Share

Chapter 4

Author: Qeqe Sunarya
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

Semua mata tertuju pada Ferrari LaFerrari berwarna biru safir yang sedang melaju di tengah tengah riuhnya mahasiswa beraktivitas.

 

Ada banyak selebriti yang berkuliah di kampus ini, ada beberapa alumni selebritis yang datang ke sini dengan mobil mewah, tapi belum pernah ada yang terlihat memakai mobil seperti ini. Bahkan Yezline tertegun menatapnya. Harga mobil ini bisa membeli sepuluh Maserati-nya.

 

Untuk mendapatkan Maserati ini saja Yezline harus menjadi orang yang aktif diatas ranjang Levian Ernest untuk waktu yang lama, baru Levan mau membelikannya.

 

Pintu mobil terbuka dan seorang pria bak pangeran Yunani keluar dari mobil itu.

 

Bramasta Moses. Dia memakai celana linen abu-abu muda dan kaos putih, tampak berpakaian sederhana dan natural.

 

Wajah arogannya ditampilkan di depan semua orang, terutama mata coklatnya yang bisa menarik jiwa semua orang.

 

Saat Caca melihat Bram, matanya melebar, segera, dia ingin menemukan celah untuk menghindar.

 

'Mati aku, Kenapa dunia ini sangat sempit? Aku baru tidur dengannya semalam, dan pagi ini sudah bertemu dengannya lagi,' ucap Caca dalam hati. Caca mengendap endap pergi dari situ  dengan menutupi wajahnya yang merah padam akibat panik menggunakan tangannya.

Bram melangkahkan kaki panjangnya dengan tenang ke arah Caca yang coba melarikan diri, tapi gagal saat baru beberapa langkah. Bram dengan cepat meraih bahunya dan tanpa Caca sangka Bram tiba tiba memeluknya dengan erat.

Seketika Caca terpaku dengan apa yang dilakukan teman tidurnya tadi malam ini.

 

Tatapan Yezline membuyarkan lamunan Caca akan kebingungan karena Bram yang tiba tiba muncul di hadapannya dan memeluknya.

 

"Kakak, ini…" Yezline memandang Bram dari atas ke bawah. 

 

“Eh?" Sadar dirinya sedang jadi sorotan para penghuni kampus, bahkan Caca rasa mahluk halus pun melihat wajah bodohnya. Caca mendongak melihat pahatan indah yang tuhan ciptakan di wajah Bram.

 

“Kamu lihat apa?!" Bram mengangkat alisnya dengan ekspresi heran di wajahnya. Ucapan Bram menyadarkan Caca dari pikiran Caca yang sedari tadi tanpa ia sadari sedang memuji indahnya paras Bram dari bawah.

 

Yezline tersenyum manis dan mengulurkan tangannya, “Sepertinya kamu pacar kakakku, halo, namaku Yezline, Aku adik perempuan Caca.”

 

Sementara itu, Bram melihat tangan Yezline yang terulur, tetapi tidak membalas uluran tangan itu.

 

“Oh.."  jawab Bram dengan acuh.

 

Melihat respon yang diberikan lelaki itu membuat Yezline merasa malu.

 

 

Caca tahu bahwa Yezline selalu tidak mau tersaingi olehnya, bahkan jika Caca memang punya pacar yang lebih dari dirinya, Yezline pasti akan menghancurkan hubungan Caca.

 

Bram bukan Pria yang bodoh, dia tahu macam-macam sifat wanita.

 

"Aku sibuk dan harus pergi ke perpustakaan, jadi tidak bisa mengobrol lagi." Caca segera pergi dari sana.

 

"Kalau begitu, aku tidak akan mengganggu kakakku, saat aku dan Laven bertunangan, Kamu harus membawa pacarmu, oke!" Yezline melambaikan tangannya dan pergi dengan Maserati kebanggaannya.

 

Caca melirik Bram, menghempas tangan Bram dan bergegas menuju perpustakaan dengan langkah besar.

"Hei," Bram meneriakinya.

 

Kerumunan disana tersebar, bubar.

 

Caca menggesek kartu mahasiswanya dan memasuki perpustakaan, menghela nafas lega. Perpustakaan ini tidak diperbolehkan untuk dimasuki oleh orang luar.

 

Dia benar-benar tidak ingin melihat pria itu.

Caca bolak-balik melewati bagian buku dan akhirnya menemukan buku yang dicarinya sesuai dengan indeks kapitalisnya, tetapi Caca tidak cukup tinggi, dan buku itu ditempatkan di rak paling atas.

 

Dia tidak bisa menurunkan buku itu bahkan setelah dua kali melompat, dan saat dia menatapnya tanpa daya, sebuah tangan yang panjang dan halus mengambilnya.

 

Begitu Caca mendongak, dia melihat smirk yang  Bram berikan padanya.

 

"Bagaimana Kamu bisa masuk ke dalam sini?"

“Itu tidak mudah, tapi beberapa kata rayuan mautku berhasil membuat wanita di pintu itu membukakan pintu untukku.” Bram mengangkat alis, penuh kebanggaan.

Caca menggertakkan gigi karena merasa kesal pada Wanita di depan pintu.

Selama empat tahun terakhir dia kuliah disini, sempat beberapa kali Caca lupa membawa kartu perpustakaannya, dan Wanita di depan pintu itu begitu keras kepala tidak mengijinkannya masuk.

Memang wanita suka lupa diri kalau sudah melihat laki-laki tampan.

"Bukankah kita setuju untuk tidak saling saling tidak berhubungan lagi setelah apa yang terjadi semalam!" Caca merendahkan suaranya,sambil mengamati sekeliling, takut ada yang mendengar pembicaraannya.

Saat ini perpustakaan cukup sepi sehingga siswa lain akan mendengar jika suaranya agak keras sedikit saja.

"Yang kamu katakan benar tadi malam. kita terlalu cepat, seharusnya kita memikirkan semuanya sebelum kita melakukannya."

"Cepat? Apanya yang cepat? Tidak jelas!" Caca menatap tajam ke arah Bram.

Bram mencondongkan tubuh ke dekat Caca dan berbisik di telinganya, "Maksudku aku tidak cepat kemarin, apa kamu ingin aku lebih cepat lain kali?"

Caca mengerti apa yang dimaksud Bram, wajahnya menjadi memerah dan dia menggigit bibirnya.

"Apa yang kamu inginkan?"

"Kalau Kamu memang tidak menginginkan apa pun, coba beri aku gambaran yang jelas tentang apa yang terjadi, kenapa Kamu ingin memiliki bayi itu."

Caca melirik Bram, "Ini benar-benar tidak ada hubungannya denganmu, bahkan kalau aku sampai benar-benar hamil, aku tidak akan pernah mengganggumu, kamu bisa pegang kata-kataku!"

Saat dia berkata, Caca terus mengamati sekeliling, takut ada teman sekelas atau guru yang datang.

Bram menaruh satu tangannya di rak buku, seluruh tubuhnya menghalangi wajah Caca dan mengurungnya di antara rak dan tubuh Bram.

Bram menunduk dan menatap wajah Caca yang memerah.

Caca mengangkat kepalanya untuk menatap mata Bram yang berbinar.

Ciri-ciri padat itu, wajah lembut itu, bibir seksi itu. Ah… Itu semua membuat pipi Caca semakin memerah.

Pria ini adalah monster. Hal pertama yang perlu Caca lakukan adalah meletakkan tangan nya di depan dada.

Saat dia segera menarik tangannya kembali, Bram tiba-tiba meraih salah satu tangannya dan menekan tangannya ke dadanya.

“Jika kamu ingin menyentuhnya, katakan saja. Saya tidak akan menagih Anda jika Anda terus menyentuhnya. "

Wajah Caca semakin memerah, seperti tomat matang, dan dia merasa tidak bisa bernapas cukup cepat.

"Siapa yang ingin menyentuhmu" Caca menoleh ke samping.

“Lalu kenapa wajahmu memerah?" bram melepaskan tangan Caca lalu berganti mengangkat dagunya sehingga wajah kecilnya yang merah menghadap ke arahnya.

Caca ingin melawan, meskipun dia memiliki banyak kekuatan, tetapi dia menghadapi pria besar!

Keduanya bukan tandingan Bram.

"Sakit" Caca merasa rahangnya akan hancur.

Saat itulah Bram melepaskan, "Jadi, Kamu akan mengatakannya atau tidak"

“Benar-benar tidak ada yang perlu dikatakan, kenapa kamu harus tahu, itu tidak ada hubungannya denganmu, kumohon padamu, biarkan aku pergi, anggap saja ini sebagai kencan satu malam dan kita tidak akan pernah mengenal satu sama lain lagi”

"Oh ya?"

Bram mendengus dan mengeluarkan ponselnya dari sakunya, mengambil gambar di album dan membawanya ke Caca.

"Aku akan menunjukkan sesuatu yang menarik".

Caca kaget saat melihat foto di layar ponselnya.

Dia telanjang di foto itu.

Ditambah dengan banyak cupangan di tubuhnya.

Dia mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel Bram dan Bram dengan cepat mengambilnya kembali, "Sekarang, katakan alasanya!"

“Kamu gila?!" Caca menatap tajam ke arah Bram, “untuk apa kamu diam-diam memotretku?" Tanya Caca dengan wajah memerah menahan amarah beserta malu menjadi satu.

“Ya, aku memang gila, dan kalau kamu tidak memberitahuku, aku akan jamin seluruh orang di kampus ini akan lihat foto ini."

Kaugnay na kabanata

  • Get Pregnant   Chapter 5

    Caca memandangi mata hazel pria itu, warna hazel mata Bram berhasil membuat Caca terhipnotis hingga tak ingin beralih dari mata itu.Dengan melihat mata itu, dia tahu dia akan mendapat masalah.“Ini bukan tempat yang tepat untuk berbicara, ayo kita bicara di tempat lain.”Caca juga tidak bisa menolak.Di kafe.Keduanya sama sama terdiam.Caca menyipitkan matanya dan menatap pria yang duduk di seberangnya, ingin melihat beberapa hal dalam diri Bram yang sedari tadi mencuri perhatian Caca.jika Caca terkesan memberi tatapan menilai,sedangkan Bram dengan santai menyesap kopin

  • Get Pregnant   Chapter 6

    Bram mendengus. Mendengar teriakan Caca yang sempat didengar olehnya. "Kenapa harus memberitahunya di saat saat seperti ini, Ah siall!!" Ucap Bram dengan menaruh cangkir kopi sedikit keras. Tak lama kemudian Bram melihat Caca mulai berjalan ke arahnya dengan sedikit tergesa-gesa. "Aku akan pulang sekarang, dan kita akan membicarakan ini lagi nanti, sebelum kita mencapai kesepakatan bersama, ku harap kamu tidak menyebarkan foto foto itu, atau aku akan menuntutmu!" Setelah memberi sedikit ancaman pada Bram, Caca mengambil selembar kertas lalu merobeknya hingga menjadi dua bagian, beserta bolpoin dari dalam tasnya itu, lalu menuliskan sederet nomor yang diyakini Bram adalah nomor handphone gadis itu. "I

  • Get Pregnant   Chapter 7

    “Nyonya sedang berada di kamar anda tuan, saya rasa nyonya sudah tidur.” Lina langsung menjawab. Bram mendengus, wanita yang tadi siang gusar karena ancaman Bram, dan mendapat kabar bahwa suaminya akan pulang setelah satu tahun pergi meninggalkannya, sekarang dia malah tidur tanpa merasa risau? "Di kamar mana saya?" "Naik tangga, lalu kamar kedua dari kiri." Lina menjawab dengan cepat. Bram berjalan menaiki tangga dan tiba-tiba berhenti lagi. Bagaimana jika nanti ternyata dia belum tidur atau bagaimana jika nanti kehadirannya membangunkan gadis itu? Dan bagaimana jika nanti dia melihat wajah asli suaminya dan ternyata itu adalah bram, bukankah rencananya untuk terus mengujinya akan gagal?

  • Get Pregnant   Chapter 8

    2 hari kemudian…….. Setelah dua hari berturut-turut memikirkan apa yang telah terjadi pada dirinya kemarin dan hari sebelumnya, Caca masih memiliki beberapa kissmark di lehernya, dan dia memutuskan memakai baju turtleneck hari ini untuk menutupinya. Seperti biasa, Lina masih duduk di sofa dengan buah melon dipangkuannya dan menonton TV, seperti nyonya rumah. Caca berdehem dan berjalan menuruni tangga, duduk di sofa, Lina hanya meliriknya. "Kenapa?? kamu mau sarapan ?? buat saja sendiri!" Ucap Lina sinis. Tentu saja, Caca tahu bahwa makanan yang ia masak kemarin hanya semata-mata karena dia khawatir ketahuan oleh tuannya. Dasar penjilat!! Ucap Caca dal

  • Get Pregnant   Chapter 9

    Yezline Hendarmo. Bahkan sebelum debut resminya, Yezline sudah memiliki momentum bintang besar di mata publik, bagaimana mungkin dia tidak datang. Dengan beberapa bodyguardnya yang membuka jalan di depan dan dua asisten mengikuti di belakangnya. Yezline mengenakan kacamata hitam dan berjalan mondar-mandir, terlihat gelisah akan hasil casting hari ini. Ketika Caca keluar dari kamar mandi, Caca berpapasan dengan Yezline, Caca kembali menutup bilik kamar mandinya untuk bersembunyi. Dia tidak ingin bertemu Yezline di sini. Menyaksikan adegan Yezline yang berpelukan dengan pemeran utama di belakang semua orang membicarakannya, benar-benar membuat banyak aktor muda yang datang untuk mengikuti casting ini iri. "Hei, apa kalian

  • Get Pregnant   Chapter 10

    Caca mendengar pintu dibanting di belakangnya, "Ashh, sakit!! " Ringis Caca merasa perih pada lututnya karena terantuk lantai kotor di ruangan itu. Pada saat dia coba bangun dan berjalan untuk membuka pintu, pintu itu ternyata sudah di kunci dari luar. ‘Siall!!’ Batin Caca mengumpat. Dia menggedor pintu itu beberapa kali, bahkan Caca juga berteriak minta tolong beberapa kali, tapi hanya senyap yang ia dapat. Ketika dia mengikuti apa yang dikatakan anggota staf di sini, dia pikir tempat itu berada di lantai paling atas sehingga dia bisa melihat orang orang yang datang untuk casting, tetapi kenyataannya ia tidak bisa melihat siapapun di sini. Sepertinya ia telah di jebak. Orang yang menjebaknya sudah memp

  • Get Pregnant   Chapter 11

    “Tapi, pak tolong beri saya satu kali kesempatan, ya? Saya sangat membutuhkan kesempatan ini pak...” Mohon Caca Jika dia gagal pada casting kali ini, ini benar benar bukan hal baik untuk Caca, apalagi jika dia gagal karena dia sengaja dijebak agar terlambat mendatangi casting ini, Caca benar-benar merasa geram pada seseorang yang telah tega menjebaknya. “Nona, lihat orang mana yang tidak membutuhkan kesempatan ini?” Seorang asisten sutradara menepuk nepukkan segulung kertas yang Caca yakini itu adalah kertas form peserta casting di tangannya. "Nona saya akan memberitahumu beberapa hal yang perlu kamu ketahui tentang aturan yang harus dipatuhi di sini. jadi lain kali anda bisa lebih teliti dan tidak datang kesini dengan sia sia." Asisten sutradara berkontak mata dengan asisten sutradara lainnya, seolah mereka seda

  • Get Pregnant   Chapter 12

    Marlen mengangguk, "Sepertinya kamu tahu karakternya dengan cukup baik, bahkan orang yang telah membaca novel sebelumnya selalu berpikir bahwa Rose adalah wanita yang terlalu lemah." Mendengar Direktur Marlen mengatakan itu, dua asisten direktur di sampingnya buru-buru setuju, "Ya, meskipun gadis kecil ini adalah pendatang baru, dia mampu menampilkan sebuah cerita dengan emosi yang sangat tepat." “Tidak hanya emosi yang ada, tetapi ekspresinya sangat mendalami ketika mengucapkan kalimatnya, terutama pada linangan air mata yang tertahan sampai akhir sebelum jatuh.” Marlen mengangguk, "Oke, kalau begitu peran ini bisa kamu mainkan, kami akan memberitahu agency mu nanti." Caca tertawa kikuk "Saya tidak memiliki agency dan saya belum pernah menandatangani satu kontrak pu

Pinakabagong kabanata

  • Get Pregnant   Extra Part

    Sebelum masuk ke dalam kamar, bahkan Bram sudah menyambar bibir Caca dengan ganas. Caca hanya diam mematung, dia tak tahu harus berbuat apa. Ini pertama kalinya, dia melakukan ini dengan suaminya tanpa kegelapan. “Buka bibirmu, Sayang!” Seru parau Bram sambil membuka pintu kamarnya dengan siku dan Caca yang masih dalam gendongannya. Caca semakin membeku, tapi perlahan bagai terhipnotis dengan wajah Bram yang semakin terlihat sensual, dia membuka bibirnya mengikuti arahan Bram dalam setiap gerakan lidahnya. Bram semakin memperdalam lumatannya hingga tak memberi Caca jeda untuk bernapas. Kini Bram sudah menurunkan Caca di tempat tidur mereka, tangan Bram tak tinggal diam, meremas salah satu dada Caca dan memilin ujung dada itu dari luar pakaian Caca. Bram semakin lihai memberi rangsangan ke tubuh Caca. Caca terus melenguh akibat ulah Bram yang memberinya rangsangan bertubi-tubi, membuat Caca tak kuasa menahannya dan ingin segera mengakhiri sesi kegiatan tersebut. “Sssh…” Bram men

  • Get Pregnant   Final Chapter

    Bram membawa Caca kembali ke Rainbow City dan Lina sudah terlelap dikamarnya. Sepasan suami istri tersebut duduk berhadapan di ruang tamu dengan berjarak meja kopi di depan mereka. Yang satu bersandar di sofa, satunya lagi hanya duduk diam dengan kaki erlangnya. “Ada yang ingin kau katakan?” Bram bertanya lebih dulu. “Cerai.” Caca dengan tegas bicara. Bram mencibir, “jadi kau ingin menceraikan suamimu untuk menikah lagi dengannya?” Caca mencengkram baju di lututnya, “Bukankah aku sudah mengatakan alasan kenapa aku ingin menceraikan suamiku pada Asta? Semua karena suamiku hanya menganggapku sebagai boneka s*ks nya.” Pupil mata Bram mengecil. “Aku melakukan itu agar kamu tidak selingkuh!” Ucap Bram dengan tenangnya. “Apa aku akan melakukan perselingkuhan kalau sejak awal kau memperlakukanku selayaknya bagaimana seorang suami memperlakukan seorang istrinya?” Caca berkata lagi, “Tidak usah sibuk mencari kesalahanku, lebih baik sekarang jelaskan padaku kenapa kau membohongiku, mem

  • Get Pregnant   Chapter 79

    Di salah satu bar. Saat Bram menyesap satu sloki minumannya, John datang terlambat. Tadi waktu Bram menelponnya, dia sudah bersiap akan tidur dan ketika menerima panggilan dari Bram, John segera menanggalkan pakaian tidurnya. John pikir, Bram mengajaknya bertemu di bar untuk mengajaknya bersenang-senang dengan seorang wanita. Tapi begitu John masuk, pemandangan yang dilihatnya adalah Bram yang sedang menenggak minumannya dengan wajah yang sangat tidak enak untuk dipandang. “Yah, katakan padaku, siapa orang disini yang berani membuat mood mu jadi hancur seperti itu!” John menjatuhkan pantatnya di sebelah tempat duduk Bram. Bram kemudian menceritakan duduk masalahnya. Setelah mendengar keseluruhan cerita, ekspresi John jadi agak rumit. “Errrr, mari kita selesaikan ini, jadi, kamu menyamar sebagai orang lain untuk mendekati wanita itu, dan akhirnya pendekatan itu berhasil, kan?” Bram menatap John penuh arti dan tidk berkata apa-apa. John segera bertepuk tangan. “Kalau begitu kamu

  • Get Pregnant   Chapter 78

    Bram kembali ke kamarnya. Ashar dan beberapa pengawal saling berpandangan, wajah mereka yang tadinya berseri-seri saat Bram baru keluar, tapi sekarang seperti kanebo kering. “Tuan, anda baik-baik saja?” Bram mengangkat kepalanya dengan sepasang mata yang tajam. “Batalkan rencana hari ini!” Ashar terkejut, “Tuan, tapi kenapa?” “Lakukan saja apa yang kusuruh,” geram Bram. “Baik, saya akan membatalkan semuanya.” Ashar tidak berani lagi bertanya lebih banyak dan segera berjalan keluar ruangan. Bram mengepalkan tangannya, sorot matanya memancarkan cahaya dingin yang menusuk. Di sisi lain, Caca sudah berganti pakaian, dia sudah merias dirinya dan memakai gaunnya. Gaun organza biru laut, benang yang tersulam lembut membungkus tubuhnya, tidak terlalu luar biasa, tapi jika dilihat lebih teliti, gaun itu membuat Caca seperti peri, sangat cocok. Caca tidak berhenti mengagumi gaun itu, kalau dia tidak tahu bahwa gaun itu adalah gaun KW dari Asta, dia pasti akan menyangka gaun itu adalah

  • Get Pregnant   Chapter 77

    Caca mencengkram ponselnya dengan erat. Kenapa harus seperti itu, kenapa suaminya harus pura-pura menjadi orang lain di hadapannya? Kepala Caca dipenuhi dengan pertanyaan tak terhitung jumlahnya. Siapa dia sebenarnya? Caca melihat ke arah kerumunan lagi dan menemukan kalau orang-orang itu sudah masuk ke dalam salah satu kamar, menyisakan dua orang untuk berjaga di depan pintu. Caca mengumpulkan keberaniannya dan mendekat. Kedua penjaga di depan pintu tidak mengenal Caca dan terlihat tidak perduli saat Caca berjalan mendekat. “Permisi, boleh saya tahu siapa yang ada di ruangan ini?” Kedua penjaga itu saling memandang. “Ada perlu apa, Nona?” Salah satunya bertanya. “Tidak apa-apa, saya hanya melihat seorang pria tampan disini tadi dan ingin tanya saja.” Caca tersenyum kecil. “Asal anda tahu, di dalam adalah orang penting. Bramasta Moses. Cari tahu sendiri saja siapa dia di internet!” Pengawal itu juga tampak sombong. Sebagai pengawal seorang Bramasta Moses, tentu saja suatu

  • Get Pregnant   Chapter 76

    Bagaimana ini, Susi pasti sudah menghabiskan banyak uang untuk memesan gaun ini. Caca sendiri tidak tahu apakah noda merah dari minuman berkarbonasi bisa dihilangkan dalam semalam. Dia hanya berjalan menyusuri lorong hotel, memikirkan kemana harus mencari bantuan, atau setidaknya pinjaman untuk gaun yang akan dipakainya besok. Tiba-tiba, sosok pria muncul di benaknya, Asta. “Hei, Asta, apa kamu sudah tidur?” “Belum, kenapa?” Bagi Bram tidak ada hari tanpa bekerja, dia sudah terbiasa masih bekerja hingga dini hari, jadi dia pasti belum tidur. “Begini, aku ingin minta bantuanmu.” “Bantuan apa? Katakan!” “Gaun KW super yang kamu berikan padaku di acara pertunangan Yezline dulu itu. Bisa tidak, kamu carikan untukku dengan model berbeda? Aku dalam keadaan darurat.” Padahal gaun yang Bram dulu berikan pada Caca adalah asli, bukan KW. “Untuk apa memangnya?” Tanya Bram. “Ceritanya panjang. Jadi besok aku harus menghadiri acara Golden Award, tapi barusan gaunku rusak. Aku bingung dim

  • Get Pregnant   Chapter 75

    “Ashar, cari tahu siapa saja yang masuk dalam nominasi Aktris Pendukung Terbaik tahun ini!” Dari sebelum Bram memerintahkan untuk itu, rupanya Ashar sudah mengantongi semua data yang Bram minta. “Saya sudah memiliki rincian datanya, Tuan. Dan kandidat terkuat untuk nominasi itu adalah Yezline Hendarmo. ESSE Internasional sudah membuat pelobian. Jadi besar kemungkinan, kalau pemenang nominasi itu adalah Yezline.” Mendengar itu alis Bram merajut. “Tapi jangan khawatir, Tuan. Jika anda mau, kita bisa dengan mudah mengambil posisi itu. Bukan hal yang sulit untuk menjadikan nona muda pemenang. Hanya saja…” “Hanya saja apa?” “Susi, manajer nona muda, berpikir kalau tidak akan baik bagi nona muda untuk memenangkan penghargaan apapun di tahun ini.” “Kenapa?” “Karena, di film nona yang pertama, nona hanya berperan sebagai tokoh wanita ketiga. Jika nona memenangkan nominasi itu tahun ini, maka media pasti akan dibuat heboh dan lebih mudah bagi mereka untuk menggoreng berita tersebut. Sem

  • Get Pregnant   Chapter 74

    Ruangan Presdir Mcoal Indonesia. Bram sedang sibuk berbahagia di mejanya, suasana hatinya sedang sangat baik hari ini, ditambah lagi setoples kue kering di mejanya yang selalu ia pandangi dari waktu ke waktu sambil tersenyum sendirian. Dikejutkan dengan bunyi telepon di mejanya yang tiba-tiba berbunyi, suara Ashar datang dari ujung ponsel Bram. “Pak Bram, Pak John ada disini.” “Suruh dia masuk.” “Baik.” Setelah beberapa saat, si John dengan angkuhnya masuk ke ruangan Bram, sambil berkata, “Tuan Bramasta Moses, satu pertanyaan penting untuk anda. Kenapa anda sulit sekali ditemui sudah seperti artis papan atas.” John menatap ke arah Bram dan dengan segera menemukan setoples kue di meja Bram, dengan cepat John melangkahkan kakinya mendekat. Tepat ketika John ingin meraih kue itu, Bram segera dengan cepat menggeser toplesnya dan tangan John langsung hampa. “Oh, jadi begitu, sekarang kue saja tidak boleh kusentuh?” Pekik John “Kamu tidak boleh makan kue ini!” “Kenapa tidak boleh

  • Get Pregnant   Chapter 73

    Gerak cepat Ashar tidak perlu diragukan lagi, dalam sekejap dia sudah mengantongi nomor kamar Caca dan membawa Bram malam itu juga pada Caca. Hingga malam syuting masih berlangsung, tapi scene untuk Caca sudah berakhir. Hotel tempat dimana Caca menginap sekarang benar-benar sepi. “Tunggu aku di mobil.” Bram memberi perintah, turun dari mobil dengan kaki panjangnya dan langsung menuju lantai enam hotel. Lantai enam adalah tempat suite terbaik di hotel ini, semua pemain penting tinggal di lantai ini. Sekarang sudah sangat malam, sebagian besar orang pasti sudah beristirahat setelah seharian disibukkan dengan sepanjang hari. Bram menaiki lift dan pintu perlahan terbuka. Ini adalah pertama kalinya Bram datang ke hotel ini, jelas dia tidak tahu struktur pasti hotel ini, tapi menurut penyelidikan Ashar, Caca tinggal di kamar nomor 621. Setelah Bram keluar dari lift, dia hanya berdiri di depan lift. Masih mencari pintu kamar dengan nomor 621. Sampai akhirnya dia menyadari kalau kamar

DMCA.com Protection Status