Levan mengenakan setelan hitam, dan ekspresinya sedingin biasanya. Hal pertama yang perlu Caca lakukan adalah bersikap biasa saja. “Kakak, apa kamu akan segera pergi? Kenapa tidak mengambil makanan atau menikmati acara lebih dulu." Yezline tersenyum dengan anggun bak putri kerajaan. "Aku punya sedikit pekerjaan yang belum selesai, jadi aku harus segera kembali." Caca menjawab dengan ekspresi dingin. "Kalau begitu, mari kita minum dulu sebelum Kakak pergi. Lagipula kakak adalah kakak Perempuanku satu-satunya, dan ini adalah hari pentingku, jadi bagaimana kakak bisa pergi secepat itu?" Yezline mengambil gelas anggur langsung dari nampan dan baru saja akan menyerahkannya kepada Caca. Namun, Caca segera meraih minuman dari nampan pelayan yang lewat. Caca tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak-tidak, jadi dia lebih memilih mengambil sendiri. Caca takut dijebak oleh Yezline. Caca mengangkat gelasnya, dan meminum semuanya. "Sayang, apa aku jahat, sampai kakak tidak ingin minum m
Di ruang acara.Pelayan datang dan membisikkan sesuatu di telinga Yezline, Yezline tanpa sadar melihat waktu.Orang tua Levan, Ronald Arnest Saputra dan Kirana mendapatkan banyak pujian dan sambutan hari ini.Putranya masih muda dan hebat, serta calon menantu perempuannya adalah sosok yang memiliki pamor di dunia akting dan model.Hari ini, Ronald cukup nampak gagah dan berwibawa dalam pakaian formal hitam, sementara Kirana mengenakan gaun dengan model sheath berwarna hitam dengan taburan batu swarovski yang sangat mewah nan elegan. Pada saat ini, kedua orang tua itu berurusan dengan tamu yang keluar masuk, karena Yezline bersikap sangat ramah dia menghibur para tamu dengan mudah, tidak memerlukan usaha sama sekali dari mereka.Ini bahkan lebih memuaskan bagi orang tua Levan.Yezline memegang gelas anggur, berjalan dengan anggun ke Ronald dan Kirana."Om, Tante, Levan sepertinya tidak enak badan, aku ingin pergi menemuinya." Yezline memiliki kata "khawatir" tertulis di wajahnya.Begi
"Yezline adalah anak yang mementingkan orang lain dari pada dirinya sendiri." Kirana mengalihkan pandangannya kembali, "Levan, kejadian ini telah memperburuk hati Yezline, kamu harus lebih baik pada Yezline nanti, jika kamu masih merasa tidak enak badan, pergi ke kamar sebelah dan istirahatlah." Levan menggunakan sudut matanya untuk melirik Caca yang sedang duduk di lantai dengan pakaiannya yang berantakan.Pikir Levan, mungkin, dengan membiarkan Caca sedikit menderita, Caca akan tahu betapa membahagiakannya hidup di sampingnya."Baiklah." Levan menganggukkan kepalanya dan langsung berjalan keluar ruangan.Kirana kembali ke kamar tidur, masih nampak anggun dan kejam dengan tatapan tajamnya. "Ibu Dumaya, meskipun Caca bukan anak kandungmu, tapi, kamulah yang membesarkannya, dan aku pikir kamu harus bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan hari ini." Ucap Kirana dengan menjenjangkan dagunya.“Ya, ya, aku akan memberi pelajaran pada gadis ini, jangan khawatir, aku akan memukulnya
"Yah, sungguh, aku akan mengabari ibu, nanti kalau urusanku sudah selesai." “Baiklah, baiklah, kamu sudah lama tidak kembali, kau tahu, ayahmu hanya pura-pura tidak peduli, padahal dia juga begitu merindukanmu, hanya saja dia lebih memilih pura pura kuat." Tawa bahagia ibu Bram.Begitu putranya mengatakan dia ingin kembali, Maria langsung bahagia sebagai seorang ibu.“Kalau begitu cepat pergi.” Maria menatap Bram dengan penuh kasih, dan seolah-olah dia tiba-tiba memikirkan sesuatu, dia segera menambahkan, “Sayangku, Ibu tahu kamu tidak akan pernah tua, jadi kalau kamu ingin berhubungan dengan seorang wanita, kamu harus berhati-hati dengan menggunakan kontrasepsi.”Maria menginstruksikan.Wajah Bram berkilat kaget, lalu mengangguk.“Kalau begitu aku pergi dulu.” Bram mengambil langkah yang panjang dan berjalan keluar pintu.Maria menghela napas lega, sangat menyenangkan membayangkan bisa berkumpul kembali sebagai keluarga setelah beberapa saat.Bram segera masuk ke Ferrari -nya dan m
Menyaksikan Caca memaksakan senyum, ditambah dengan wajah penuh luka.Dan ada bekas ikat pinggang yang rusak.Bram merasa panas di hatinya. "Apa yang sudah terjadi?"Caca mengerutkan bibirnya dan tersenyum, "Apa kamu membawa pakaian untukku?"Bram segera menyerahkan kantong kertas di tangannya kepada Caca."Kamu bisa keluar sebentar, aku akan mengganti pakaianku."Bibir Bram bergerak, tetapi pada akhirnya tidak ada yang keluar dari bibirnya, dan akhirnya dia berbalik, berjalan keluar dari kamar, menutup pintu. Dia berdiri di depan jendela ruang tamu, hanya untuk merasakan penyumbatan di ulu hatinya.Istrinya telah dipukuli.Siapa yang melakukannya?Siapa yang berani menyentuhnya?Lengan Bram meninju asal, dan tanaman hijau yang ditempatkan di ambang jendela jatuh ke lantai dengan keras.Dia berdiri dengan tangan mengepal di pangkuannya, pembuluh darahnya menonjol.Caca akhirnya selesai mengganti pakaiannya, efek obat itu perlahan memudar dan dia mendapatkan kekuatan.Melihat tanaman
Ketika salep dingin menyentuh kulit Caca yang nampak sangat memar, dan tergores, membuat Caca yang sedang tertidur pun, masih mampu merasakan nyeri sekaligus dingin pada kulitnya. Bram mendengar rintihan Caca, dan Bram segera meringankan gerakan tangannya pada tubuh Caca.Dalam gelapnya malam, dengan mendapat bantuan dari cahaya luar, yang masuk melalui celah gorden kamar, Bram bisa melihat luka di punggung Caca, kemarin, punggung itu yang selalu ia belai dengan lembut dan hangat. Tapi sekarang, terdapat banyak luka pada punggung kecilnya.Bram mencoba menahan amarah, sebelum membantu Caca mengobati punggung.***Bukit Senja.Tempat itu adalah tempat berkumpulnya para konglomerat di kota ini. Tempat itu bisa dikatakan seperti komplek mansion termahal, dan terelit di kota ini. Jadi di tempat itu, ada banyak orang yang memiliki kuasa tinggi di kota tersebut.Mansion terbesar di lingkungan bukit Senja adalah mansion nomor 8, mansion yang dimiliki oleh keluarga Arnest Saputra. Dan di dep
Melihat Levan yang hanya diam saja, Yezline segera meraih tangan Levan dan berlutut. “Sayang, kamu harus percaya padaku, aku mencintaimu, aku tidak akan melakukan apapun yang membahayakanmu.”melihat mata Yezline yang membengkak akibat terlalu lama menangis, hati Levan melunak.Dia mengangkat Yezline dan mendudukan Yezline di ranjang, menyeka air mata di wajah Yezline dengan lembut, "Tidurlah, masalah ini sudah selesai, dan tidak ada yang boleh menyinggung masalah ini lagi."Yezline dengan lembut bersandar di dada Levan, melingkarkan tangannya di pinggang Levan."Sayang, apa kamu tidak ingin, kakakku hilang dari pandangan kita? Aku benar-benar takut, suatu hari kamu tidak menginginkanku lagi karena dia."Yezline berbicara dengan air mata di sela-sela pembicaraan, dan siapapun yang melihatnya akan merasa iba.Levan dengan lembut membelai kepalanya, "kita sudah bertunangan, kenapa kamu masih berkata omong kosong seperti itu." “Ya sudah, aku lega mendengar itu dari kamu, ayo tidur!”"B
Ashar menunduk dan bahkan tidak berani bernapas. Wajah Bram sangat pucat, lantainya penuh dengan kertas berhamburan halaman demi halaman. Setiap kali dia memikirkan keadaan Caca tadi malam, Bram merasa dadanya tertusuk sangat dalam. Apalagi mengingat ikat pinggang yang putus, tergeletak di lantai begitu saja, menghantui pikiran bram. Dai bertanya-tanya, siapa yang berani melakukan itu pada wanitanya? "Aku hanya meminta padamu untuk menemukan manajer terkenal, mengapa begitu sulit! Ha?" Bentak Bram. Bram membuat seluruh ruangan berantakan. "Tuan, Saham Star King saat ini sangat anjlok." Jawab Ashar dengan gemetar: "Dan kriteria permintaan tuan…" Bram:“Bukan seorang pria.” “Wanita.” “Harus dewasa, dan stabil, dengan orientasi seksual yang normal.”Lebih dari sepuluh tahun lebih tua dari Caca.”“Mereka yang memiliki keterampilan bisnis yang kuat, akan membuat Caca populer dalam setahun.” Dalam industri seperti ini, permasalahan tentang saham sangat berpengaruh dalam hubunga