Share

Bab 6. Escape

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-20 22:25:47

Lingkar mata Camelia sedikit gelap akibat baru bisa tertidur di pagi buta. Raut wajah Camelia tak secerah biasanya. Kemuraman melingkupi paras cantik gadis itu. Pancaran matanya menunjukan jelas rasa takut yang melebur menjadi satu dengan kecemasan dan kepanikan. Ya, sejak tadi malam otak Camelia sangatlah kacau. Ingatan Camelia terus terngiang-ngiang akan ancaman Dominic yang membuat seluruh bulu kuduk Camelia merinding. 

Camelia tidak pernah menyangka akan tersandera di istana pria yang kejam dan tak memiliki hati. Sungguh, Camelia khawatir akan terjadi sesuatu pada ayahnya. Jauh dari dalam lubuk hati Camelia terdalam, Camelia berharap ayahnya membaca pesan darinya. Camelia tak mau sampai ayahnya datang menjemputnya. 

“Astaga, Camelia. Kau masih berdiam di kamar?” Hedy melangkah masuk ke dalam kamar Camelia, menatap gadis itu yang masih berdiam diri di kamar. Terlihat raut wajah Hedy jengkel melihat Camelia yang belum juga keluar kamar. Padahal ini sudah waktunya bersih-bersih. 

“H-Hedy? Kau di sini?” Mata Camelia melebar terkejut melihat Hedy berada di hadapannya. Raut wajah Camelia menjadi sedikit salah tingkah. Namun Camelia tetap berusha untuk tenang. 

Hedy menghela napas dalam, meredakan rasa kesalnya. “Camelia, kenapa kau malah melamun? Ini sudah jam bekerja. Kau memiliki jadwal untuk membersihkan meja. Ayo cepat keluar jangan sampai terlambat. Tuan Dominic membenci ada debu yang menempel di mansion-nya. Tuan Dominic sangat bersih dan teliti. Debu satu titik saja beliau bisa tahu dan kalau sampai itu terjadi, maka habislah kita semua mendapatkan amukan darinya.” 

Camelia menelan salivanya susah payah. Bayangan Dominic murka muncul di depan mata Camelia. Sangat menyeramkan dan kejam. “I-iya, Hedy. Aku keluar sekarang.” Dengan langkah kaki terburu-buru, Camelia berjalan cepat meninggalkan kamarnya. Pun Hedy menyusul Camelia. 

Di ruang tengah, Hedy memberikan kain lap untuk membersihkan meja. Tak lupa dengan air pembersihnya. Tanpa membantah Camelia mengambil kain lap dan pembersih itu. Jujur, ini pertama kali Camelia membersihkan meja. Tapi Camelia ingat cara membersihkan meja karena mengingat cara pelayan di rumahnya membersihkan meja. Walau tak mahir, tapi Camelia akan terus berusaha agar tak mendapatkan masalah. 

“Kau bersihkan meja itu sekarang. Aku akan mengawasimu sebentar. Kalau aku rasa kau bisa ditinggal, aku akan meninggalkanmu dan mengerjakan pekerjaan yang lain,” ujar Hedy memberi perintah pada Camelia. 

Camelia mengangguk patuh merespon ucapan Hedy. Detik selanjutnya, Camelia mulai menyemprotkan cairan pembersih ke atas meja, lalu membersihkan meja itu perlahan menggunakan lap. Tetapi, tiba-tiba sikut Camelia menyenggol pajangan guji kecil di atas meja. Tepat dikala guci itu nyaris terjatuh, Hedy melangkah maju dan menangkap guci itu. 

“Ya Tuhan, Camelia!” Hedy sampai nyaris menjerit kala menangkap guci itu. “Kau tahu? Pajangan di sini semua sangat mahal. Pajangan guci ini terbuat dari emas murni. Kalau sampai jatuh, kau bisa mendapatkan amukan Tuan Dominic.” Hedy tak bisa berpikir lagi, semua pekerjaan yang dikerjakan Camelia selalu saja kacau. Beruntung dirinya tak meninggalkan Camelia. Jika saja Hedy pergi, pasti Camelia sudah merusak seluruh isi ruangan. 

Camelia menggigit bibir bawahnya merasa bersalah. Camelia sendiri tak menyangka kalau terus membuat masalah. Padahal tadi dirinya sudah sangat berhati-hati. “A-aku minta maaf, Hedy. Aku benar-benar tidak sengaja.” 

Hedy memijat pelipisnya menggunakan tangan kanannya. Tangan kiri Hedy meletakan guci ke atas meja. “Sudah, kau tidak usah membersihkan meja. Kau ikut saja denganku ke supermarket. Aku ingin membeli bahan-bahan makanan. Nanti pekerjaanmu ini akan dikerjakan oleh pelayan lain.” 

Camelia terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Hedy. Sesuatu hal menyelinap masuk ke dalam benak Camelia. Sesuatu di mana Camelia memiliki sesuatu ide. Dengan cepat Camelia berkata, “Ya, Hedy. Aku mau menemanimu ke supermarket. Tapi tunggu dulu, aku akan ke kamar sebentar.” 

“Kau mau ambil apa di kamar, Camelia?” 

“Sebentar saja. Tidak akan lama, Hedy.” 

“Yasudah, aku tunggu di sini.” 

Camelia mengangguk cepat, dan melangkah masuk ke dalam kamarnya. Tak sampai lima menit, Camelia sudah kembali menghampiri Hedy. Entah apa yang dilakukan Camelia di kamar. Pun Hedy memilih untuk tidak bertanya pada Camelia. 

Kemudian, Hedy mulai mengajak Camelia meninggalkan tempat itu. Namun, sebelumnya Hedy sudah meminta pelayan untuk menggantikan pekerjaan Camelia. Memang hari ini adalah jadwal Hedy untuk pergi ke supermarket. Harusnya Hedy pergi dengan pelayan lain, tapi malah tidak jadi karena kekacauan yang dibuat oleh Camelia. 

Saat tiba di depan, langkah Hedy dan Camelia serempak terhenti kala berpapasan dengan Dominic. Refleks, Hedy dan Camelia menundukan kepalanya di hadapan Dominic. Terlebih Camelia yang sama sekali tidak berani melihat Dominic sama sekali. Setiap kali Dominic ada di hadapannya, tubuh Camelia selalu bergetar ketakutan. Tangan gadis itu pucat pasi. Rasa takut, panik, dan cemas selalu menjalar ke dalam aliran tubuh Camelia. 

“Selamat pagi, Tuan.” Hedy menyapa Dominic dengan sopan. 

“Kau mau pergi?” Mata Dominic menyipit tajam, menatap Hedy. 

“Iya, Tuan. Saya dan Camelia ingin pergi ke supermarket. Kami ingin membeli bahan-bahan makanan yang dibutuhkan,” jawab Hedy menjelaskan dengan sopan. 

Tatapan tajam Dominic teralih pada Camelia yang sejak tadi menunduk tak berani menatap dirinya. Detik berikutnya, Dominic kembali menatap Hedy dengan tegas tak ingin terbantahkan. “Kau boleh pergi dengan Camelia, tapi kau harus membawa pengawal.” 

“Baik, Tuan Dominic,” jawab Hedy patuh. Selanjutnya, Hedy pamit undur diri dari hadapan Dominic bersama dengan Camelia. Terlihat Camelia masih menundukan kepalanya, tak berani menatap Dominic. Gadis itu begitu ketakutan pada Dominic. 

Dominic masih tetap bergeming di tempatnya. Pria itu menatap dingin punggung Camelia yang mulai lenyap pandangannya. Aura wajah dingin dan kejam menyelimuti wajah kokoh pria itu. 

***

Sebuah supermarket besar di Madrid, nampak tak terlalu ramai di hari biasa. Hedy yang sudah tiba di supermarket itu bersama dengan Camelia segera memasukan bahan-bahan makanan ke dalam troly. Di belakang Hedy dan Camelia sudah ada empat penjaga yang menjaga ketat Hedy dan Camelia.  

“Hm, Hedy, apa selalu kau berbelanja seperti ini ditemani pengawal?” bisik Camelia bertanya dengan suara pelan. 

“Iya, Camelia. Karena barang-barang belanjaan sangat berat jadi aku butuh pengawal untuk membantuku. Tapi biasanya hanya satu penhawal saja. Terkadang dua tapi sangat jarang. Aku tidak menyangka sekarang malah empat pengawal ikut dengan kita. Kalau sudah seperti ini, aku merasa seperti menjadi tawanan,” ujar Hedy seraya terkekeh pelan. 

Camelia terdiam sebentar mendengar ucapan Hedy. Raut wajah cemas Camelia melingkupinya. Benak Camelia memikirkan sesuatu hal di mana yang telah dia rencanakan sebelumnya. Camelia tak menyangka kalau akan diawasi dengan empat penjaga sekaligus. Kalau seperti ini ide di kepala Camelia bisa gagal. Tidak! Itu tidak boleh terjadi. Camelia tidak mau sampai ide yang ada di kepalanya gagal. 

“Hedy, sepertinya aku harus ke toilet. Aku ingin buang air kecil sebentar,” ujar Camelia cepat. 

“Kau ingin ke toilet?” ulang Hedy memastikan. 

Camelia menganggukan kepalanya. “Iya, Hedy. Aku ingin ke toilet. Sebentar saja.” 

“Apa kau ingin aku temani?” 

“Tidak usah, Hedy. Aku sendiri saja.” 

“Baiklah, Camelia. Hati-hati.” 

“Terima kasih Hedy.” 

Camelia berbalik, dan hendak pergi dari sana. Namun, langkah Camelia terhenti kala para pengawal langsung menghadang Camelia. Para pengawal itu seolah tak mengizinkan Camelia untuk pergi. 

“Kau mau ke mana?” tanya sang pengawal pada Camelia dengan nada dingin dan tegas. 

“A-aku ingin ke toilet. Aku ingin buang air kecil,” jawab Camelia cepat dan sedikit gugup. 

Pengawal itu menyipitkan matanya. “Aku akan menemanimu.” 

“T-Tidah usah. Aku sendiri saja.” Buru-buru Camelia menjawab. 

“Kalau kau tidak mau ditemani, maka kau tidak bisa pergi,” tukas pengawal itu menegaskan. 

Camelia menggigit bibir bawahnya. Raut wajah Camelia menunjukan jelas kebingungan yang tak teratasi. Hingga akhirnya, Camelia pun menganggukan kepalanya merespon ucapan salah satu pengawal itu. Lantas, Camelia segera melangkah menuju ke toilet; satu pengawal mengikuti Camelia, sedangkan tiga pengawal lainnya bersama dengan Hedy. 

“Kau di sini saja. Ini toilet wanita. Pria dilarang masuk,” kata Camelia kala tiba di depan toilet. Camelia menunjuk ke depan pintu toilet, menunjukan pada sang pengawal agar tak mengikutinya masuk ke dalam toilet wanita. 

“Cepat masuk. Jangan lama!” Terpaksa pengawal itu menyetujui permintaan Camelia. 

Tanpa mengatakan apa pun, Camelia masuk ke dalam toilet wanita. Dalam hati Camelia bersyukur karena pengawal yang menjaganya adalah pria bukan wanita. Kalau saja wanita pasti akan sulit Camelia kelabui. 

Di toilet, Camelia mondar-mandir tidak jelas sambil menggigit kukunya. Otak Camelia mencari cara bagaimana pengawal bisa dirinya bohongi. Camela tak pandai untuk berbohong, tapi dalam keadaan seperti ini, Camelia harus mendesak otaknya berpikir keras.

“Aku harus bisa melarikan diri dari sini. Apa pun caranya,” kata Camelia meneguhkan dirinya sendiri. Tak peduli apa pun resiko, akan tetap Camelia terjang. Camelia tidak mau tetap disandera oleh pria yang kejam.

Tiba-tiba sesuatu ide muncul dalam benak Camela. Detik itu juga, Camelia mengatur napasnya untuk tenang, dan berjalan cepat keluar dari kamar mandi dengan wajah panik. “Tolong aku!” serunya pada sang pengawal yang ada di depan. 

“Ada apa?” Pengawal yang ada di depan Camelia, menatap Camelia dengan tatapan dingin.  

“Hm, aku sedang datang bulan. Aku tidak membawa pembalut. Bisakah kau belikan aku pembalut. Aku mohon bantu aku. Darahku keluar banyak sekali,” kata Camelia yang sangat malu mengatakan itu. Camelia tidak memiliki alasan lagi. Hanya alasan ini yang bisa Camelia gunakan. 

“Ck! Kau ini menyusahkan saja!” seru sang pengawal. 

“M-maaf,” cicit Camelia pelan. 

“Tunggu di sini! Jangan pergi ke mana-mana!” tukas sang pengawal penuh ancaman. 

“B-baik,” jawab Camelia cepat. Berikutnya, pengawal segera berjalan cepat meninggalkan tempat itu. Tepat dikala pengawal sudah pergi dan tak lagi terlihat, Camelia berlari keluar berlawanan arah dengan pengawal. Terlihat Camelia begitu cepat agar demi tak tertangkap oleh sang pengawal. 

Saat pengawal kembali ke toilet, pengawal itu segera mengetuk pintu toilet. Tapi sayangnya tak ada jawaban dari dalam. Pengawal itu mengetuk pintu sekali lagi. Hasilnya adalah nihil, tetap tidak ada jawaban dari dalam. Refleks, pengawal itu menerobos masuk ke dalam toilet. 

Lalu … seketika mata pengawal itu melebar terkejut kala mendapati toilet sudah kosong. Pengawal itu panik. Mengendarkan pandangan ke setiap sudut tapi tak menemukan hasil. Dengan cepat pengawal itu berlari keluar toilet, menghampiri Hedy. 

“Hedy, di mana Camelia?!” seru pengawal pada Hedy. 

“Camelia?” Kening Hedy mengerut bingung. “Bukannnya Camelia di toilet bersama denganmu? Kenapa kau bertanya padaku?” tanyanya tak mengerti. 

“Dia belum kembali?!” Pengawal itu menatap tajam Hedy. 

“Belum, aku belum melihat Camelia kembali,” jawab Hedy lagi. 

“Gadis itu berani mengelabuiku!” Pengawal itu langsung meminta tiga temannya memeriksa CCTV supermarket. Tampak keempat pengawal itu panik bersamaan dengan Hedy yang jadi ikut panik dan khawatir. Beberapa detik dikala CCTV terputar, keempat pengawal itu sama-sama mengumpati Camelia yang sudah berlari keluar jalanan. Besar kemungkinan Camelia sudah bersembunyi dan itu memakan waktu untuk menemukan. Tindakan Camelia melarikan diri, sukses membuat semua orang menjadi takut bercampur kepanikan hebat. 

***

Dominic menatap tajam hasil laporan klub malam miliknya. Beberapa transaksi illegal berhasil digagalkan. Dominic memang bukan pria yang baik, tapi selama ini Dominic tak pernah masuk ke pasar gelap untuk menjual wanita ke negara lain. 

Dominic melempar laporan yang ada di tangannya ke atas meja, menyambar whisky di hadapannya, dan menegak hingga kasar. Api amarah Dominic tersulut karena sampai detik ini Burke, ayah Camelia belum ditemukan. Dominic bukan hanya akan melenyapkan pria tua itu, tapi Dominic akan memberikan pelajaran berharga padanya karena telah berkhianat. Tak ada kata ampun bagi seorang pengkhianat. 

“Tuan Dominic, langkah apa yang akan Anda lakukan? Apa Anda tetap menyandera Nona Camelia?” tanya Eldon penu hati-hati. 

“Kata menyandera terlalu kejam. Aku masih tetap membebaskan Camelia pergi meski hanya ke supermarket. Aku juga tidak mengurung Camelia di sebuah ruangan. Camelia di sini aku pekerjakan sebagai pelayan. Nantinya aku akan tetap membayar dia seperti pelayan lain. Aku hanya menjadikannya alat untuk bisa menjebak ayahnya yang sialan itu. Setelah ayahnya datang, aku akan membebaskan Camelia dan hanya berurusan pada ayah gadis itu,” seru Dominic dengan nada geraman menahan amarah. 

Eldon mengangguk patuh merespon ucapan Dominic. 

“Tuan Dominic!” Seorang pengawal menerobos masuk ke dalam ruang kerja Dominic bersama dengan Hedy. Refleks, Domimic dan Eldon pun mengalihkan pandangannya mereka ke sumber suara itu. 

“Kalian? Kenapa berlari seperti itu?” seru Dominic menatap dingin sang pengawal dan Hedy. 

“T-Tuan, Camelia h-hilang,” ucap Hedy gugup. 

Seketika raut wajah Dominic berubah mendengar apa yang dikatakan oleh Hedy. Iris mata Dominic tajam dan menusuk. “Apa maksudmu, Hedy!” gelegarnya keras. 

“Tuan, Camelia berhasil mengelabui saya. Dia pergi ke toilet dan meminta saya untuk membeli pembalut. Saat saya kembali ke toilet, Camelia melarikan diri, Tuan,” ujar sang pengawal cepat. 

Aura wajah Dominic menunjukan jelas kemarahannya. Dominic menggeram. Kilat mata pria itu penuh emosi tak tertahan. “Kenapa kau menjaga satu gadis saja tidak becus!” bentaknya keras. 

“M-maaf, Tuan.” Pengawal itu menjawab dengan gugup. 

“Sialan!” Dominic berusaha mengatur emosi dalam dirinya. “Eldon! Periksa CCTV di area jalanan dekat supermarket!!” tukasnya memberi perintah tegas pada Eldon. 

“Baik, Tuan,” jawab Eldon patuh. 

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Dominic bangkit berdiri menyambar ponsel dan kunci mobilnya, dan berlari keluar meninggalkan ruang kerjanya. Refleks, Eldon berlari menyusul Dominic. Tampak umpatan dan makian tak henti lolos dalam hati Dominic. Kali ini Dominic bersumpah tak akan berbaik hati lagi pada Camelia. 

Bab terkait

  • Godaan Hasrat Pria Misterius   Bab 7. Jungle Lion's Anger

    Langit cerah mulai tertutupi oleh awan gelap. Perut Camelia sedikit berbunyi keruyukan menandakan gadis itu mulai sedikit lapar. Langkah kaki Camelia melemah. Jalanan pun nampak sepi. Camelia tersesat. Selama ini Camelia jarang sekali keluar rumah. Tak heran jika dirinya tak mengenal dunia luar. Sungguh, Camelia tak tahu dirinya ada di mana. Gadis itu hanya melangkah mengikuti arah angin yang entah membawanya ke mana. Camelia menghela napas dalam, gadis itu mengeluarkan ponselnya, melihat ternyata baterai ponselnya sudah habis. Bodoh! Camelia merutuki kebodohannya sendiri. Camelia tidak tahu kalau baterai ponselnya habis. Pun kini Camelia melihat dompetnya, dirinya hanya memiliki beberapa lembar uang saja. Tak banyak tapi paling tidak cukup untuk membuatnya bertahan tiga hari. Yang terpenting saat ini Camelia bisa bebas dari Dominic. Camelia tidak mau menjadi tawanan pria kejam itu lagi. “Aku harus ke mana?” gumam Camelia pelan dan sedikit bingung. Gadis itu mulai melangkahkan kaki

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Godaan Hasrat Pria Misterius   Bab 8. A Question

    Langkah kaki Camelia gontai kala memasuki kamar megah Dominic. Camelia hendak ingin kembali menuju kamarnya, tapi sayangnya cengkraman tangan Dominic masih melingkar di pergelangan tangannya sangatlah kuat. Beberapa kali Camelia meringis kesakitan, tapi tetap tak membuat Dominic iba padanya. Sungguh, Camelia seakan merasa dirinya berada di ambang pintu neraka yang menyesakan dirinya. “T-Tuan … a-aku—” “Buka bajumu,” titah Dominic tegas yang sontak membuat mata Camelia melebar terkejut. “T-Tuan, a-apa maksudmu?” Camelia menelan salivanya susah payah, bingung dan tak mengerti akan apa yang diucapkan oleh Dominic. “Kau tidak lihat pakaianmu robek seperti itu?! Cepat buka pakaianmu!” bentak Dominic dengan nada keras dan tak suka dilawan. “T-Tuan, b-biarkan aku mengganti pakaianku di kamar. Aku akan—” “Kau akan berniat untuk melarikan diri lagi?! Iya?! Kau pikir aku bisa mudah ditipu, hah?!” seru Dominic dengan nada tinggi, hingga membuat Camelia menunduk tak berani melihat Dominic

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Godaan Hasrat Pria Misterius   Bab 9. Stranger Woman's Arrival

    Hujan deras membasahi bumi. Gelegar petir membelah langit gelap, menimbulkan kilat cahaya yang terang dan menyilaukan. Tampak Camelia yang tertidur di sofa bergerak-gerak gelisah. Peluh membanjiri keningnya. Suara igauan pelan dan terdengar merintih piluh seolah menunjukan bahwa gadis itu sangat menderita. “Dad … Mom … help me …” Camelia mengigau dengan kondisi mata yang masih tertutup. Dominic membuka matanya kala gelegar petir membangunkannya. Mata Dominic menyipit tajam, tak sengaja melihat Camelia yang tidur di sofa bergerak-gerak gelisah, seakan menunjukan bahwa gadis itu tengah bermimpi buruk. Ya, Camelia tertidur di sofa kamar Dominic. Sesuai apa yang diinginkan oleh Dominic. Camelia tak berdaya. Gadis itu tak memiliki pilihan lain selain menuruti keinginan Dominic. Dominic menyibak selimut, turun dari ranjang dan melangkah menghampiri Camelia. Raut wajah Dominic menjadi kesal melihat Camelia mengigau memanggil kedua orang tua gadis itu. Benar-benar sangat menyusahkan. Domin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Godaan Hasrat Pria Misterius   Bab 10. Mysterious Man

    “M-maaf.” Camelia kikuk salah tingkah karena mengganggu Dominic bersama dengan sosok wanita cantik yang Camelia yakini wanita itu adalah kekasih Dominic. Tampak Camelia menggigit bibir bawahnya bingung dan tak mengerti apa yang harus Camelia lakukan. Harusnya Camelia melangkahkan kakinya pergi meninggalkan tempat itu, tapi alih-alih pergi malah Camelia tak bisa menggerakan kakinya. Kaki Camelia seolah tertanam di sana tak mampu berkutik. Detik di mana Dominic mendengar perkataan maaf Camelia, pria itu langsung mendorong kasar tubuh Winola yang memeluknya, hingga membuat Winola tersungkur di lantai. Camelia yang berdiri tak jauh dari Dominic sampai terbelalak terkejut akan tindakan kasar Dominic pada Winola. “Akh—” Winola merintih kala tersungkur di lantai. Tatapan Winola berubah menjadi kesal. Ini bukan pertama kali Dominic menolaknya. Sudah berkali-kali Dominic menolak dirinya. “Dominic, kenapa kau kasar padaku? Orang tua kita menjalin hubungan baik. Aku yakin orang tuamu pasti se

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Godaan Hasrat Pria Misterius   Bab 11 – Party? 

    Tiga hari setelah Camelia melarikan diri, Camelia sudah tak lagi diperbolehkan keluar dari rumah. Tugas Camelia hanya membersihkan rumah sesuai dengan jadwal yang Hedy berikan padanya. Jika sampai Camelia berani melanggar, maka Dominic tak akan segan-segan mengurung Camelia ke ruang bawah tanah. Tentu ancaman Dominic ini membuat Camelia tak berdaya sama sekali. Camelia tidak mungkin berani melawan apa yang sudah Dominic tetapkan. Kondisi Camelia beberapa hari ini sudah berangsur-angsur membaik. Bisa dikatakan Camelia sekarang sudah pulih. Tak lagi sakit. Selama tiga hari ini, Camelia sudah membantu Hedy untuk membersihkan rumah, hanya saja Hedy belum berani memberikan tugas terlalu berat dan susah pada Camelia. Pasalnya masih banyak yang harus Camelia pelajari. Pun Hedy bisa-bisa pusing kalau sampai Camelia membuat masalah. “Camelia, kau tidak usah membersihkan itu. Nanti pecah. Pajangan itu mahal sekali, Camelia,” seru Hedy panik kala melihat Camelia tengah membersihkan guci. “Hed

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Godaan Hasrat Pria Misterius   Bab 12 – Like a Greek Goddess

    Camelia nyaris kehilangan kata mendengar perkataan Dominic. Sepasang iris mata abu-abunya melebar terkejut. Tenggorokan Camelia seakan tersumbat batu keras. Dada Camelia bergumuruh. Kata-kata Dominic terus terngiang dalam pikiran Camelia. Tidak! Camelia yakin apa yang dia dengar ini pasti salah. “T-Tuan, m-maaf, tadi k-kau bilang apa?” Camelia bertanya memastikan. Pasalnya Camelia takut kalau apa yang dia dengar ini tidak benar. “Ck! Apa kau tuli?! Aku bilang kau temani aku ke pesta!” seru Dominic dengan nada keras. Camelia menelan salivanya susah payah. Raut wajah gadis itu nampak pucat. “A-aku menemanimu, Tuan?” Camelia menunjuk dirinya sendiri. “Siapa lagi kalau bukan dirimu, Camelia? Aku dari tadi mengajakmu bicara! Kenapa kau bodoh sekali?!” Dominic memberikan tatapan tajam sekaligus kesal pada Camelia. “T-Tuan, t-tapi kenapa? Maksudku kenapa harus aku yang menemanimu ke pesta?” Camelia dibuat tak mengerti denganapa yang telah Dominic putuskan itu. “Jangan berisik! Kau ikut

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Godaan Hasrat Pria Misterius   Bab 13 – Meet Geovan Family 

    Sebuah pesta mewah di salah satu hotel ternama di Madrid membuat Camelia menjadi canggung dan malu. Ditambah sejak tadi tangan Dominic terus melingkar di pinggang Camelia. Beberapa kali Camelia berusaha untuk tenang, tapi tetap saja tidak bisa. Jarak Camelia dan Dominic sangat dekat, membuat Camelia tak mampu untuk mengendalikan sebuah rasa dalam dirinya. Dada Camelia bergemuruh tak menentu seakan membuat aliran darah dalam tubuhnya terhenti. “T-Tuan—” “Berhenti memanggilku Tuan!” tukas Dominic dingin dan penuh penegasan. Camelia menggigit bibir bawahnya. “A-aku harus memanggilmu apa?” tanyanya bingung dan tak mengerti. Dominic menatap dingin dan lekat Camelia. Dengan telunjuknya, pria itu mengangkat dagu Camelia sambil berkata tegas, “Panggil namaku!” “T-tapi—” “Aku sudah bilang jangan membantahku, Camelia,” bisik Dominic tajam, menusuk. Camelia mengangguk patuh. Raut wajah gadis itu tetap dilingkupi rasa cemas dan takut tapi tetap Camelia tak bisa membantah. Apa yang bisa Cam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Godaan Hasrat Pria Misterius   Bab 14 – Trouble Maker

    “Camelia, kau terlihat masih sangat muda. Berapa usiamu, Sayang?” Marsha memulai percakapan kala tengah menikmati makan malam bersama. Ya, di kursi meja makan itu sudah dipenuhi kelurga Geovan. Saudara-saudara Dominic serta pasangan-pasangan mereka sudah duduk bersebelahan layaknya pasangan sempurna. Begitupun dengan Camelia yang duduk di samping Dominic. Sejak tadi Camelia dilarang berjauh-jauhan dengan Dominic. “Aku 18 tahun, Bibi. Tahun ini usiaku 19 tahun,” jawab Camelia pelan dan lembut. “Wah, Camelia! Kau masih muda sekali. Usia Dominic tahun ini 29 tahun. Kau dan Dominic berbeda 10 tahun. Daun muda memang sepertinya lebih hot,” sambung Miracle sambil mengedipkan mata menggoda adik bungsunya. Selena mengulum senyumannya. “Aku tidak menyangka memiliki calon adik ipar masih sangat muda. Ah, kalau seperti ini aku merasa diriku sudah tua.” Camelia membalas ucapan Miracle dan Selena dengan senyuman canggung di wajahnya. Sungguh, Camelia tak tahu harus mengatakan apa. Bahkan Cam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21

Bab terbaru

  • Godaan Hasrat Pria Misterius   Bab 20 – Awkward Moment

    Pelupuk mata Camelia bergerak beriringan dengan bulu mata lentiknya. Sayup-sayup, Camelia melihat dirinya berada di kamar megah dengan sentuhan maskulin—yang sangat tak asing di matanya. Dan ketika kesadaran Camelia sudah pulih, gadis itu langsung menyadari dirinya berada di kamar milik Dominic. Raut wajah Camelia berubah menjadi bingung. Refleks, Camelia melihat ke jam dinding—waktu menunjukan pukul tujuh malam. Artinya, setelah tadi kaki Camelia dijahit, gadis itu malah ketiduran di kamar Dominic. “Kenapa aku bisa sampai tertidur di sini?” gumam Camelia pelan. Camelia mengingat semua kejadian yang menimpanya tadi pagi. Kejadian di mana Winola begitu jahat padanya sampai membuat kakinya harus mendapatkan jahitan. “Kau sudah bangun?” Suara berat Dominic sontak membuat Camelia sedikit terkejut. Refleks, Camelia mengalihkan pandangannya ke sumber suara itu. “T-Tuan … Maksudku, Dominic.” Camelia segera mengoreksi panggilan untuk Dominic. Gadis itu menatap Dominic yang duduk di sofa sa

  • Godaan Hasrat Pria Misterius   Bab 19 – A Warm Hug

    “Akh—” Winola meringis kala tangan Dominic mencengkramnya dengan begitu kuat. Winola berusaha melepaskan cengkraman tangan Dominic, tapi alih-alih terlepas malah Dominic semakin mencengkram kuat pergelangan tangannya. Tampak mata Winola sudah memerah menahan rasa sakit itu. Sayangnya, meski Winola meringis sekalipun tetap tak membuat Dominic mengiba. Sorot mata Dominic begitu tajam dan menusuk seperti singa hutan yang ingin mengamuk karena ketenangannya diusik. “D-Dominic … l-lepaskan tanganku. K-kau menyakitiku,” rintih Winola memohon agar Dominic melepaskan cengkraman tangannya. Tapi alih-alih terlepas, malah Dominic semakin mencengkram kuat tangannya. Aura wajah Dominic menunjukan kemarahannya. Geraman terdengar seakan berusaha mengendalikan dirinya. Detik selanjutnya, Dominic mulai menatap Camelia yang tersungkur di lantai. Darah yang mengalir dari kaki Camelia terus berlinang. Isak tangis Camelia seakan menggetarkan hati Dominic, menyulut, hingga membuat sekujur tubuh Domin

  • Godaan Hasrat Pria Misterius   Bab 18 – How Dare You!

    Iris mata abu-abu Camelia sedikit melebar kala mendengar Winola datang untuk mencarinya. Tampak Camelia menggigit bibir bawahnya pelan. Camelia bingung luar biasa. Pasalnya, Camelia merasa tak memiliki persoalan pada Winola. Tapi kenapa malah Winola mencarinya? “Maaf, Nona … a-ada apa kau mencariku?” tanya Camelia seraya menatap Winola. “Well, harusnya kau mempersilahkan tamu yang datang. Bukan malah bertanya seperti itu. Di mana letak sopan santunmu? Ingat posisimu di sini hanya seorang pelayan kan?” Winola berkata begitu sarkas dan tajam. “M-maaf. Silahkan masuk.” Camelia pun akhirnya mempersilahkan masuk Winola. Meski Dominic pernah mengusir Winola, tapi buktinya para penjaga tetap membiarkan Winola masuk. Itu artinya Winola memang cukup dekat dengan Dominic. Dan Camelia tidak memiliki hak untuk mengusir Winola. Bagaimana pun, Camelia tahu akan posisinya. “Nona, kau ingin minum apa?” Camelia menawarkan minuman pada Winola. Winola tersenyum seraya duduk di sofa, wanita itu men

  • Godaan Hasrat Pria Misterius   Bab 17 – Winola’s Arrival 

    Gelegar petir keras membuat Camelia yang terlelap langsung terbangun. Camelia mengerjapkan mata beberapa kali. Menggeliat dan menguap. Gadis itu melihat ke arah jendela, gorden bergerak-gerak menandakan angin berembus sangatlah kencang. Rupanya jendela belum tertutup dengan rapat. Buru-buru, Camelia segera menyibak selimut, turun dari ranjang seraya melangkah menuju ke arah jendela—menutup rapat jendela itu. “Hujannya besar sekali,” gumam Camelia pelan. Tatapan Camelia melihat hujan dari balik jendela. Anginnya sangat besar, membuat cipratan air hujan menyentuh kulit Camelia. “Camelia?” Hedy melangkah masuk ke dalam kamar Camelia. Refleks, Camelia mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara itu. “Ya, Hedy?” Camelia menatap Hedy yang mendekat padanya. “Boleh aku minta tolong, antarkan minuman ke ruang olahraga Tuan Dominic?” ujar Hedy meminta tolong pada Camelia. “Tuan Dominic masih berolahraga?” tanya Camelia sedikit terkejut mendengar ucapan Hedy. Pasalnya ini sudah tengah mal

  • Godaan Hasrat Pria Misterius   Bab 16 – The Actual information

    “Camelia, akhirnya kau muncul juga. Aku sudah sejak tadi menunggumu.” Hedy mendesah lega melihat Camelia yang sudah masuk ke dalam dapur. Raut wajah Hedy menunjukan jelas rasa penasaran yang tak bisa tertahan lagi. Banyak hal yang muncul dalam benak Hedy yang ingin Hedy tanyakan pada Camelia. “Maaf, aku terlambat, Hedy. Apa tugasku hari ini?” tanya Camelia pelan seraya menatap Hedy. Gadis itu sudah rapi dengan seragam pelayan yang selalu dipakainya. Hedy menarik tangan Camelia, mengajak Camelia duduk di kursi yang terdekat dengan mereka. Pun Camelia menurut dan tak membantah sama sekali kala Hedy mengajaknya untuk duduk. “Aku ingin bertanya sesuatu padamu, Camelia,” tukas Hedy tak sabar. “Kau ingin tanya apa, Hedy?” Camelia menatap Hedy sedikit bingung. “Tadi malam aku melihatmu digendong oleh Tuan Dominic. Kau terlihat mabuk berat. Kau juga dirias dengan sedemikian cantik. Banyak pelayan yang iri, kau bisa dekat dengan Tuan Dominic, Camelia. Apa sebenarnya kau ini memiliki hubun

  • Godaan Hasrat Pria Misterius   Bab 15 – Drunk

    “Kepalaku pusing sekali. Turunkan aku! Aku bisa jalan sendiri.” Camelia meracau kala memasuki mansion Dominic. Tampak para pelayan yang masih terbangun di malam hari terkejut melihat Dominic menggendong Camelia. Tindakan Dominic membuat para pelayan tak mampu berkata-kata. Apalagi kondisi Camelia yang seperti mabuk berat. “Dominic! Kau pria menyebalkan! Turunkan aku!” Camelia memukul-mukul punggung kekar Dominic sekeras mungkin. Punggung yang seperti batu hingga membuat tangan Camelia kesakitan. Sungguh, Camelia merasakan kepalanya benar-benar tertusuk. Dominic tak mengindahkan ucapan Camelia. Pria itu terus melangkahkan kakinya menuju lift. Raut wajah Dominic sama sekali tidak peduli akan banyak pelayan yang menatapnya. Kali ini amarah Dominic tidak lagi tertahan. Camelia telah membuat masalah di tengah-tengah pesta. Brakkkk Dominic membanting kasar tubuh Camelia ke atas ranjang. Rintihan lolos di bibir Camelia terdengar. Tubuh Camelia langsing nyaris terpelanting akibat Dominic

  • Godaan Hasrat Pria Misterius   Bab 14 – Trouble Maker

    “Camelia, kau terlihat masih sangat muda. Berapa usiamu, Sayang?” Marsha memulai percakapan kala tengah menikmati makan malam bersama. Ya, di kursi meja makan itu sudah dipenuhi kelurga Geovan. Saudara-saudara Dominic serta pasangan-pasangan mereka sudah duduk bersebelahan layaknya pasangan sempurna. Begitupun dengan Camelia yang duduk di samping Dominic. Sejak tadi Camelia dilarang berjauh-jauhan dengan Dominic. “Aku 18 tahun, Bibi. Tahun ini usiaku 19 tahun,” jawab Camelia pelan dan lembut. “Wah, Camelia! Kau masih muda sekali. Usia Dominic tahun ini 29 tahun. Kau dan Dominic berbeda 10 tahun. Daun muda memang sepertinya lebih hot,” sambung Miracle sambil mengedipkan mata menggoda adik bungsunya. Selena mengulum senyumannya. “Aku tidak menyangka memiliki calon adik ipar masih sangat muda. Ah, kalau seperti ini aku merasa diriku sudah tua.” Camelia membalas ucapan Miracle dan Selena dengan senyuman canggung di wajahnya. Sungguh, Camelia tak tahu harus mengatakan apa. Bahkan Cam

  • Godaan Hasrat Pria Misterius   Bab 13 – Meet Geovan Family 

    Sebuah pesta mewah di salah satu hotel ternama di Madrid membuat Camelia menjadi canggung dan malu. Ditambah sejak tadi tangan Dominic terus melingkar di pinggang Camelia. Beberapa kali Camelia berusaha untuk tenang, tapi tetap saja tidak bisa. Jarak Camelia dan Dominic sangat dekat, membuat Camelia tak mampu untuk mengendalikan sebuah rasa dalam dirinya. Dada Camelia bergemuruh tak menentu seakan membuat aliran darah dalam tubuhnya terhenti. “T-Tuan—” “Berhenti memanggilku Tuan!” tukas Dominic dingin dan penuh penegasan. Camelia menggigit bibir bawahnya. “A-aku harus memanggilmu apa?” tanyanya bingung dan tak mengerti. Dominic menatap dingin dan lekat Camelia. Dengan telunjuknya, pria itu mengangkat dagu Camelia sambil berkata tegas, “Panggil namaku!” “T-tapi—” “Aku sudah bilang jangan membantahku, Camelia,” bisik Dominic tajam, menusuk. Camelia mengangguk patuh. Raut wajah gadis itu tetap dilingkupi rasa cemas dan takut tapi tetap Camelia tak bisa membantah. Apa yang bisa Cam

  • Godaan Hasrat Pria Misterius   Bab 12 – Like a Greek Goddess

    Camelia nyaris kehilangan kata mendengar perkataan Dominic. Sepasang iris mata abu-abunya melebar terkejut. Tenggorokan Camelia seakan tersumbat batu keras. Dada Camelia bergumuruh. Kata-kata Dominic terus terngiang dalam pikiran Camelia. Tidak! Camelia yakin apa yang dia dengar ini pasti salah. “T-Tuan, m-maaf, tadi k-kau bilang apa?” Camelia bertanya memastikan. Pasalnya Camelia takut kalau apa yang dia dengar ini tidak benar. “Ck! Apa kau tuli?! Aku bilang kau temani aku ke pesta!” seru Dominic dengan nada keras. Camelia menelan salivanya susah payah. Raut wajah gadis itu nampak pucat. “A-aku menemanimu, Tuan?” Camelia menunjuk dirinya sendiri. “Siapa lagi kalau bukan dirimu, Camelia? Aku dari tadi mengajakmu bicara! Kenapa kau bodoh sekali?!” Dominic memberikan tatapan tajam sekaligus kesal pada Camelia. “T-Tuan, t-tapi kenapa? Maksudku kenapa harus aku yang menemanimu ke pesta?” Camelia dibuat tak mengerti denganapa yang telah Dominic putuskan itu. “Jangan berisik! Kau ikut

DMCA.com Protection Status