfian tidur. "Kamu tahu, Na?"Oh, belum tidur rupanya. "Nggak tahulah. Ndoro nggak kasih tau.""Kepalaku serabut. Pusing banget." "Aku nggak punya anti mabok, lho.""Aku bukan bocah kemarin sore yang mabok saat piknik ke puncak," helah Alfian. Lumayan lama laki-laki itu tak lagi bersuara. Mungkin benar-benar tidur. "Kira-kira kita sampainya berapa lama, Pak?" tanya Bunga pada sang sopir travel. "Dua jam sampai rumah Pak Alfian. Kalau kantornya, satu jam setengah."Bunga mengatur duduknya agar lebih nyaman. Memangnya gundulmu nggak berat, Ndoro? Bunga memaki dalam hati. "Percayalah, Ndoro, selama satu setengah jam ini, malaikat asyik nyatet kelancangan Anda yang nyender-nyender ….""Apa?" sahut

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 32-Pesan yang Tidak Dibalas

    "Alhamdulillah, akhirnya babu sudah selesai dengan tugasnya," helah Bunga sambil memutar pinggangnya ke kiri dan ke kanan berulang kali. Jam di dinding hampir menunjukkan angka 12 ketika Bunga berhasil menyelesaikan semua pekerjaannya. Dari mengelap, menyapu, mengepel, dan semua kegiatan cuci mencuci. Tubuh Bunga sampai bergetar karena kelelahan. "Lapar," keluhnya. "Pegal banget, mendingan istirahat bentar sambil nunggu sholat Dzuhur, ah …."Dengan sedikit sempoyongan Bunga duduk di atas sofa sambil menggaruk punggungnya dengan stik golf milik Alfian. Dia alih fungsikan benda itu untuk memijat punggungnya. Lumayan juga dipijat dengan kepala stik golf yang mirip kepalan tangan. Setelah beberapa saat, Bunga mulai mengantuk. Dia menyetel pendingin udara di angka yang lumayan rendah. Gadis itu berbaring meluruskan punggungnya mencari posisi yang nyaman. Tidak memerlukan waktu lama, terdengar irama napas Bunga mulai teratur naik turun. Namun, belum juga lima belas menit tertidur, dering

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 33-Casing Boneka Teddy Bear

    "Raihana! Rai-hana!"Sepi. Tiada jejak ART-nya di apartemen yang tidak terlalu luas itu. Alfian kelimpungan sendiri karena sudah hampir lima menit beranda di apartemen, tetapi sosok yang dicari tetap saja tak muncul. Alfian menguak pintu apartemennya, sambil tetap berusaha membuat panggilan kepada Bunga. Saat itulah terdengar dering ponsel dari meja dapur. "Kemana bocah ini?" Alfian kembali masuk ke dalam, kemudian meraih ponsel yang bergerak lincah di atas meja. Dia sedikit ternganga karena nama yang tertera di sana, "Mas Jutek"! "Serius? Perasaan gue manusia paling ramah tamah sedunia. Kenapa Raihana memberi nama, Mas Jutek?!"Alfian meraih ponsel dengan casing yang sungguh menggelikan itu. Casing boneka Teddy Bear berwujud relief timbul berjumlah tiba biji. Geleng kepala Alfian dibuatnya. Karena pemiliknya entah kemana, dia akhirnya mengantongi ponsel menggelikan berwarna pink itu. Saat hendak membuka pintu apartemennya kembali, ternyata dari arah berlawanan juga ada orang yang

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 34-Tebar Pesona

    Di dalam kamar, Alfian tak dapat menahan tawa ketika merogoh saku celananya dan menemukan ponsel Bunga di sana. Dia sampai menepuk pintu beberapa kali untuk melampiaskan kegembiraan karena berhasil mengerjai Bunga. Setimpal dengan rasa khawatirnya selama perjalanan dari kantor sampai apartemen. Bisa-bisanya dia tidak pamitan ketika keluar apartemen. Kalau hilang diculik, bagaimana? Belum tahu kalau kota ini rawan. Sementara itu di luar kamar, Bunga memandang kamar Alfian dengan tatapan tak suka. Meskipun dirinya tidak memiliki hubungan apapun dengan bosnya itu, dia juga tidak berharap menghakimi kehidupan sosial Alfian, tetapi sangat tidak etis jika seorang laki-laki bermain hati dengan banyak perempuan hanya karena mereka memiliki uang dan tampang menggiurkan. "Sok banget, deh! Itu namanya sok kecakepan!""Aku dengar, kok, Raihana. Kamarku nggak kedap suara.""Nggak boleh gitu, Ndoro." "Nggak boleh apa?""Tebar pesona. PHP in cewek-cewek.""Aku nggak tebar pesona. Aku berkharisma,

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 35-Alfian Gagal Nembak Cewek

    Mereka bertolak ke daerah pesisir setelah adzan Isya selesai. Bunga dengan perasaan riang duduk di samping Alfian menuju lokasi villa lebih awal dari yang direncanakan. Dari yang Bunga amati, Alfian disibukkan dengan deringan ponsel sejak Magrib tadi. Awalnya mereka akan makan di sebuah resto yang menghadap laut. Akan tetapi, Alfian justru menyuruh anak buahnya membooking sebuah villa.Mungkin gaji Alfian hampir 100 juta. Mungkin. Bunga tak pasti, karena dia malas untuk stalking nominal gaji majikannya itu. Apa yang penting dia dapat hadiah makan sushi, beli baju baru, juga sepatu. Satu lagi yang membuat Bunga menjerit kegirangan, kesempatan menginap di hotel tepi pantai. Jadi, selama Alfian ada acara, Bunga akan tinggal di hotel. Rezeki gadis solehah …."Na, kamu bawa baju renang, nggak?" tanya Alfian saat mobil yang mereka tumpangi sudah mulai mendekati pantai. Sayup-sayup terdengar debur ombak di sepanjang jalan. "Nggak, Mas. Kalau nyemplung pakai baju renang betulan, ya, malu. M

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 36-Cara Menyatakan Cinta

    Pesta belum juga usai meskipun jam malam telah terlampaui. Pukul sepuluh malam itu kesepakatannya. Harusnya jam malam itu dipatuhi semua pihak karena sudah dimaklumkan sebagai peraturan pemerintah daerah. Tidak ada pesta kembang api atau pun kegiatan bergerombol di atas pukul sepuluh malam.Akhirnya orang-orang memilih mengobrol di pelataran, membentuk koloni-koloni kecil. Kanak-kanak menyalakan kembang api yang dikaitkan pada ranting-ranting perdu di sekitar villa. Cahaya bubuk mesiu itu sesekali memancar dari kejauhan."Ada yang liat bocah pakai kerudung warna coklat susu?" laung Alfian yang entah ditujukan pada siapa."Ponakan, Pak Alfian? Yang dari tadi ngintil, 'kan?"Ponakan? Alfian mengangguk, tak ingin berpanjang cerita. "Iya. Kemana anak itu?""Coba ke dermaga," ujar seseorang yang tengah membolak-balik ikan bakar. Inayah mendengarkan suara orang menyanyi diiringi gitar. Hanya Terdengar sayup-sayup, di sampaikan padanya lewat angin malam. Akan tetapi, dia justru terus berjal

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 37-Telepon Asing

    Dia begitu lelah, dan kurang tidur. Benak gadis itu terasa berat memikirkan hari esok, seharian di kantor, pulang jam lima sore, lalu segera berdandan untuk berangkat kerja lagi menjadi pramutama bar. Sungguh, hari-harinya terasa begitu berat.Namun, dia harus kuat. Ayahnya bahkan tidak mampu menopang dirinya sendiri, jadi dia benar-benar sendirian di dunia ini. Harus berjuang sendirian. Mata gadis itu tiba-tiba melirik ke arah tas tangannya, sambil duduk di tepi ranjang, dia membuka tas itu, mengeluarkan segepok uang yang dilemparkan lelaki dingin dan misterius itu ke pangkuannya. Itu uang merah seratus ribuan yang tersusun rapi segepok, jumlahnya seratus juta rupiah.Manusia mana yang dengan ringannya melemparkan segepok uang tanpa beban apapun? Apakah lelaki bermata abu-abu itu adalah lelaki yang sangat kaya?Ya, pasti seperti itu, uang sepuluh juta rupiah mungkin tidak berarti apapun bagi lelaki itu, tetapi bagi gadis miskin sepertinya uang itu sangat berarti. Mereka harus bisa me

Latest chapter

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 66-Bapak Akhirnya Menyerah

    Bapak terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Sudah sejak tadi beliau meminta ke kamar mandi. Tidak cukup sekali. Berulang kali juga Mas Rohman—suami Mbak Hanik meminta Pak Khosim menggunakan fasilitas pitspot, tetapi pria tua itu justru menolaknya mentah-mentah.“Aku masih sanggup ke kamar mandi sendiri kalau awakmu nggak mau nuntun,” ujarnya ketus. “Kamu nggak mau juga nggak apa-apa.” Kalimat terakhirnya ditujukan kepada Mbak Hanik. Itu sore tadi. Dari Ashar sampai selepas Isya. Selepas Isya, Bapak akhirnya menyerah karena bagian bawah tubuhnya sudah basah. Bapak tak lagi mampu mengontrol pipisnya. Bahkan Bapak seperti orang linglung. “Bapak kenapa nggak ngomong?” ujar Ibuk.Bapak diam saja. Memandang kosong ke depan. Mbak Hanik mengambil diaper dari tangan Bunga yang tadi diutusnya ke minimarket. “Basah semua, bau. Kulit Bapak juga bisa merah-merah,” ujar Mbak Hanik menambahkan. Sedikit geram. “Uwis, Han. Ojo mbok marahi terus bapakmu. Iku lagi ingat anak lanang. Si Nasir

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 65-Kesalahan Paling Konyol

    Bab 65-Kesalahan Paling Konyol Kesalahan apa yang dianggap paling konyol? Di saat jalan hidupnya seakan menyerupai telur di ujung tanduk setan, Alfian justru ingat satu hal. Satu hal konyol. Tentang orang pintar yang mendadak bodoh. Kebodohannya karena disebabkan lidah dan perut murahan yang tak bisa berkompromi. Namanya Anthony Gignac, pria yang akan tercatat sebagai orang yang membuat kesalahan paling bodoh sepanjang sejarah.Hampir separuh hidupnya dihabiskan dengan berpura-pura menjadi pangeran jutawan dari Dubai. Dia menamai dirinya "Pangeran Khalid Bin Al Saud". Nama Bani atau wangsa paling berpengaruh di jazirah Arab bahkan berhasil menegakkan sebuah empayar selama 4 abad lebih. Jadi, makhluk bernama Gignac memang terlampau percaya diri. Dia melakukan semua ini dengan satu tujuan, yaitu menipu para investor. Aksinya sudah cukup lama, dan mirisnya banyak pula investor yang percaya padanya. Bahkan diperkirakan dia menipu dan memanipulasi ratusan orang, dengan total kerugian

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 64-Sandiwara Sang Ipar

    Saat pintu dibuka, semua berebut untuk masuk ke dalam kamar. Satu yang sangat mencengangkan semua orang, kar itu dalam keadaan berantakan. Suasana sungguh berbeda dengan saat Alfian meninggalkan kamar itu beberapa waktu lalu. Sekitar setengah jam lalu yang kemudian dia tertahan di depan pintu, kemudian bergeser sedikit menjauh dari pintu karena aksi dorong dan jegal oleh Nasir. Kamar pengantin itu terlihat seperti habis dilanda tornado. Dengan bantal dan guling tercampak ke lantai. Sebagian sprei berwarna kuning gading itu terburai ke lantai seperti usus ayam keluar dari rongga perut. Kelopak mawar berhamburan ke seluruh sudut ruang.. Benar-benar dahsyat tornado yang berputar hanya di ruangan ini. “Di ma—na Zum-ra-tul?” Suara Bapak tersendat, terdengar cemas. Mereka semua mencari di setiap sudut ruangan kamar yang tak seberapa luas itu. 3x4 meter. Biasanya Zum duduk mencangkung di pojok ruangan atau di bawah jendela karena lelah mengamati lalu lalang orang-orang yang melintas. Zum

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 63-Noda di Hari Persandingan

    “Si—siapa kamu?”Alfian hampir mati berdiri saat melihat ada sosok yang berbaring di ranjang pengantin di kamar milik Bunga. Meskipun mengenakan brokat dengan warna sangat mirip dengan milik Bunga, dia tahu itu bukan baju pengantin yang tadi dikenakan istrinya. Sudah pasti sosok itu bukan Bunga. Istri kecilnya masih berada di luar. Sosok yang menguasai ranjang pengantinnya tampak meringkuk seperti bayi koala itu tertidur dengan mulut terbuka. Ada tetes liur yang mengalir deras dari sela bibirnya yang terbuka itu. Air liur itu menyirami tumpukan kelopak mawar di atas ranjang. “Ya Tuhan,” gumam Alfian. Sosok itu bergerak, dari tangannya yang terjulur tampak berjatuhan benda berbentuk bulat-bulat seukuran duku. Sosok itu ternyata menggenggam buah-buahan. Anggur dan pisang. “Hai,” sapanya lagi, kali ini Alfian bersuara sedikit keras. Sosok itu bangun mengucek matanya. Matanya sipit, dagu kecil, wajah bulat, dan batang hidung datar, bahkan dahinya seakan lebih menonjol dari hidupnya y

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 62-Pelaminan

    Kekhawatiran Bunga akan ada kekacauan tidak terbukti. Bahkan, kelebat Mas Hamzah pun tidak ada. Jadi, ketika acara hampir selesai digelar jelang Dzuhur, ada buncah kelegaan di sana. Seorang fotografer memberi arahan untuk sesi foto. Setelah selesai dengan sesi foto keluarga, kini giliran foto berdua khusus pengantin. “Jangan kaku begitu, Mbak Bunga.” Photografer memberi pengarahan. “Letak kedua tangannya di dada Mas e, dada nempel lagi. Iya, gitu. Lagi, dikit, terus wajah memandang ke arah angka tujuh, ya. Oke, siap! Satu, dua, ti ….”“Kamu deg-degan, ya?” tanya Alfian tersenyum lebar setelah sang fotografer berhasil membidikkan kameranya dan menghasilkan beberapa gambar. “Ngapain deg-degan. Malu aja, kan, dilihat orang banyak.”“Nggak usah malu-malu. Udah resmi ini.” Rupanya fotografer yang disewa itu mendengar celetukan Bunga. “Atau mau foto dengan latar khusus. Di candi misalnya. Saya bisa merekomendasikan tempatnya. Ayo, kapan.” Dasar tukang photo, gumam Bunga. “Ini udahan, ka

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 61-Sah!

    Bunga tertawa terbahak-bahak saat membaca pesan dari Alfian. Pesan yang berisi curhatan pria itu sehabis makan siang. Namun, sebelum acara makan, Alfian malah ditest soal bacaan sholat, doa, bagaimana taharoh yang benar, bagaimana mandi junub yang benar. Karena terus dibombardir pesan yang isinya keluh kesah, akhirnya Bunga memencet tombol hijau pada aplikasi pesan. Aplikasi berkirim pesan dan panggilan yang sederhana, aman, dan reliabel“Assalamualaikum, Mas Al …,” sapa Bunga masih dengan tawa berderai. “Wah, terus saja tertawa, Na.”“Iya, deh. Ana nggak tertawa lagi.” Bunga berusaha mendekat mulutnya. Namun, Bunga masih saja kesulitan menahan tawanya. Setiap dia ingat apa yang menjadi curhatan Alfian, Bunga sontak tertawa. “Mas maaf, aduh.”“Kamu, sih, hanya kasih bocoran tentang sholat. Ternyata semua ditanyakan sama bapakmu.”“Justeru syukur, Mas. Jadi Mas Al nambah ilmunya,” bisik Bunga sambil sesekali melemparkan candaan. Alfian menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Memang b

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 60-Test Sholat dan Doa Oleh Calon Mertua

    Pak Kosim tercengang ketika melihat calon suami Bunga. Pria dihadapannya terlihat santun meskipun konon katanya berasal dari ibukota Jakarta. Dia Lantas membayangkan mantan suami Bunga, Hamzah. Meskipun usia Hamzah jauh di bawahnya akan tetapi selama ini sikapnya seakan-akan seorang penggede kerajaan selalu minta disanjung. Bahkan, Khosim sering kali harus tergopoh-gopoh untuk sekedar berbicara. Dengan dengan gestur tubuh sedikit membungkuk dan tidak lupa diawali salam dengan cara mencium tangan terlebih dahulu. Seakan-akan bersalaman dengan Hamzah akan mendatangkan keberkahan bagi orang yang berinteraksi dengannya. Sebenarnya bukan hanya Kosim yang melakukan hal itu, kebanyakan orang-orang memang melakukannya baik kepada Kyai Hasyim maupun Hamzah. “Bapak, mari kita ngobrol di restoran.” Alfian memulai bicara saat melihat Pak Khosim masih terlihat takjub saat mengamati dirinya.“Restoran? Bukan di kamar?” Pak Khosim tidak ingin berlama-lama. Dia harus langsung pada inti permasalaha

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 59-Lelaki Tua Bangka

    Seminggu kemudian di kampung halaman Bunga ….Bunga kembali menjadi buah bibir. Kabar bahwa Bunga akan menikah lagi setelah peristiwa yang menghebohkan delapan bulan yang lalu kembali menjadi perbincangan hangat. Ada yang berpendapat, Bunga asal menggaet pria manapun untuk mematahkan kutukan Hamzah. Memang sangat mengerikan sekali kutukan Mas Hamzah. Pria itu melontarkan bala bahwa Bunga tidak akan laku kawin sampai seumur hidupnya. Jadi, begitu ada yang mau, tak peduli siapapun asalkan berjenis kelamin laki-laki akan disambar Bunga. Konon calon suami Bunga itu sama tuanya dengan Hamzah, bahkan lebih tua lagi. Itulah yang beredar di kampung. Dari mulut ke mulut. “Kasihan, anaknya si Khosim. Demi menghilangkan kutukan dari mantan suaminya dia rela menikah dengan lelaki tua bangka.” Perempuan dengan cumplung putih berenda, atasan kaos partai bergambar matahari, dengan bawahan sarung batik memulai obrolan. “Ya, belum tua. Wong katanya baru 32 tahun. Seumuran, lah, sama Mas Hamzah.” P

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 58-Kitab Nikah

    "Kitab Nikah. Nikah secara bahasa memiliki makna; berkumpul atau bersetubuh. Dan secara syara' berarti akad. Akad yang menyimpan makna diperbolehkannya bersetubuh dengan menggunakan lafadz nikah atau sejenisnya".Bunga tertegun membaca rentetan kalimat yang ia temukan di beranda sosial media miliknya. Tulisan di seorang motivator dan syiar Islam. Sedangkan pernikahan antara dirinya dan Alfian, adalah pernikahan kontrak. Agar Alfian tidak diganggu Gina. Pria itu mengatakan belum siap untuk berkomitmen. Namun, menurut Nyonya Amy memang Alfian tidak sayang membelanjakan uangnya untuk perempuan yang menjadi kekasihnya. Jadi, Bunga tidak perlu merasa bersalah dengan sejumlah uang yang diminta orang tuanya. 300 juta. Itu artinya dia adalah istri Alfian sesungguhnya. Bagaimana kalau nanti Alfian meminta haknya. Hak berhubungan badan. Bunga menggembungkan pipinya. Pipinya pun tiba-tiba memanas hanya dengan membayangkan itu. Di mana mereka akan tidur. Kamar ini? Yang benar saja. Kamar sem

DMCA.com Protection Status