Home / Romansa / Get Pregnant / Chapter 5

Share

Chapter 5

Author: Qeqe Sunarya
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Caca memandangi mata hazel pria itu, warna hazel mata Bram berhasil membuat Caca terhipnotis hingga tak ingin beralih dari mata itu.

Dengan melihat mata itu, dia tahu dia akan mendapat masalah.

“Ini bukan tempat yang tepat untuk berbicara, ayo kita bicara di tempat lain.”

Caca juga tidak bisa menolak.

Di kafe.

Keduanya sama sama terdiam.

Caca menyipitkan matanya dan menatap pria yang duduk di seberangnya, ingin melihat beberapa hal dalam diri Bram yang sedari tadi mencuri perhatian Caca.

 jika Caca terkesan memberi tatapan menilai,sedangkan Bram dengan santai menyesap kopinya.

Ketika dia masih di perpustakaan, dia tidak sabar untuk mengetahui mengapa Caca sangat ingin punya bayi, tetapi sekarang dia tidak mengatakan apa-apa.

Tampaknya dia berharap Caca akan mengatakan sesuatu dengan sendirinya, bagaimanapun, dia harus menahannya, agar terlihat biasa saja.

"Apa salahku hingga kamu melakukan ini padaku?."

Bram mendengus dan menyesap kopinya lagi, dengan santai meletakkan cangkirnya di atas meja, "Hanya ingin tahu," katanya

Caca memutar matanya jengah "Jika Aku memberitahumu, apa kamu akan menghapus foto itu.?"

Bram mengedikkan bahunya, "Bisa diatur."

Caca menghembuskan nafas lelah: "Aku sebenarnya sudah menikah." Ucap Caca dengan tatapan kosong.

Bram tidak terkejut mendengar ini sedikit pun, tentu saja dia tahu dia sudah menikah, karena dia adalah suaminya.

"Apa suamimu tidak mampu memuaskanmu hingga kamu harus mencari lelaki lain di luar?"

Wajah Caca menunduk malu-malu, "Ini adalah pertama kalinya bagi ku, kamu juga pasti tahu tentang hal ini kemarin saat kita berhubungan. Jadi, Aku dan suami saya…"

“Kenapa? Kenapa kamu dan suamimu? Kenapa kamu ingin punya bayi?”

Mendengar pertanyaan yang Bram lontarkan membuat Caca berpikir sejenak, mengingat apa saja yang sudah terjadi pada hidupnya selama ini: "Seorang Peramal berkata padaku, bahwa rumah tangga kami harus memiliki keturunan dulu kalau ingin bahagia, dan aku harus hamil tahun ini juga." Ucap Caca dengan tatapan nanar.

Bram melihat tatapan mata Caca yang berubah nanar, di balik mata Caca yang berwarna coklat pekat, terkesan tegas namun lemah itu Bram bisa melihat bahwa Caca menyembunyikan beban dalam hatinya. Namun, Bram tidak mau cepat percaya pada hal yang diucapkan perempuan ini tentang—peramal? 

Dia masih percaya pada takhayul feodal di jaman sekarang? Ucap Bram dalam hati.

"Itu kalau kamu berhasil punya anak, kalau tidak? Bagaimana? Apa yang akan terjadi pada hidupmu?" Ucap Bram penuh dengan ketidak percayaannya akan hal hal yang tidak masuk di akal menurutnya. 

“Apa kamu akan dihantui arwah penasaran yang selalu berkata; hai anak muda, cepatlah punya anak!” Bram menyerakkan suaranya, berusaha menirukan suara hantu, lalu melanjutkan: Atau ada apa dengan keluargamu? Atau mungkin—Kamu akan mati?”

Begitu Bram menyebut kata "MATI!" keluar dari mulutnya, Caca berdiri lalu menggebrak meja dengan wajahnya yang mulai memucat: "Diam!!!"

Bram menatap Caca dengan terkejut, ada apa dengan wanita ini. Bram memandang gadis yang terlihat lembut dan lemah dalam satu waktu, tetapi saat ini, dia melihat ketakutan, kesedihan, dan amarah dalam diri Caca di saat yang bersamaan.

Caca sadar akan sikapnya, sehingga dia segera memalingkan wajah serta menetralkan deru nafasnya yang tadi sempat memburu.

“Intinya,penting bagiku untuk segera punya bayi tahun ini.”

“Lalu kenapa kamu tidak memintanya pada suamimu?”

“Suamiku??” Caca berbalik dan memandang Bram dengan tidak percaya, “Orang tua botak itu?? Aku bahkan tidak tahu apakah dia subur atau tidak.” Ucap Caca dengan santai, tanpa dia ketahui suami tua yang ia ilustrasikan dengan pria botak itu sedang duduk di hadapannya dengan penampilan luar biasa memikat wanita wanita di luar sana.

"Orang tua botak?!"

Bram  tanpa sadar menyentuh kepalanya, dia tidak botak.

Rambutnya sehat dan dia tampan.

Lalu kenapa Caca mengatakan itu?

Bram dengan hati-hati mengingat bahwa pada hari pernikahan, Bram sepertinya sedang bermain golf dengan John, dan orang yang bertanggung jawab untuk mengurus pernikahannya adalah sekretarisnya, Ashar, dan Kepala pengurus rumah tangganya, Pak Opik.

Pak Opik berusia lima puluhan dan memang botak.

Sepertinya Caca salah mengira Pak Opik sebagai dirinya.

Caca mengetuk meja, baru kemudian Bram kembali sadar, "Apa kamu percaya padaku kalau aku mengatakan, aku belum melihat suamiku selama setahun ini semenjak kami menikah?"

Tentu saja Bram mempercayainya, jika dia benar-benar bertemu dengannya, maka mereka tidak akan duduk di sini berbicara satu sama lain sebagai orang yang tidak saling kenal, Namun ucapan Bram berbeda dengan isi hatinya.

"Sepertinya tidak," ucap Bram dengan sedikit mengedikkan bahunya.

Caca menggelengkan kepalanya, “Meski kamu tidak percaya padaku, tapi aku benar-benar belum bertemu dengannya lagi, aku bahkan tidak tahu siapa namanya, ketika aku menikah, aku juga tanda tangan di buku nikahku sendiri tanpanya, kemudian baru beberapa hari berikutnya, asistennya memberitahuku kalau suamiku sudah menandatangani buku nikah kami, dan tepat ketika aku hendak melihat siapa nama suami ku, sekretaris sialan itu merampas buku nikah ku."

Kerja bagus Ashar! Ucap Bram dalam hati.

"O—" ucap Bram singkat. 

“Lalu dia meninggalkanku di sebuah vila tanpa peduli padaku.”

“O—tapi kenapa begitu?” Bram hanya bisa pura-pura mengerti dan terus bertanya dengan sadar.

Caca menyangga dagunya dan merenung, "Mungkin dia sadar kalau dia terlalu jelek untuk hidup bersama ku? Atau mungkin anunya sudah tidak bisa berdiri, jadi dia malu dan menghindar. Ya—Aku sih memaklumi,karena memang faktor umur." Ucap Caca dengan enteng.

Bram merasa ini penghinaan buatnya, tetapi dia tidak bisa membantah.

Bram memiliki tenaga seperti kuda. Dia kuat dan tahan lama. Bagaimana mungkin dia tidak bisa memuaskan istrinya? Padahal semalam pun perempuan itu dibuat kelimpungan oleh sentuhannya.

“Mungkin ada hal lain?” Bram tertawa terbahak-bahak.

“Tidak ada. Aku benar-benar sangat sedih, Kamu malah tertawa, jadi tolong tinggalkan aku sendiri saja!” 

Caca segera meraih tangan Bram dan menatapnya dengan mata berkaca kaca, yang nampak menyedihkan bagi siapapun orang yang melihatnya,namun itu semua hanya tipuan Caca agar membuat lelaki di depannya segera pergi. Untuk seorang mahasiswi jurusan aktris, ini adalah sesuatu yang mudah baginya.

Melihat penampilan Caca yang menyedihkan, Bram hanya merasakan detak jantungnya berdetak lambat, gadis kecil ini benar-benar kasihan.

Caca berkata sambil masih memegang tangan Bram: “Aku sudah memberitahumu semuanya, jadi tolong hapus saja fotonya,” pinta Caca.

Bram berdehem dua kali, "Menghapusnya itu soal mudah, tapi kamu harus berjanji pada ku satu hal."

Wajah Caca tiba-tiba berubah, "Apa semua yang kukatakan tadi belum cukup membuatmu percaya padaku? Aku sudah memberitahumu semua yang ingin kamu tahu, aku pikir setelah aku memberitahumu semuanya, Kamu akan menghapus fotonya."

Bram menggenggam ponsel di tangannya, "Aku percaya, tapi aku sudah tidak tertarik lagi pada hal itu, dan sekarang, aku punya permintaan." 

“Kamu!“ Caca menggertakkan giginya, sepertinya pria ini sangat sulit untuk dihadapi, “Oke,apa?!”

Bram tersenyum miring bak hewan buas menemukan mangsanya, “Aku mau tidur denganmu lagi.”

Mendengar kata kata yang Bram ucapkan, sontak membuat Caca geram, serasa ingin menampar lelaki yang sempat ia puji tampan ini dengan keras agar dia sadar akan ucapannya itu "A–apa!! Kamu benar benar tidak tahu malu!!"

"Aku? Tidak tahu malu? Bukannya kamu yang tidak tahu malu, untuk ukuran wanita yang sudah menikah, kamu keluar dan mencari pria lalu kamu tidur dengannya, dan kamu berharap punya bayi dari laki laki yang tidak kamu kenali? Kamu gila! Kalo Aku, Aku belum menikah, jadi apa salahnya Aku keluar dan mencari seorang wanita untuk bersenang senang?" 

"Kamu…!" 

Ucapan menggantung Caca yang menandakan dia sedang menahan diri untuk tidak mengumpati lelaki tampan namun kurang waras itu. Caca sangat marah, dia sangat menyesal.

Kata orang, jangan pernah percaya pada ucapan wanita cantik, tapi ternyata bukan hanya wanita cantik. Pria tampan juga susah dipercaya. 

"Lagipula kamu sudah menyelingkuhi suamimu sekali, jadi seharusnya bukan masalah kalau harus melakukannya lagi bukan?" Tanya Bram dengan pandangan tajam namun tidak dengan bibir Bram yang membentuk smirk.

Dia ingin melihat apakah Caca berani melakukannya lagi.

“Tidak, Aku adalah wanita yang berprinsip, Aku tidur denganmu hanya karena itu adalah upaya terakhir yang bisa ku lakukan untuk memiliki bayi”

"Tadi kan juga sudah ku bilang, mungkin upayamu semalam belum cukup untuk membuatmu bisa hamil, bagaimana kalau kita ulangi sekali lagi, mungkin nanti akan berhasil." Ucap Bram dengan memberi satu kedipan mata.

Caca menggigit bibirnya.

Ini serius,  dia benar-benar tidak akan melakukan hal semacam ini dua kali, karena hati nuraninya tidak bisa menerimanya.

“Luangkan waktumu untuk memikirkannya, aku akan menunggu.” Bram bersandar di sofa dan kembali fokus pada kopinya yang mulai dingin.

Waktu berlalu.

Hati Caca gelisah.

Kalau Bram tidak menghapus foto-foto itu dan malah menyebar luaskan foto itu, bagaimana? Hancurlah hidupnya.

Mungkin sekarang masih tidak berdampak besar karena dia masih orang biasa, tetapi Cac memiliki impian menjadi aktris di masa depan, dan foto-foto itu bisa menghancurkan karirnya yang bahkan belum ia mulai.

Tetapi jika dia harus tidur dengan Bram sekali lagi, dia akan benar-benar menjadi wanita yang murah.

Tetapi—hanya ini cara yang bisa dia lakukan agar segera memiliki bayi.

 

"Aku...,"

Caca baru saja akan membuka mulutnya ketika ponselnya berdering dengan keras.

“Aku akan mengangkat telpon dulu.” Caca pergi dari hadapan Bram, setelah menjauh, Caca segera menekan tombol jawab, seseorang di seberang sana sedang berbicara, entah apa yang orang itu katakan hingga membuat Caca terkejut 

 

“Apa?! suamiku akan pulang?"

Related chapters

  • Get Pregnant   Chapter 6

    Bram mendengus. Mendengar teriakan Caca yang sempat didengar olehnya. "Kenapa harus memberitahunya di saat saat seperti ini, Ah siall!!" Ucap Bram dengan menaruh cangkir kopi sedikit keras. Tak lama kemudian Bram melihat Caca mulai berjalan ke arahnya dengan sedikit tergesa-gesa. "Aku akan pulang sekarang, dan kita akan membicarakan ini lagi nanti, sebelum kita mencapai kesepakatan bersama, ku harap kamu tidak menyebarkan foto foto itu, atau aku akan menuntutmu!" Setelah memberi sedikit ancaman pada Bram, Caca mengambil selembar kertas lalu merobeknya hingga menjadi dua bagian, beserta bolpoin dari dalam tasnya itu, lalu menuliskan sederet nomor yang diyakini Bram adalah nomor handphone gadis itu. "I

  • Get Pregnant   Chapter 7

    “Nyonya sedang berada di kamar anda tuan, saya rasa nyonya sudah tidur.” Lina langsung menjawab. Bram mendengus, wanita yang tadi siang gusar karena ancaman Bram, dan mendapat kabar bahwa suaminya akan pulang setelah satu tahun pergi meninggalkannya, sekarang dia malah tidur tanpa merasa risau? "Di kamar mana saya?" "Naik tangga, lalu kamar kedua dari kiri." Lina menjawab dengan cepat. Bram berjalan menaiki tangga dan tiba-tiba berhenti lagi. Bagaimana jika nanti ternyata dia belum tidur atau bagaimana jika nanti kehadirannya membangunkan gadis itu? Dan bagaimana jika nanti dia melihat wajah asli suaminya dan ternyata itu adalah bram, bukankah rencananya untuk terus mengujinya akan gagal?

  • Get Pregnant   Chapter 8

    2 hari kemudian…….. Setelah dua hari berturut-turut memikirkan apa yang telah terjadi pada dirinya kemarin dan hari sebelumnya, Caca masih memiliki beberapa kissmark di lehernya, dan dia memutuskan memakai baju turtleneck hari ini untuk menutupinya. Seperti biasa, Lina masih duduk di sofa dengan buah melon dipangkuannya dan menonton TV, seperti nyonya rumah. Caca berdehem dan berjalan menuruni tangga, duduk di sofa, Lina hanya meliriknya. "Kenapa?? kamu mau sarapan ?? buat saja sendiri!" Ucap Lina sinis. Tentu saja, Caca tahu bahwa makanan yang ia masak kemarin hanya semata-mata karena dia khawatir ketahuan oleh tuannya. Dasar penjilat!! Ucap Caca dal

  • Get Pregnant   Chapter 9

    Yezline Hendarmo. Bahkan sebelum debut resminya, Yezline sudah memiliki momentum bintang besar di mata publik, bagaimana mungkin dia tidak datang. Dengan beberapa bodyguardnya yang membuka jalan di depan dan dua asisten mengikuti di belakangnya. Yezline mengenakan kacamata hitam dan berjalan mondar-mandir, terlihat gelisah akan hasil casting hari ini. Ketika Caca keluar dari kamar mandi, Caca berpapasan dengan Yezline, Caca kembali menutup bilik kamar mandinya untuk bersembunyi. Dia tidak ingin bertemu Yezline di sini. Menyaksikan adegan Yezline yang berpelukan dengan pemeran utama di belakang semua orang membicarakannya, benar-benar membuat banyak aktor muda yang datang untuk mengikuti casting ini iri. "Hei, apa kalian

  • Get Pregnant   Chapter 10

    Caca mendengar pintu dibanting di belakangnya, "Ashh, sakit!! " Ringis Caca merasa perih pada lututnya karena terantuk lantai kotor di ruangan itu. Pada saat dia coba bangun dan berjalan untuk membuka pintu, pintu itu ternyata sudah di kunci dari luar. ‘Siall!!’ Batin Caca mengumpat. Dia menggedor pintu itu beberapa kali, bahkan Caca juga berteriak minta tolong beberapa kali, tapi hanya senyap yang ia dapat. Ketika dia mengikuti apa yang dikatakan anggota staf di sini, dia pikir tempat itu berada di lantai paling atas sehingga dia bisa melihat orang orang yang datang untuk casting, tetapi kenyataannya ia tidak bisa melihat siapapun di sini. Sepertinya ia telah di jebak. Orang yang menjebaknya sudah memp

  • Get Pregnant   Chapter 11

    “Tapi, pak tolong beri saya satu kali kesempatan, ya? Saya sangat membutuhkan kesempatan ini pak...” Mohon Caca Jika dia gagal pada casting kali ini, ini benar benar bukan hal baik untuk Caca, apalagi jika dia gagal karena dia sengaja dijebak agar terlambat mendatangi casting ini, Caca benar-benar merasa geram pada seseorang yang telah tega menjebaknya. “Nona, lihat orang mana yang tidak membutuhkan kesempatan ini?” Seorang asisten sutradara menepuk nepukkan segulung kertas yang Caca yakini itu adalah kertas form peserta casting di tangannya. "Nona saya akan memberitahumu beberapa hal yang perlu kamu ketahui tentang aturan yang harus dipatuhi di sini. jadi lain kali anda bisa lebih teliti dan tidak datang kesini dengan sia sia." Asisten sutradara berkontak mata dengan asisten sutradara lainnya, seolah mereka seda

  • Get Pregnant   Chapter 12

    Marlen mengangguk, "Sepertinya kamu tahu karakternya dengan cukup baik, bahkan orang yang telah membaca novel sebelumnya selalu berpikir bahwa Rose adalah wanita yang terlalu lemah." Mendengar Direktur Marlen mengatakan itu, dua asisten direktur di sampingnya buru-buru setuju, "Ya, meskipun gadis kecil ini adalah pendatang baru, dia mampu menampilkan sebuah cerita dengan emosi yang sangat tepat." “Tidak hanya emosi yang ada, tetapi ekspresinya sangat mendalami ketika mengucapkan kalimatnya, terutama pada linangan air mata yang tertahan sampai akhir sebelum jatuh.” Marlen mengangguk, "Oke, kalau begitu peran ini bisa kamu mainkan, kami akan memberitahu agency mu nanti." Caca tertawa kikuk "Saya tidak memiliki agency dan saya belum pernah menandatangani satu kontrak pu

  • Get Pregnant   Chapter 13

    “Sebenarnya kamu tidak dirugikan sama sekali, kan?” Bram memandang ke arah Caca. Ekspresi Caca menjadi serius, “Asta, dari fakta bahwa kamu meluangkan waktu dari jadwal sibukmu untuk menyelamatkanku hari ini, aku dapat mengatakan bahwa kamu adalah orang yang baik, aku tidak menyangka orang baik akan memaksa orang baik lainnya untuk melakukan hal seperti itu.” Melihat wajah serius dan tulus Caca, Bram tidak menemukan kata-kata untuk diucapkan. “Aku sudah jujur padamu terakhir kali, alasan aku tidur denganmu dan kenapa aku ingin segera punya bayi adalah karena suatu alasan yang mendesak, dan sekarang setelah suamiku kembali, aku tidak akan melakukan hal semacam ini lagi, katamu sekali dan dua kali, tidak ada bedanya, tetapi dalam kasus ku, perbedaannya sangat besar.” C

Latest chapter

  • Get Pregnant   Extra Part

    Sebelum masuk ke dalam kamar, bahkan Bram sudah menyambar bibir Caca dengan ganas. Caca hanya diam mematung, dia tak tahu harus berbuat apa. Ini pertama kalinya, dia melakukan ini dengan suaminya tanpa kegelapan. “Buka bibirmu, Sayang!” Seru parau Bram sambil membuka pintu kamarnya dengan siku dan Caca yang masih dalam gendongannya. Caca semakin membeku, tapi perlahan bagai terhipnotis dengan wajah Bram yang semakin terlihat sensual, dia membuka bibirnya mengikuti arahan Bram dalam setiap gerakan lidahnya. Bram semakin memperdalam lumatannya hingga tak memberi Caca jeda untuk bernapas. Kini Bram sudah menurunkan Caca di tempat tidur mereka, tangan Bram tak tinggal diam, meremas salah satu dada Caca dan memilin ujung dada itu dari luar pakaian Caca. Bram semakin lihai memberi rangsangan ke tubuh Caca. Caca terus melenguh akibat ulah Bram yang memberinya rangsangan bertubi-tubi, membuat Caca tak kuasa menahannya dan ingin segera mengakhiri sesi kegiatan tersebut. “Sssh…” Bram men

  • Get Pregnant   Final Chapter

    Bram membawa Caca kembali ke Rainbow City dan Lina sudah terlelap dikamarnya. Sepasan suami istri tersebut duduk berhadapan di ruang tamu dengan berjarak meja kopi di depan mereka. Yang satu bersandar di sofa, satunya lagi hanya duduk diam dengan kaki erlangnya. “Ada yang ingin kau katakan?” Bram bertanya lebih dulu. “Cerai.” Caca dengan tegas bicara. Bram mencibir, “jadi kau ingin menceraikan suamimu untuk menikah lagi dengannya?” Caca mencengkram baju di lututnya, “Bukankah aku sudah mengatakan alasan kenapa aku ingin menceraikan suamiku pada Asta? Semua karena suamiku hanya menganggapku sebagai boneka s*ks nya.” Pupil mata Bram mengecil. “Aku melakukan itu agar kamu tidak selingkuh!” Ucap Bram dengan tenangnya. “Apa aku akan melakukan perselingkuhan kalau sejak awal kau memperlakukanku selayaknya bagaimana seorang suami memperlakukan seorang istrinya?” Caca berkata lagi, “Tidak usah sibuk mencari kesalahanku, lebih baik sekarang jelaskan padaku kenapa kau membohongiku, mem

  • Get Pregnant   Chapter 79

    Di salah satu bar. Saat Bram menyesap satu sloki minumannya, John datang terlambat. Tadi waktu Bram menelponnya, dia sudah bersiap akan tidur dan ketika menerima panggilan dari Bram, John segera menanggalkan pakaian tidurnya. John pikir, Bram mengajaknya bertemu di bar untuk mengajaknya bersenang-senang dengan seorang wanita. Tapi begitu John masuk, pemandangan yang dilihatnya adalah Bram yang sedang menenggak minumannya dengan wajah yang sangat tidak enak untuk dipandang. “Yah, katakan padaku, siapa orang disini yang berani membuat mood mu jadi hancur seperti itu!” John menjatuhkan pantatnya di sebelah tempat duduk Bram. Bram kemudian menceritakan duduk masalahnya. Setelah mendengar keseluruhan cerita, ekspresi John jadi agak rumit. “Errrr, mari kita selesaikan ini, jadi, kamu menyamar sebagai orang lain untuk mendekati wanita itu, dan akhirnya pendekatan itu berhasil, kan?” Bram menatap John penuh arti dan tidk berkata apa-apa. John segera bertepuk tangan. “Kalau begitu kamu

  • Get Pregnant   Chapter 78

    Bram kembali ke kamarnya. Ashar dan beberapa pengawal saling berpandangan, wajah mereka yang tadinya berseri-seri saat Bram baru keluar, tapi sekarang seperti kanebo kering. “Tuan, anda baik-baik saja?” Bram mengangkat kepalanya dengan sepasang mata yang tajam. “Batalkan rencana hari ini!” Ashar terkejut, “Tuan, tapi kenapa?” “Lakukan saja apa yang kusuruh,” geram Bram. “Baik, saya akan membatalkan semuanya.” Ashar tidak berani lagi bertanya lebih banyak dan segera berjalan keluar ruangan. Bram mengepalkan tangannya, sorot matanya memancarkan cahaya dingin yang menusuk. Di sisi lain, Caca sudah berganti pakaian, dia sudah merias dirinya dan memakai gaunnya. Gaun organza biru laut, benang yang tersulam lembut membungkus tubuhnya, tidak terlalu luar biasa, tapi jika dilihat lebih teliti, gaun itu membuat Caca seperti peri, sangat cocok. Caca tidak berhenti mengagumi gaun itu, kalau dia tidak tahu bahwa gaun itu adalah gaun KW dari Asta, dia pasti akan menyangka gaun itu adalah

  • Get Pregnant   Chapter 77

    Caca mencengkram ponselnya dengan erat. Kenapa harus seperti itu, kenapa suaminya harus pura-pura menjadi orang lain di hadapannya? Kepala Caca dipenuhi dengan pertanyaan tak terhitung jumlahnya. Siapa dia sebenarnya? Caca melihat ke arah kerumunan lagi dan menemukan kalau orang-orang itu sudah masuk ke dalam salah satu kamar, menyisakan dua orang untuk berjaga di depan pintu. Caca mengumpulkan keberaniannya dan mendekat. Kedua penjaga di depan pintu tidak mengenal Caca dan terlihat tidak perduli saat Caca berjalan mendekat. “Permisi, boleh saya tahu siapa yang ada di ruangan ini?” Kedua penjaga itu saling memandang. “Ada perlu apa, Nona?” Salah satunya bertanya. “Tidak apa-apa, saya hanya melihat seorang pria tampan disini tadi dan ingin tanya saja.” Caca tersenyum kecil. “Asal anda tahu, di dalam adalah orang penting. Bramasta Moses. Cari tahu sendiri saja siapa dia di internet!” Pengawal itu juga tampak sombong. Sebagai pengawal seorang Bramasta Moses, tentu saja suatu

  • Get Pregnant   Chapter 76

    Bagaimana ini, Susi pasti sudah menghabiskan banyak uang untuk memesan gaun ini. Caca sendiri tidak tahu apakah noda merah dari minuman berkarbonasi bisa dihilangkan dalam semalam. Dia hanya berjalan menyusuri lorong hotel, memikirkan kemana harus mencari bantuan, atau setidaknya pinjaman untuk gaun yang akan dipakainya besok. Tiba-tiba, sosok pria muncul di benaknya, Asta. “Hei, Asta, apa kamu sudah tidur?” “Belum, kenapa?” Bagi Bram tidak ada hari tanpa bekerja, dia sudah terbiasa masih bekerja hingga dini hari, jadi dia pasti belum tidur. “Begini, aku ingin minta bantuanmu.” “Bantuan apa? Katakan!” “Gaun KW super yang kamu berikan padaku di acara pertunangan Yezline dulu itu. Bisa tidak, kamu carikan untukku dengan model berbeda? Aku dalam keadaan darurat.” Padahal gaun yang Bram dulu berikan pada Caca adalah asli, bukan KW. “Untuk apa memangnya?” Tanya Bram. “Ceritanya panjang. Jadi besok aku harus menghadiri acara Golden Award, tapi barusan gaunku rusak. Aku bingung dim

  • Get Pregnant   Chapter 75

    “Ashar, cari tahu siapa saja yang masuk dalam nominasi Aktris Pendukung Terbaik tahun ini!” Dari sebelum Bram memerintahkan untuk itu, rupanya Ashar sudah mengantongi semua data yang Bram minta. “Saya sudah memiliki rincian datanya, Tuan. Dan kandidat terkuat untuk nominasi itu adalah Yezline Hendarmo. ESSE Internasional sudah membuat pelobian. Jadi besar kemungkinan, kalau pemenang nominasi itu adalah Yezline.” Mendengar itu alis Bram merajut. “Tapi jangan khawatir, Tuan. Jika anda mau, kita bisa dengan mudah mengambil posisi itu. Bukan hal yang sulit untuk menjadikan nona muda pemenang. Hanya saja…” “Hanya saja apa?” “Susi, manajer nona muda, berpikir kalau tidak akan baik bagi nona muda untuk memenangkan penghargaan apapun di tahun ini.” “Kenapa?” “Karena, di film nona yang pertama, nona hanya berperan sebagai tokoh wanita ketiga. Jika nona memenangkan nominasi itu tahun ini, maka media pasti akan dibuat heboh dan lebih mudah bagi mereka untuk menggoreng berita tersebut. Sem

  • Get Pregnant   Chapter 74

    Ruangan Presdir Mcoal Indonesia. Bram sedang sibuk berbahagia di mejanya, suasana hatinya sedang sangat baik hari ini, ditambah lagi setoples kue kering di mejanya yang selalu ia pandangi dari waktu ke waktu sambil tersenyum sendirian. Dikejutkan dengan bunyi telepon di mejanya yang tiba-tiba berbunyi, suara Ashar datang dari ujung ponsel Bram. “Pak Bram, Pak John ada disini.” “Suruh dia masuk.” “Baik.” Setelah beberapa saat, si John dengan angkuhnya masuk ke ruangan Bram, sambil berkata, “Tuan Bramasta Moses, satu pertanyaan penting untuk anda. Kenapa anda sulit sekali ditemui sudah seperti artis papan atas.” John menatap ke arah Bram dan dengan segera menemukan setoples kue di meja Bram, dengan cepat John melangkahkan kakinya mendekat. Tepat ketika John ingin meraih kue itu, Bram segera dengan cepat menggeser toplesnya dan tangan John langsung hampa. “Oh, jadi begitu, sekarang kue saja tidak boleh kusentuh?” Pekik John “Kamu tidak boleh makan kue ini!” “Kenapa tidak boleh

  • Get Pregnant   Chapter 73

    Gerak cepat Ashar tidak perlu diragukan lagi, dalam sekejap dia sudah mengantongi nomor kamar Caca dan membawa Bram malam itu juga pada Caca. Hingga malam syuting masih berlangsung, tapi scene untuk Caca sudah berakhir. Hotel tempat dimana Caca menginap sekarang benar-benar sepi. “Tunggu aku di mobil.” Bram memberi perintah, turun dari mobil dengan kaki panjangnya dan langsung menuju lantai enam hotel. Lantai enam adalah tempat suite terbaik di hotel ini, semua pemain penting tinggal di lantai ini. Sekarang sudah sangat malam, sebagian besar orang pasti sudah beristirahat setelah seharian disibukkan dengan sepanjang hari. Bram menaiki lift dan pintu perlahan terbuka. Ini adalah pertama kalinya Bram datang ke hotel ini, jelas dia tidak tahu struktur pasti hotel ini, tapi menurut penyelidikan Ashar, Caca tinggal di kamar nomor 621. Setelah Bram keluar dari lift, dia hanya berdiri di depan lift. Masih mencari pintu kamar dengan nomor 621. Sampai akhirnya dia menyadari kalau kamar

DMCA.com Protection Status