Share

Chapter 3

Author: Qeqe Sunarya
last update Last Updated: 2021-04-10 03:20:11

Ashar tidak tahu mengapa Bram tiba-tiba menjadi sangat marah, tubuhnya menegang menahan takut, ia mundur perlahan, "Oke, oke!"

Bram menarik napas beberapa kali dan duduk di kursinya.

Dengan kata lain, istrinya telah berselingkuh darinya tadi malam.

Wanita ini ... Semalam Bram yang tidur dengannya, tapi jika Dia bertemu orang lain, itu akan benar-benar menjadi perselingkuhan.

"Oh, jadi Anda baru saja mengatakan Anda menginginkan semua informasi istri Anda? Setahun yang lalu, ketika Anda dan istri Anda menikah, informasi ini sudah Saya berikan, Pak. Atau anda ingin Saya memberikannya lagi untuk Anda?"

"Ambil sekarang!" Teriak Bram kepada ashar yang sedari tadi berdiri dengan gemetar menahan takut karena amarah bosnya itu.

Ashar segera keluar dari ruangan, lima menit kemudian, dia membawa file informasi Risa Dewi. Untung dia memiliki kebiasaan menyimpan semua data-data dengan rapih, jika tidak dia akan melihat kemarahan bosnya itu yang mampu menghancurkan seisi kantor beserta pegawainya.

Pada selembar kertas tipis A4, mata Bram memindai tulisan berisi data diri Risa Dewi alias Caca. Ya! Gadis yang sudah ia tiduri semalam: "Ashar! Apa kau tidak waras, Gadis macam apa yang Kau berikan padaku ini?" Geram Bram dengan penuh amarah.

Ashar Silahi menundukkan kepalanya seolah inilah akhir hidupnya, "Saat itu Anda yang memilihnya sendiri Pak. Anda berkata pada Saya bahwa Dia terlihat seperti gadis baik-baik, dan karena itulah Anda setuju untuk menikahinya." 

Bram sudah lupa semua tentang itu, Dia menyapukan matanya ke atas kertas.

Risa Dewi atau Caca, 21 Tahun, Mahasiswa Institut Kesenian Jakarta, Fakultas Film dan Televisi.

Ayah: Susilo Hendarmo

Ibu: Dumaya.

Saudara tiri 1: Yezline Hendarmo.

Saudara tiri 2: Reza Hendarmo.

Saudara tiri 3: Raymond Hendarmo.

Keluarga tersebut memiliki pabrik minuman keras turun temurun, PT Star Djakarta, yang dikelola dengan buruk dan akan segera ditutup.

Sisanya adalah riwayat hidup Risa Dewi dan semua hal yang tidak relevan, karena hanya sebagian kecil dari selembar kertas A4 yang digunakan.

"Risa Dewi," Bram mengucapkan nama itu dengan bibir tipisnya, "jadi nama panggilannya Caca!"

Ini adalah biodatanya satu tahun yang lalu, sekarang Caca akan berusia dua puluh dua tahun dan akan lulus dari perguruan tinggi.

Meski tadi malam wanita ini membuatnya sangat bahagia dan merasakan keindahan malam pertama. Namun memikirkan bahwa wanita ini sedang berusaha berselingkuh darinya, Bram marah.

"Di mana Dia sekarang?" Bram mendongak.

"Bukankah Anda sendiri yang memberi perintah untuk menempatkannya di Cluster Rainbow City Villa, dia tidak pernah meninggalkan Villa, selain pergi ke sekolah dan sesekali ke tempat adiknya. Bulan Mei ini, sepertinya Dia akan lulus dari perguruan tinggi." Ashar segera menjawab dengan gugup.

“Aku menyuruhnya tinggal di Villa yang bagus, tapi Dia malah kabur untuk tidur semalaman di hotel bersama seorang Pria." Bram meremas kertas A4 di tangannya, mengepal-nya menjadi bola dan membuangnya ke sembarang arah.

Bram sempat berpikir bahwa bisa saja dirinya telah lama diselingkuhi. Tapi untungnya itu tidak mungkin terjadi, karena Dia tahu bahwa tadi malam adalah pertama kalinya bagi Risa Dewi.

John berkata bahwa wanita mengeluarkan bercak darah untuk pertama kalinya, dan kemarin dia melihat darah di seprai yang berwarna putih.

“Apa ada orang lain di Rainbow City?”

"Ada satu kepala pelayan yang ditempatkan di sana, satu sopir dan satu asisten rumah tangga, seorang gadis muda berusia awal dua puluhan."

“Katakan padanya aku akan pulang malam ini!"

Ashar memandang bosnya itu dengan tercengang. Ada apa dengan bosnya ini? Bram belum pernah kesana selama setahun pernikahannya dan tiba-tiba Dia ingin pulang kesana. Namun, Ashar tidak berani mengajukan terlalu banyak pertanyaan, lagipula, Bram tidak dalam suasana hati yg baik, jadi dia harus segera melakukan apa yang Bram katakan.

***

Institut Kesenian Jakarta.

Bulan Mei nanti, Caca akan segera lulus dari sana, dia sangat sibuk dengan tesis dan ujian skripsinya saat ini.

Setelah pulang dari hotel dan beristirahat, dia masih saja merasa lelah akibat pergumulannya dengan pria tadi malam, tetapi masih menyeret dirinya ke kampus untuk mendapatkan beberapa referensi informasi yang kurang dan langsung menuju perpustakaan.

Di halaman kampus, sebuah mobil Maserati merah diparkir tepat di depannya, suara gesekan ban dengan tanah terdengar keras itu menarik perhatian banyak orang.

Pintu mobil terbuka, terlihat sepatu hak tinggi merah membungkus sepasang kaki mulus pertama kali menarik perhatian setelah sesaat pintu mobil terbuka, barulah Caca melihat dengan jelas. Itu adalah Adik tirinya, Yezline Hendarmo. 

“Wow, Dia Yezline Hendarmo, mobil sport yang cantik sekali"

“Bukankah pacarnya adalah CEO ESSE Production? Dia sudah lama menandatangani kontrak dengan ESSE, jadi kurasa sebentar lagi Dia akan menjadi bintang besar!"

Beberapa orang membicarakannya.

Caca tidak ingin bertemu dengannya. Caca berpura-pura tidak melihatnya. Saat dia akan melangkah meninggalkan keramaian itu langkahnya terhenti ketika suara yang dikenalnya itu datang, "Lama tidak bertemu Kakak!" Yezline melepas kacamata hitamnya dan melambaikan tangannya ke arah Caca seolah tidak terjadi apa-apa.

Caca memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam lalu berbalik, wajahnya tersenyum cerah, tetapi dengan senyuman smirknya, "Ya, lama tidak bertemu, ADIK!"

Banyak calon bintang di kampus, sedangkan Yezline Hendarmo telah menjadi bintang sejak tahun keduanya berkuliah.

Sejak masuk perguruan tinggi, Yezline sudah memulai prestasinya dengan menjadi pelatih aerobik profesional dan berhasil mewakili kampus di kompetisi internasional, kemudian mengambil sekolah akting dan menandatangani kontrak dengan ESSE Production. 

Saat ini, di mata banyak orang, dia sudah menjadi bintang yang sedang naik daun!. 

Penampilannya hari ini sontak menarik banyak perhatian, membuat semua orang berkumpul.

"Yezline memiliki Kakak perempuan?" Salah seorang bertanya dengan hati-hati.

“Ya, konon Yezline Hendarmo yang berbakat dalam bidang apapun, punya kakak yang tidak bisa apa-apa. Begitu juga di fakultas akting, Yezline adalah pemeran utama sedangkan saudara perempuannya cuma jadi figuran." Seseorang disampingnya menimpali lagi.

Mendengarkan diskusi orang-orang di sekitarnya, Caca merasa tidak nyaman.

“Kakak, kebetulan Aku bertemu denganmu hari ini, Levan dan aku akan bertunangan, jadi kamu harus datang nanti!"

"Oh ya? Apa begitu butuh waktu lama sekali untuk mendapatkan pertunangan dari seorang Levian Arnest, hah?" Tanya Caca dengan sarkas. Jika bisa Caca ingin sekali menolak undangan itu. Namun ia tidak bisa menolaknya.

Sarkasme Caca membuat Yezline kesal, wajahnya merah padam menahan marah, tetapi dalam sekejap, dia terlihat biasa saja. Dengan angkuh Yezline menjawab "Ya, keluarga Arnest adalah keluarga besar, banyak prosedur yang harus kami lewati dan itu pasti memakan waktu. Tapi puji Tuhan, sekarang kita bisa segera menggelar upacara pernikahan kita."

Ucapan Yezline menarik perhatian banyak orang, hingga mereka berbisik satu sama lain, membuat Yezline merasa bangga. Dia selalu punya banyak cara untuk memamerkan keunggulannya di depan Caca.

Meski, Levian Ernest adalah kekasih Caca sebelumnya. Namun, Caca sama sekali tidak menunjukkan kesedihan atas berita ini: "Baiklah, Aku pasti datang, Aku tidak akan menyia-nyiakan semua usaha yang dihabiskan Adikku untuk mendapatkan calon adik iparku!"

ESSE Production sedang banyak membuat program acara baru selama beberapa tahun terakhir, dan akan menjadi pelopor terobosan program baru di dunia entertain tanah air. Yezline berbasa-basi pada Caca, “Kakak, aku dengar… belum ada perusahaan yang mau merekrut mu, apa Kamu masih mau berakting? Bagaimana kalau Aku berbicara dengan Levan untuk membantumu?" Tanya Yezline dengan memandang penuh hina pada Caca.

"Tidak usah repot-repot, Aku bisa mencari perusahaan sendiri untuk mendapatkan kontrak kerjasama, dan jika belum ada, Aku akan pergi ke perpustakaan untuk memuaskan hobi membaca ku."

Caca meliriknya, siap untuk berbalik.

"Aku tahu kamu merasa tidak enak pada Levan, Siapa suruh Kamu tidak menghargainya sejak awal?" Yezline bermaksud untuk tidak membiarkan Caca pergi.

Tepat saat Caca berbalik, sebuah mobil ferrari LaFerrari berwarna biru safir melaju dan berhenti tepat di depan mereka dengan kecepatan kilat.

Di bawah sinar matahari, mobil sport berwarna biru safir itu terparkir seperti binatang mematikan yang menunggu lawan tarungnya!

Related chapters

  • Get Pregnant   Chapter 4

    Semua mata tertuju pada Ferrari LaFerrari berwarna biru safir yang sedang melaju di tengah tengah riuhnya mahasiswa beraktivitas. Ada banyak selebriti yang berkuliah di kampus ini, ada beberapa alumni selebritis yang datang ke sini dengan mobil mewah, tapi belum pernah ada yang terlihat memakai mobil seperti ini. Bahkan Yezline tertegun menatapnya. Harga mobil ini bisa membeli sepuluh Maserati-nya. Untuk mendapatkan Maserati ini saja Yezline harus menjadi orang yang aktif diatas ranjang Levian Ernest untuk waktu yang lama, baru Levan mau membelikannya. Pintu mobil terbuka dan seorang pria bak pangeran Yunani keluar dari mobil itu. Bramasta Moses. Dia memakai celana linen abu-abu muda dan kaos putih, tampak berpakaian sederhana dan natural. Wajah arogannya ditampilkan di depan semua orang, terutama mata coklatnya yang bisa menarik jiwa semua orang. Saat Caca melihat Bram, matanya melebar, segera, dia ingin menemukan celah untuk menghindar. 'Mati aku, Kenapa dunia ini sangat sempi

    Last Updated : 2021-04-10
  • Get Pregnant   Chapter 5

    Caca memandangi mata hazel pria itu, warna hazel mata Bram berhasil membuat Caca terhipnotis hingga tak ingin beralih dari mata itu.Dengan melihat mata itu, dia tahu dia akan mendapat masalah.“Ini bukan tempat yang tepat untuk berbicara, ayo kita bicara di tempat lain.”Caca juga tidak bisa menolak.Di kafe.Keduanya sama sama terdiam.Caca menyipitkan matanya dan menatap pria yang duduk di seberangnya, ingin melihat beberapa hal dalam diri Bram yang sedari tadi mencuri perhatian Caca.jika Caca terkesan memberi tatapan menilai,sedangkan Bram dengan santai menyesap kopin

    Last Updated : 2021-04-10
  • Get Pregnant   Chapter 6

    Bram mendengus. Mendengar teriakan Caca yang sempat didengar olehnya. "Kenapa harus memberitahunya di saat saat seperti ini, Ah siall!!" Ucap Bram dengan menaruh cangkir kopi sedikit keras. Tak lama kemudian Bram melihat Caca mulai berjalan ke arahnya dengan sedikit tergesa-gesa. "Aku akan pulang sekarang, dan kita akan membicarakan ini lagi nanti, sebelum kita mencapai kesepakatan bersama, ku harap kamu tidak menyebarkan foto foto itu, atau aku akan menuntutmu!" Setelah memberi sedikit ancaman pada Bram, Caca mengambil selembar kertas lalu merobeknya hingga menjadi dua bagian, beserta bolpoin dari dalam tasnya itu, lalu menuliskan sederet nomor yang diyakini Bram adalah nomor handphone gadis itu. "I

    Last Updated : 2021-04-10
  • Get Pregnant   Chapter 7

    “Nyonya sedang berada di kamar anda tuan, saya rasa nyonya sudah tidur.” Lina langsung menjawab. Bram mendengus, wanita yang tadi siang gusar karena ancaman Bram, dan mendapat kabar bahwa suaminya akan pulang setelah satu tahun pergi meninggalkannya, sekarang dia malah tidur tanpa merasa risau? "Di kamar mana saya?" "Naik tangga, lalu kamar kedua dari kiri." Lina menjawab dengan cepat. Bram berjalan menaiki tangga dan tiba-tiba berhenti lagi. Bagaimana jika nanti ternyata dia belum tidur atau bagaimana jika nanti kehadirannya membangunkan gadis itu? Dan bagaimana jika nanti dia melihat wajah asli suaminya dan ternyata itu adalah bram, bukankah rencananya untuk terus mengujinya akan gagal?

    Last Updated : 2021-04-10
  • Get Pregnant   Chapter 8

    2 hari kemudian…….. Setelah dua hari berturut-turut memikirkan apa yang telah terjadi pada dirinya kemarin dan hari sebelumnya, Caca masih memiliki beberapa kissmark di lehernya, dan dia memutuskan memakai baju turtleneck hari ini untuk menutupinya. Seperti biasa, Lina masih duduk di sofa dengan buah melon dipangkuannya dan menonton TV, seperti nyonya rumah. Caca berdehem dan berjalan menuruni tangga, duduk di sofa, Lina hanya meliriknya. "Kenapa?? kamu mau sarapan ?? buat saja sendiri!" Ucap Lina sinis. Tentu saja, Caca tahu bahwa makanan yang ia masak kemarin hanya semata-mata karena dia khawatir ketahuan oleh tuannya. Dasar penjilat!! Ucap Caca dal

    Last Updated : 2021-04-10
  • Get Pregnant   Chapter 9

    Yezline Hendarmo. Bahkan sebelum debut resminya, Yezline sudah memiliki momentum bintang besar di mata publik, bagaimana mungkin dia tidak datang. Dengan beberapa bodyguardnya yang membuka jalan di depan dan dua asisten mengikuti di belakangnya. Yezline mengenakan kacamata hitam dan berjalan mondar-mandir, terlihat gelisah akan hasil casting hari ini. Ketika Caca keluar dari kamar mandi, Caca berpapasan dengan Yezline, Caca kembali menutup bilik kamar mandinya untuk bersembunyi. Dia tidak ingin bertemu Yezline di sini. Menyaksikan adegan Yezline yang berpelukan dengan pemeran utama di belakang semua orang membicarakannya, benar-benar membuat banyak aktor muda yang datang untuk mengikuti casting ini iri. "Hei, apa kalian

    Last Updated : 2021-04-10
  • Get Pregnant   Chapter 10

    Caca mendengar pintu dibanting di belakangnya, "Ashh, sakit!! " Ringis Caca merasa perih pada lututnya karena terantuk lantai kotor di ruangan itu. Pada saat dia coba bangun dan berjalan untuk membuka pintu, pintu itu ternyata sudah di kunci dari luar. ‘Siall!!’ Batin Caca mengumpat. Dia menggedor pintu itu beberapa kali, bahkan Caca juga berteriak minta tolong beberapa kali, tapi hanya senyap yang ia dapat. Ketika dia mengikuti apa yang dikatakan anggota staf di sini, dia pikir tempat itu berada di lantai paling atas sehingga dia bisa melihat orang orang yang datang untuk casting, tetapi kenyataannya ia tidak bisa melihat siapapun di sini. Sepertinya ia telah di jebak. Orang yang menjebaknya sudah memp

    Last Updated : 2021-04-10
  • Get Pregnant   Chapter 11

    “Tapi, pak tolong beri saya satu kali kesempatan, ya? Saya sangat membutuhkan kesempatan ini pak...” Mohon Caca Jika dia gagal pada casting kali ini, ini benar benar bukan hal baik untuk Caca, apalagi jika dia gagal karena dia sengaja dijebak agar terlambat mendatangi casting ini, Caca benar-benar merasa geram pada seseorang yang telah tega menjebaknya. “Nona, lihat orang mana yang tidak membutuhkan kesempatan ini?” Seorang asisten sutradara menepuk nepukkan segulung kertas yang Caca yakini itu adalah kertas form peserta casting di tangannya. "Nona saya akan memberitahumu beberapa hal yang perlu kamu ketahui tentang aturan yang harus dipatuhi di sini. jadi lain kali anda bisa lebih teliti dan tidak datang kesini dengan sia sia." Asisten sutradara berkontak mata dengan asisten sutradara lainnya, seolah mereka seda

    Last Updated : 2021-04-10

Latest chapter

  • Get Pregnant   Extra Part

    Sebelum masuk ke dalam kamar, bahkan Bram sudah menyambar bibir Caca dengan ganas. Caca hanya diam mematung, dia tak tahu harus berbuat apa. Ini pertama kalinya, dia melakukan ini dengan suaminya tanpa kegelapan. “Buka bibirmu, Sayang!” Seru parau Bram sambil membuka pintu kamarnya dengan siku dan Caca yang masih dalam gendongannya. Caca semakin membeku, tapi perlahan bagai terhipnotis dengan wajah Bram yang semakin terlihat sensual, dia membuka bibirnya mengikuti arahan Bram dalam setiap gerakan lidahnya. Bram semakin memperdalam lumatannya hingga tak memberi Caca jeda untuk bernapas. Kini Bram sudah menurunkan Caca di tempat tidur mereka, tangan Bram tak tinggal diam, meremas salah satu dada Caca dan memilin ujung dada itu dari luar pakaian Caca. Bram semakin lihai memberi rangsangan ke tubuh Caca. Caca terus melenguh akibat ulah Bram yang memberinya rangsangan bertubi-tubi, membuat Caca tak kuasa menahannya dan ingin segera mengakhiri sesi kegiatan tersebut. “Sssh…” Bram men

  • Get Pregnant   Final Chapter

    Bram membawa Caca kembali ke Rainbow City dan Lina sudah terlelap dikamarnya. Sepasan suami istri tersebut duduk berhadapan di ruang tamu dengan berjarak meja kopi di depan mereka. Yang satu bersandar di sofa, satunya lagi hanya duduk diam dengan kaki erlangnya. “Ada yang ingin kau katakan?” Bram bertanya lebih dulu. “Cerai.” Caca dengan tegas bicara. Bram mencibir, “jadi kau ingin menceraikan suamimu untuk menikah lagi dengannya?” Caca mencengkram baju di lututnya, “Bukankah aku sudah mengatakan alasan kenapa aku ingin menceraikan suamiku pada Asta? Semua karena suamiku hanya menganggapku sebagai boneka s*ks nya.” Pupil mata Bram mengecil. “Aku melakukan itu agar kamu tidak selingkuh!” Ucap Bram dengan tenangnya. “Apa aku akan melakukan perselingkuhan kalau sejak awal kau memperlakukanku selayaknya bagaimana seorang suami memperlakukan seorang istrinya?” Caca berkata lagi, “Tidak usah sibuk mencari kesalahanku, lebih baik sekarang jelaskan padaku kenapa kau membohongiku, mem

  • Get Pregnant   Chapter 79

    Di salah satu bar. Saat Bram menyesap satu sloki minumannya, John datang terlambat. Tadi waktu Bram menelponnya, dia sudah bersiap akan tidur dan ketika menerima panggilan dari Bram, John segera menanggalkan pakaian tidurnya. John pikir, Bram mengajaknya bertemu di bar untuk mengajaknya bersenang-senang dengan seorang wanita. Tapi begitu John masuk, pemandangan yang dilihatnya adalah Bram yang sedang menenggak minumannya dengan wajah yang sangat tidak enak untuk dipandang. “Yah, katakan padaku, siapa orang disini yang berani membuat mood mu jadi hancur seperti itu!” John menjatuhkan pantatnya di sebelah tempat duduk Bram. Bram kemudian menceritakan duduk masalahnya. Setelah mendengar keseluruhan cerita, ekspresi John jadi agak rumit. “Errrr, mari kita selesaikan ini, jadi, kamu menyamar sebagai orang lain untuk mendekati wanita itu, dan akhirnya pendekatan itu berhasil, kan?” Bram menatap John penuh arti dan tidk berkata apa-apa. John segera bertepuk tangan. “Kalau begitu kamu

  • Get Pregnant   Chapter 78

    Bram kembali ke kamarnya. Ashar dan beberapa pengawal saling berpandangan, wajah mereka yang tadinya berseri-seri saat Bram baru keluar, tapi sekarang seperti kanebo kering. “Tuan, anda baik-baik saja?” Bram mengangkat kepalanya dengan sepasang mata yang tajam. “Batalkan rencana hari ini!” Ashar terkejut, “Tuan, tapi kenapa?” “Lakukan saja apa yang kusuruh,” geram Bram. “Baik, saya akan membatalkan semuanya.” Ashar tidak berani lagi bertanya lebih banyak dan segera berjalan keluar ruangan. Bram mengepalkan tangannya, sorot matanya memancarkan cahaya dingin yang menusuk. Di sisi lain, Caca sudah berganti pakaian, dia sudah merias dirinya dan memakai gaunnya. Gaun organza biru laut, benang yang tersulam lembut membungkus tubuhnya, tidak terlalu luar biasa, tapi jika dilihat lebih teliti, gaun itu membuat Caca seperti peri, sangat cocok. Caca tidak berhenti mengagumi gaun itu, kalau dia tidak tahu bahwa gaun itu adalah gaun KW dari Asta, dia pasti akan menyangka gaun itu adalah

  • Get Pregnant   Chapter 77

    Caca mencengkram ponselnya dengan erat. Kenapa harus seperti itu, kenapa suaminya harus pura-pura menjadi orang lain di hadapannya? Kepala Caca dipenuhi dengan pertanyaan tak terhitung jumlahnya. Siapa dia sebenarnya? Caca melihat ke arah kerumunan lagi dan menemukan kalau orang-orang itu sudah masuk ke dalam salah satu kamar, menyisakan dua orang untuk berjaga di depan pintu. Caca mengumpulkan keberaniannya dan mendekat. Kedua penjaga di depan pintu tidak mengenal Caca dan terlihat tidak perduli saat Caca berjalan mendekat. “Permisi, boleh saya tahu siapa yang ada di ruangan ini?” Kedua penjaga itu saling memandang. “Ada perlu apa, Nona?” Salah satunya bertanya. “Tidak apa-apa, saya hanya melihat seorang pria tampan disini tadi dan ingin tanya saja.” Caca tersenyum kecil. “Asal anda tahu, di dalam adalah orang penting. Bramasta Moses. Cari tahu sendiri saja siapa dia di internet!” Pengawal itu juga tampak sombong. Sebagai pengawal seorang Bramasta Moses, tentu saja suatu

  • Get Pregnant   Chapter 76

    Bagaimana ini, Susi pasti sudah menghabiskan banyak uang untuk memesan gaun ini. Caca sendiri tidak tahu apakah noda merah dari minuman berkarbonasi bisa dihilangkan dalam semalam. Dia hanya berjalan menyusuri lorong hotel, memikirkan kemana harus mencari bantuan, atau setidaknya pinjaman untuk gaun yang akan dipakainya besok. Tiba-tiba, sosok pria muncul di benaknya, Asta. “Hei, Asta, apa kamu sudah tidur?” “Belum, kenapa?” Bagi Bram tidak ada hari tanpa bekerja, dia sudah terbiasa masih bekerja hingga dini hari, jadi dia pasti belum tidur. “Begini, aku ingin minta bantuanmu.” “Bantuan apa? Katakan!” “Gaun KW super yang kamu berikan padaku di acara pertunangan Yezline dulu itu. Bisa tidak, kamu carikan untukku dengan model berbeda? Aku dalam keadaan darurat.” Padahal gaun yang Bram dulu berikan pada Caca adalah asli, bukan KW. “Untuk apa memangnya?” Tanya Bram. “Ceritanya panjang. Jadi besok aku harus menghadiri acara Golden Award, tapi barusan gaunku rusak. Aku bingung dim

  • Get Pregnant   Chapter 75

    “Ashar, cari tahu siapa saja yang masuk dalam nominasi Aktris Pendukung Terbaik tahun ini!” Dari sebelum Bram memerintahkan untuk itu, rupanya Ashar sudah mengantongi semua data yang Bram minta. “Saya sudah memiliki rincian datanya, Tuan. Dan kandidat terkuat untuk nominasi itu adalah Yezline Hendarmo. ESSE Internasional sudah membuat pelobian. Jadi besar kemungkinan, kalau pemenang nominasi itu adalah Yezline.” Mendengar itu alis Bram merajut. “Tapi jangan khawatir, Tuan. Jika anda mau, kita bisa dengan mudah mengambil posisi itu. Bukan hal yang sulit untuk menjadikan nona muda pemenang. Hanya saja…” “Hanya saja apa?” “Susi, manajer nona muda, berpikir kalau tidak akan baik bagi nona muda untuk memenangkan penghargaan apapun di tahun ini.” “Kenapa?” “Karena, di film nona yang pertama, nona hanya berperan sebagai tokoh wanita ketiga. Jika nona memenangkan nominasi itu tahun ini, maka media pasti akan dibuat heboh dan lebih mudah bagi mereka untuk menggoreng berita tersebut. Sem

  • Get Pregnant   Chapter 74

    Ruangan Presdir Mcoal Indonesia. Bram sedang sibuk berbahagia di mejanya, suasana hatinya sedang sangat baik hari ini, ditambah lagi setoples kue kering di mejanya yang selalu ia pandangi dari waktu ke waktu sambil tersenyum sendirian. Dikejutkan dengan bunyi telepon di mejanya yang tiba-tiba berbunyi, suara Ashar datang dari ujung ponsel Bram. “Pak Bram, Pak John ada disini.” “Suruh dia masuk.” “Baik.” Setelah beberapa saat, si John dengan angkuhnya masuk ke ruangan Bram, sambil berkata, “Tuan Bramasta Moses, satu pertanyaan penting untuk anda. Kenapa anda sulit sekali ditemui sudah seperti artis papan atas.” John menatap ke arah Bram dan dengan segera menemukan setoples kue di meja Bram, dengan cepat John melangkahkan kakinya mendekat. Tepat ketika John ingin meraih kue itu, Bram segera dengan cepat menggeser toplesnya dan tangan John langsung hampa. “Oh, jadi begitu, sekarang kue saja tidak boleh kusentuh?” Pekik John “Kamu tidak boleh makan kue ini!” “Kenapa tidak boleh

  • Get Pregnant   Chapter 73

    Gerak cepat Ashar tidak perlu diragukan lagi, dalam sekejap dia sudah mengantongi nomor kamar Caca dan membawa Bram malam itu juga pada Caca. Hingga malam syuting masih berlangsung, tapi scene untuk Caca sudah berakhir. Hotel tempat dimana Caca menginap sekarang benar-benar sepi. “Tunggu aku di mobil.” Bram memberi perintah, turun dari mobil dengan kaki panjangnya dan langsung menuju lantai enam hotel. Lantai enam adalah tempat suite terbaik di hotel ini, semua pemain penting tinggal di lantai ini. Sekarang sudah sangat malam, sebagian besar orang pasti sudah beristirahat setelah seharian disibukkan dengan sepanjang hari. Bram menaiki lift dan pintu perlahan terbuka. Ini adalah pertama kalinya Bram datang ke hotel ini, jelas dia tidak tahu struktur pasti hotel ini, tapi menurut penyelidikan Ashar, Caca tinggal di kamar nomor 621. Setelah Bram keluar dari lift, dia hanya berdiri di depan lift. Masih mencari pintu kamar dengan nomor 621. Sampai akhirnya dia menyadari kalau kamar

DMCA.com Protection Status