Share

150. Sakit Hati Rere

Penulis: KarRa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

     Seperti naik lore coaster jantung Rere berdentum dengan kencang, antara hidup dan mati yang di depan mata. Tidak ada hal yang bisa dia lakukan, nasi menjadi bubur, dia teledor, merutuki dirinya pun sekarang tidak guna, semua telah terjadi, sungguh malang. Haruskah berakhir demikian, dengan segala derita yang dia emban belum satu pun yang lepas dari beban. Bodoh. Satu kata yang dia lontarkan untuk diri sendiri. Bersama keputusasaan yang menggerogoti seperti penyakit mematikan yang tiba-tiba menyerang tanpa ampun.

     Siapa yang menduga di balik kepasrahan nasib, sang kuasa masih sayang. Sebuah tangan berotot menarik Rere dengan cepat. Malaikat penolong datang membantu Rere, membuat Rere kembali bersyukur atas apa yang terjadi. Tubuh wanita tersebut diseret cepat dalam pelukan, mendekap mengapit dalam kungkungan wanita dan bayi tersebut. sang penolong itu berusaha menyelamatkan kedua nyawa itu dari mara bahaya. Tubuh cekatan bergera

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Barra
pasti sakit dan akan salah paham lihat suami dan sudahlah malas sebutnya ....pokoknya harus kasih pelajaran ke Edzard dulu
goodnovel comment avatar
NURUL LAILI MUFIDA
tutupi aja truss
goodnovel comment avatar
Era Maria
apa mungkin evelyn tuh istrinya adelard ya?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   151. Benang Kusut

    Suasana hening seketika, siapa wanita yang tidak akan cemburu melihat sang suami berduaan dengan mantan istri, di mana keduanya pernah saling mencintai. Harus apa Rere besikap, tenang, itu tidak mungkin, yang ada naik pitam dan juga sesak napas, merasa ingin mengacak-acak wajah tanpa dosa kedua tersangka. Ingin mengamuk sudah pasti, tetapi itu bukan jalan yang ingin Rere tempuh. Selugu apa pun dirinya tetap ingin tampi elegan setelah kejadian memalukan berurai air mata dan nyarius tertabrak mobil. Dalam sejurus kemudian Rere berpikir sungguh bodoh sekali dirinya, bukan. Edzard masih mencoba bersikap biasa tanpa emosi, dia membuka pintu mobil samping kemudi, mempersilahkan sang istri masuk. “Sayang, naiklah, aku bukan sopir,” cebik Edzard ketika melihat Rere berjalan hendak membuka pintu mobil bagian belakang. Lelaki itu merangkul sang istri meski wanitanya menolak. Dia mencoba tetap lembut mengajak Rere untuk naik mobil

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   152. Keputusan Rere

    Berpisah, tentu bukan hal yang pernah Edzard bayangkan sebelumnya dengan Rere. Janji untuk menjadikan dia wanita satu-satunya dalam mahligai pernikahan tidak lantas membuat Rere bersabar. Ah, mungkin waktu yang berlalu memang tidak pernah mampu diputar kembali. Cinta yang tumbuh membutakan membuat Rere tersadar dari sakit. Dia lalu bangkit dan memilih berpisah. Lalu Edzard, lelaki tersebut terdiam, seperti baru mendapatkan bogem mentah yang memukul tubuh. Ringsek, tidak bersisa, sang istri tidak bersalah, yang bersalah dirinya. Lalu apa yang harus diperbuat agar sang istri mau memaafkan, mungkin itu pernyataan yang sulit. Digadang-gadang sakit yang mendera tidak sebanding dengan duka yang dia torehkan kepada Rere. Lelaki itu menahan emosi yang teramat, memijat kening yang terasa berdenyut dengan jemari, dia biarkan Rere berceloteh mengeluarkan segala unek-unek yang mungkin membenakan. Marah, yah Edzard membiarkan dang istri melam

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   153. Kenangan yang Lalu

    Sebuah kamar yang cukup luas untuk ditempati seorang anak. Ada bocah lelaki yang berlari ke sana kemari mengejar bola yang menggelinding. Pintu kamar terbuka, seorang lelaki masuk kemudian menatap wanita yang masih tersenyum mengekor sang balita yang sedang asik melempar bola masuk ke sebuah keranjang. Dia menatap miris dengan ekspresi yang tidak dapat digambarkan. Entah apa yang sebenarnya terjadi, yang pasti mereka terseret arus pada pusara masalah keluarga seseorang. "Evelyn, kau baik-baik saja?" Suara bariton mendekat. "Alow apa ecil (halo papa kecil)," sapa putra Evelyn dengan yang masih cadel. "Yo, jagoan, mau main bola?" tanyanya, dia menunduk ber

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   154. Jangan Hanya Janji

    Sang surya mulai bersinar kemerahan, keperkasaan telah berganti dengan pemandangan yang membuat orang terpesona dengan kecantikan. Seolah lupa dengan sosok yang panas menyengat di siang hari nan cerah. Pendar cahaya jingga menyeruak di langit sore, senja yang begitu mempesona. Namun, cerahnya mentari senja berbanding terbalik dengan perasaan Edzard yang campur aduk. Antara gugup dan bingung, walau bagaimana yang berada di hadapannya adalah sang mertua. Kedatangan kali ini pun bukan untuk berkunjung melainkan untuk mengantar sang istri. Di mana rumah tangga yang dia jaga sekarang masih terkoyak tidak bersisa. Edzard dan juga Rere duduk di kursi ruang tamu berhadapan dengan kedua orang tua wanita tersebut. Rere menangis sesenggukan membuat Nyonya Ananta langsung bangkit dari duduk dan membimbing sang putri masuk ke dalam kamar. Edzard menghela napas panjang melihat punggung sang istri dan juga putrinya yang merengek. Tuan Ananta menatap menantunya sangsi

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   155. Berpisah Sementara

    Dengan berat hati Edzard berpamitan kepada kedua orang tua Rere. Lelaki itu juga menyempatkan masuk ke dalam kamar sang istri. Wanita tersebut pura-pura memejamkan mata saat mendengar pintu terbuka. Edzard melangkah mendekati, dia naik ke sisi ranjang bagian samping. Menatap istri dan juga sang putri bergantian. Berat sekali rasanya untuk berpisah sekejap, sungguh memilukan. Namun, apa daya nasi sudah menjadi bubur, semua terjadi karena ulah sendiri, dan dia sedang menuai apa yang diperbuat."Ayah berpisah dengan kamu dan ibu kamu sebentar, Larisa Sayang. Ayah menyayangi kalian," ucap Edzard mengelus pipi gembul bayi yang terlelap tidur itu. Dia mengecup beberapa kali pipi dan juga kening. Beralih menatap Rere, Edzard mengelus pipi mulus itu. "Maafkan aku Sayang, aku belum menjadi suami yang sempurna, belum menjadi imam yang baik, belu

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   156. Menatap Benci

    Hanya dengan melihatnya saja sudah membuat muak. Rasa itu sungguh sakit tidak terkira. Jika tidak memikirkan nasib keluarga, Rere sudah pasti memilih berlalu pergi menghindari luka dan sakit. Rere merasa wanita di hadapannya itu tidak tahu malu, tersenyum tanpa dosa. Hingga Rere berpikiran buruk, akankah wanita itu menertawakan dirinya karena dia telah menyerah, memilih untuk berpisah. Senyum itu apa kah tanda kemenangan untuknya? Begitu tanya Rere pada diri sendiri. Wanita itu mengepalkan kedua tangan, menganggap akting yang dilakonkan wanita itu adalah terbaik, bersikap biasa saja setelah memporak-porandakan kehidupan rumah tangga seseorang. Sungguh luar biasa bukan."Apa kabar Re," sapa wanita tersebut terdengar menjengkelkan di rungu Rere.'Asta

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   157.Apa pun yang Terjadi?

    Rere menangis sesengukan di dalam mobil, dia menoleh ke arah luar jendela mobil. Namun, terlihat gelap hanya lampu penerang jalan, malam sudah larut. Kanan kiri jalan terlihat samar pepohonan dengan rumah-rumah kecil yang berjarak satu sama lain. Ada satu penyesalan di hati gadis itu, perasaan yang tidak mampu terlukiskan dengan kata, harus kah dia berlari sejauh mungkin. Sungguh sesuatu hal yang memang menyesakkan sakit, sedih bercampur menjadi satu. “Pak, bisa lebih cepat lagi?” tanya Rere kepada sang sopir. “Tidak bisa Nyonya, banyak tikungan tajam,” kata sang sopir. “Ah, baiklah, hati-hati saja Pak,” kata Rere menggigit bibir bagian bawah. Menahan gejolak rasa yang benar-benar tidak terkira. “Nyonya ingin segera bertemu Tuan?&rd

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   158. Larut dalam Masa Lalu

    Kediaman AnantaBeberapa waktu terasa senyap, tidak ada satupun yang berbicara. Mereka sibuk dengan perasaan dan kata hati masing-masing. Begitu juga dengan Rere masih menatap tajam Evelyn. Lebih menjengkelkan Evelyn mengulas senyum ketika bertemu pandang dengannya. Ingin dia menampar wajah menjengkelkan tersebut. Makanan yang dikunyah terasa sulit sekali tertelan, banyak beban menumpuk hingga tidak mampu menikmati lezatnya aneka hidangan. Seolah selera rasa menghilang hanya dengan melihat wajah wanita yang membuat luka.Setelah acara makan malam, masih di tempat yang sama. Di ruang makan, dengan sajian yang telah berganti makanan penutup. Ada salad buah, dan ada juga teh panas putri yang masih mengepul, aroma wangi teh celup itu menguar menjalar ke ruangan. Ananta memberikan kode kepada beberapa

Bab terbaru

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   Spesial Part 3 -Tamat-

    Elizabeth, Larisa beserta sang suami juga Delon baru selesai sarapan. Mereka keluar restoran menatap ke arah lautan lepas sembari membicarakan hal-hal yang hendak dilakukan untuk menghabiskan siang ini. Masih ada waktu dua hari berlibur ke tempat tersebut. Senyum sumringah Larisa dan Aarav membuat iri bagi para jomlo yang lihat. Termasuk Elizabeth dan Delon, pemuda tidak sengaja yang masuk sarang macan dengan menyatakan cinta pada Caroline Zeroun. "Kalian mau ikut kami ke pulau itu?" tanya Aarav menunjukkan sebuah pulau tidak jauh dari tempat mereka. "Kami tidak mau jadi obat nyamuk," keluh Elizabeth. Aarav terkekeh, "Baiklah, kalau begitu aku akan membawa istriku sekarang, selamat bersenang-senang kalian." Tanpa kasihan Aarav mengatakan. Lelaki itu mengangkat tubuh sang istri menggendong ala bridal. Delon dan Elizabeth menggeleng, terlihat menggelikan perbuatan monster kutub utara yang sok manis. Walau sebenarnya dia sedang berusaha manis demi sang istri, nampakn

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   Sepesial Part 2

    "Rafael Kenzo!" teriak Maya hilang kesabaran. "Kau, apa yang kau lakukan. Ini tidak seperti yang kita sepakati, brengsek!" pekik Maya. "Bergantilah pakaian, orang tuaku akan kemari beberapa saat lagi." Pemuda itu mengabaikan umpatan Maya. Wanita tersebut frustrasi sendiri dibuatnya. Yeah, pemuda yang bersama Maya adalah Rafael, rasa cinta pada Larisa mungkin tidak mampu dia paksa, perbedaan keyakinan menjadi jurang pemisah sebelum rasa tersebut diungkapkan, miris memang, namun apa daya. Dalam suatu kesempatan Rafael mendapati Maya berada di antara Larisa dan Aarav, jika mengikuti ego, ingin sekali membiarkan. Namun, pemuda tersebut tidak akan pernah sanggup untuk melihat Larisa menderita. Rafael dan Kenzo sama-sama pernah terluka dengan perasaan cinta berbeda keyakinan. Satu hal pasti, ketika Kenzo mendapati putranya, berhubungan dengan wanita. Sang ayah tidak langsung menghakimi, dia lebih memilih untuk melihat apa yang sebenarnya. Saran dari Kenzo hanya satu, d

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   Sepesial Part 1

    Larisa dan yang lain menoleh ke arah suara, gadis cantik mengenakan dress putih tanpa lengan setinggi lutut. Rambut panjang blonde tergerai, di mana topi pantai menghias kepala. Senyum merekah mendebarkan jantung kaum adam yang melihat, tubuh mungil berkulit seputih susu membuat dunia Delon serasa terhenti. Bak disuguhkan bidadari cantik turun dari langit. "Hai, Cariline," sapa Larisa. Yah, gadis itu Caroline Zeroun, putri tunggal Axelle Zeroun dari kota B. "Boleh aku bergabung, Kak?" tanyanya. "Boleh sekali, silakan cantik," ujar Elizabeth sumringah. "Perkenalkan dia Caroline," kata Larisa. "Aku Elizabeth," ujarnya. Derit kursi berbunyi, Caroline duduk di kursi dekat Delon. Pemuda itu masih melongo, Elizabeth yang melihat menutup mulut sahabatnya. "Lap tuh iler yang hampir menetas!" kelakar Elizabeth. "Hai, bidadari cantik aku Delon," kata pemuda itu berganti mengulurkan tangan. Caroline menyambut dengan bahagia. "Sepertinya aku j

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   Season 3 Selesai...

    Setelah melewati beberapa pencarian atas bantuan anak buah sang papa. Elizabeth berhasil menemukan kamar hotel yang ditempati Larisa sahabatnya. Dia sedang berjalan dengan terus mengomel lantaran Larisa tidak dapat dihubungi. Ponsel mati, padahal keduanya berjanji akan sarapan bersama. Delon menatap punggung sahabatnya itu, dia paham benar Elizabeth khawatir. Sampai di kamar yang dituju gadis itu berhenti. "Akhirnya sampai juga, Larisa kamu kenapa belum turun sarapan?" omel Elizabeth membuka pintu kamar. Mata gadis itu membola, dia menutup mulut dengan kedua tangan, Delon mengernyitkan kening lalu ikut melongok ke dalam. Dia pun sama ikut terkejut. Melihat bagian dalam berantakan, Elizabeth juga Delon melangkah ke dalam. Dia mendapati ranjang bak kapal pecah, pakaian serta dalaman berserakan di lantai. Keduanya saling menatap meringis, merasa salah datang ke tempat itu. Samar terdegar erangan bersahutan dari sebuah ruang yang tertutup, keduanya menduga itu kamar mandi. E

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   240. Lautan Asmara

    Tangan Larisa bergerak nakal meraba pundak Aarav, wanita itu berjalan memutar untuk berdiri di hadapan sang suami. Mempertontonkan tubuh telanjangnya. Aarav menatap tajam bak serigala yang melihat mangsa. Wajah gadis itu memanas, tangannya mengepal menahan gemetar. Kedua tangan Larisa meraba bagian kemeja, mencoba meloloskan kancing yang masih melekat. Aarav memperhatikan dengan badan panas dingin, kemeja itu terlepas berkat tarikan sang istri, mempertontonkan bagian dada maskulin. “Aku siap, mari lakukan. Jangan menahan lagi,” bisik Larisa mencengkeram bagian junior Aarav. Aarav melambung tinggi, seperti naik rollercoaster, sungguh perasaan luar biasa tidak terkira. Tanpa menunggu waktu lebih lama, Aarav mengangkat tubuh Larisa, merebahkan di ranjang. Memulai kembali belaian lidah dan juga bibir di area sensitif Larisa. Gadis itu berteriak, setumpuk rasa dengan jantung terpompa lebih cepat. Menantikan hal yang lebih menakjubkan dari pemanasan itu. “Aku, akan melakuka

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   239. Menghadiri Pesta Axelle Zeroun

    Mata Larisa berbinar melihat pemandangan di bawah laut pada sore hari. Saat ini mereka tengah berada di sebuah kapal pesiar. Langkah kakinya nampak lincah dengan sepatu cats yang dikenakan. Dress warna putih setinggi lutut menari dengan indah seirama langkah. Aarav membiarkan gadis muda itu di hadapannya. Kemudian mantik pelan saat sang istri hampir menabrak seorang anak muda. "Kau tidak apa?" tanya pemuda tampan rupawan pada Larisa. Gadis tersebut tersenyum, "Aku baik," jawabnya. Pemuda tersebut mengerutkan kening lalu tersenyum. "Kau, Kak Larisa?" tanya pemuda itu. "Iya, bagaimana kau bisa mengenalku?" tanya Larisa. 'Astaga, siapa lalat pengganggu ini?' cebiknya. "Astaga, aku juniormu di kampus Kak, senang sekali bisa berjumpa dengan Kakak Cantik," kata pemuda itu lagi. Larisa mencoba berpikir keras, dia seperti mengingat sesuatu. "Hei, Ren, apa yang kau lakukan disini? Pasti mengganggu gadis-gadis?" Seorang gadis cantik dat

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   238. Penangkaran Buaya?

    Maya merasa tidak ingin masuk ke dalam apartemen tersebut. Namun, tidak ada pilihan pemuda yang mengekang pasti mencari di manapun dia berada. Tidak ada tempat untuk dia kabur sama sekali. Kabur pun hendak ke mana, tiada tempat bagi dirinya. Wanita itu menghela napas berat lalu berjalan masuk, ruangan gelap, hanya seberkas cahaya sorot lampu yang masuk dari luar. Maya meraba dinding lalu menekan tombol saklar. Dia menundukkan kepala kemudian melangkah ke dalam. "Kau malam sekali pulang." Suara bariton lelaki terdengar. Maya tidak terkejut, sudah menduga pemuda itu akan datang. "Aku ikut bos ke luar kota," jawabanya sembari melepas sepatu. Maya mendongakkan kepala, baru dia melihat wajah lelaki tersebut. Dia mengulas senyum, berjalan gemulai ke arah sofa lalu duduk di pangkuan sang pemuda. "Kau cemburu?" tanya Maya. Pemuda itu menatap sarkas, "Jangan bercanda," sanggahnya. "Jangan khawatir, pak tua itu mampu menjaga diri dengan baik, kau t

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   237. Firasat Seorang Istri

    Malam hari di kediaman Aarav. Larisa duduk di ruang tamu dengan perasaan gundah gulana, berulang kali bangkit dari sofa lalu kembali duduk, terkadang mondar-mandir mirip setrika. Apa yang dikatakan Elizabeth tadi siang begitu mengganggu, membuat berpikir keras. Bagaimana jika sang suami memang berselingkuh, sekretaris pribadinya bertubuh sintal, nan sexy, dada menggelembung, cantik nan elegan, ah wanita itu sesuai tipe ideal Aarav. Larisa melirik ke bawah, tubuhnya kerempeng, dada kecil. Sepersekian detik gadis itu membandingkan tubuh dia dan sekertaris, membuat kepala berdenyut nyeri. Dia menguatkan diri mengatakan tidak mencintai sang suami. Namun, berbanding terbalik dengan hati yang tidak karuan, cemas. “Mengapa aku jadi kepikiran, membandingkan hal tidka penting” keluh Larisa. Dia menyibakkan rambut panjang ke belakang. Kembali bangkit dari kursi untuk kesekian kali, kakinya melangkah ke arah jendela, menyibak tirai warna coklat bermotif bunga-bunga besar, mempe

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   236. Godaan Teman Masa Kecil

    Sore hari sekitar pukul empat, usai menempuh perjalanan kurang lebih satu jam Aarav sampai di kota B. mobil yang membawanya berhenti di parkiran sebuah hotel. Lelaki tersebut keluar dari mobil saat sang sopir membukakan pintu, dia duduk di bagian belakang, sedangkan Maya ada di depan bersama sopir. “Maaf Pak, pertemuan akan dilakukan pukul tujuh malam, boleh saya pergi sebentar. Saya janji akan kembali kesini sebelum pukul tujuh,” kata Maya mencegah Aarav melangkah. Tubuh maskulin itu berbalik, “Kau mau mengunjungi ibumu?” tanya Aarav mengingat permintaan Maya tadi. Maya tersenyum seraya menjawab, “Iya, Pak.” “Istirahat sebentar, aku juga mau mandi dahulu. Akan aku antar nanti,” kata Aarav yang langsung melenggang pergi tanpa menunggu jawaban Maya. Wanita tersebut mengurungkan niat, dia kembali mengatupkan bibir yang sempat terbuka hendak mengucap. Yah, apa yang dilakukan Aarav, jika sudah berkehendak, tidak ada yang bisa menolak. Maya mengekor A

DMCA.com Protection Status