Gina dibawa ke Villa oleh Lely, dia terlihat sangat tenang saat mereka masuk ke dalam tapi di dalam dirinya Lely tahu Gina jauh dari tenang, dia dalam kekacauan.
"Apa kamu baik baik saja?" Lely bertanya saat mereka berjalan ke atas, dia mengangguk.
"Ini kamarmu, kamu akan tinggal di sini mulai sekarang." Lely berkata sambil membuka pintu, memperlihatkan kamar tidur dengan perabotan lengkap dan mewah,
"Aku akan ke bawah, jika kamu butuh sesuatu hubungi aku dengan telepon rumah, dia menunjuk ke telepon di laci samping tempat tidur antik.
"Baik." Sebelum dia berbalik, Lela bergegas turun.
Gina menarik nafas dalam-dalam, dia sedang tidak mood untuk menikmati pemandanga laut yang indah, dia menarik kopernya dan masuk ke dalam kamar.
Malam tiba, di kamar mewah, tirai ditarik untuk menghalangi semua cahaya.
Di dalam ruangan yang sunyi, dia mandi di bak jacuzzi, memastikan dia menghabiskan cukup waktu di bak mandi untuk menggosok rambut panjang sutra dan tubuhnya.
Untungnya, semua yang dia butuhkan ada di dalam kamar mandi.
Keluar dari kamar mandi, dia hanya mengenakan jubah tidur, kemudian dia berbaring di tempat tidur king size dengan tenang.
Dia diminta untuk memakai penutup mata, jadi dia mengambil penutup mata yang telah dibawakan Lely untuknya, dia mengambilnya dan memakainya.
Sekarang, dia telah kehilangan indra penglihatannya tetapi indra pendengarannya menajam.
Dari kejauhan, dia mendengar suara mesin yang berjalan semakin keras saat mendekati Villa.
Kendaraan berhenti tepat di depan Villa dan seorang pemuda melangkah keluar dari Rolls Royce Phantom, para penjaga membungkuk saat dia berjalan melewati mereka.
Pria itu mengenakan setelan Armani hitam yang elegan, dengan sepatu hitam, jam tangan di pergelangan tangannya sangat mahal.
Dia berjalan dengan anggun seperti raja aristokrat dan masuk ke dalam Villa.
Gina yang biasanya tenang menjadi tegang saat dia merasakan kegugupan dan kegelisahan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Dia menajamkan telinganya untuk mendengar langkah kaki yang mantap, saat itu semakin keras, dia tahu orang itu sedang naik ke atas.
Pintu terbuka dan seseorang masuk, lalu menutup pintu di belakangnya.
Dia pindah dari tengah tempat tidur dan melingkarkan dirinya di kepala tempat tidur.
Apa dia majikanku?
Apa dia sudah di sini?
Dengan seluruh pertanyaan yang sedang berjalan ini, dia tidak bisa tidak khawatir.
Orang itu duduk di ujung tempat tidur melepas sepatunya, kemudian naik ke tempat tidur.
Gina tidak bisa melihat detail apa pun dari siluet itu tetapi jantungnya berdetak tak berdaya.
Meskipun dia tidak bisa melihat wajahnya, dia bisa merasakan kehadirannya yang kuat dan luar biasa terutama garis pandangnya yang dingin.
Dia memiliki suasana agresivitas yang unik untuk seorang penguasa dan dia tampak seperti Tuan aristokrat yang sombong dan angkuh.
Pria itu bergerak mendekat padanya untuk melihat lebih jelas dan benar-benar merasa tertarik oleh apa yang dia lihat.
Sementara Gina, merasakan kehadirannya yang menjulang, dia melingkar seperti bola,
"Tolong ... katakan padaku siapa kamu, aku takut." Gina panik tetapi dia tidak mengatakan sepatah kata pun, hanya napas dan detak jantungnya yang bisa didengar.
Melihat wanita di depannya, Pria itu mengendurkan jubah Gina dan menariknya ke atas, kulitnya yang seputih susu dan lembut tersapu udara, tanpa menunggu reaksi Pria itu, Gina menyelidik ....
"Tunggu, bisakah aku melihat wajahmu. Gelap dan aku sangat takut.” Gina menangis seperti anak kucing yang tak berdaya, sang Pria berhenti dan mengerutkan alisnya.
"Tidak ada yang harus kamu takuti sekarang, diam!" Dia memerintahkan seperti raja yang sombong. Hanya butuh beberapa menit baginya untuk akhirnya menyerap kekacauan yang Dia alami.
Pria itu membuka paksa kaki Gina, begitu lembut dan lurus, dia merasakan dorongan untuk terus membelai kakinya,
Tidak, wanita diciptakan untuk satu hal, untuk dipakai dan dibuang.
Sejak ibunya meninggal, dia memiliki sikap dingin terhadap wanita.
Ini semua hanyalah kewajiban dan pion untuk digunakan, dia tidak pernah punya waktu untuk itu.
Satu-satunya hal yang dia kejar sekarang adalah diangkat menjadi Peresiden Direktur Addington Grup dan mendapat staf otoritas.
Tapi melihat gadis di depannya yang lugu dan sangat naif … Seperti mangsa yang tidak bersalah, sementara dia merasa seperti pemangsa yang kejam.
"Tolong tenangkan aku, aku tidak ingin terluka," suara Gina bagaikan musik ringan di telinganya.
Tidak, kapan Aku mulai memiliki perasaan seperti itu terhadap wanita. Dia menghela nafas,
"Kamu telah dibayar dan akan dihargai dengan mahal; rasa sakitmu harus Kau kendalikan sendiri, sekarang itu bukan urusanku.” Dia berkata dengan sombong,
Gina menurut dan berbaring diam karena takut disakiti dengan kejam oleh pria ini.
Dia membuka ikat pinggangnya dan membiarkan celananya jatuh ke lantai, mengambil jas dan kemejanya, dia hampir telanjang jika bukan karena celana dalam desainer yang dia kenakan.
"Lebarkan kakimu." Dia memerintahkannya, Gina diam-diam melakukan apa yang diperintahkan tetapi jauh di lubuk hatinya, dia merasa sangat hancur.
Pria ini menindih Gina dan menempelkan tubuhnya ke tubuh Gina,
Tidak perlu foreplay apa pun, dia hanya akan menyelesaikan ini dan pergi ketika dia yakin dia telah mengeluarkan cukup banyak benih untuk menjadi seorang anak.
Tapi sesuatu menarik perhatiannya saat dia akan membaringkannya. Bibirnya ... Dia belum pernah mencium wanita mana pun sebelumnya dan wanita ini, bibirnya memanggil-manggil seolah akan mencuri ciuman pertamanya.
Mereka seperti kelopak mawar melawan angin, merintih seperti anak kecil yang akan menangis, Pria ini pun membungkuk dan mengambil bibirnya penuh.
Dia mencium bibirnya lalu memaksa mulut Gina terbuka dengan lidahnya, menjamah setiap inci mulutnya, mengisap bibir dan lidahnya.
Gina terkejut dengan tindakan ini,
Bukankah Lely memberitahunya bahwa tidak akan ada ciuman atau sentuhan ekstrem?
Mengapa bos melanggar kontrak?
Ketika dia menciumnya, Gina tidak membalas ciumannya, dia hanya membiarkannya melakukan apa yang dia inginkan dan beberapa kali Gina dengan canggung menggigit bibirnya sendiri.
Gina tidak pandai berciuman dan begitu juga dia. Dia tidak pernah punya pacar jadi bukan penggemar keintiman dan romansa.
Ketika Pria itu menciumnya sampai puas, dia bermain dengan bibirnya.
Melihat Gina yang masih sangat murni, pinggangnya yang ramping dapat dipegang oleh satu lengannya, dan dia masih bermain dengan bibir Gina ketika dia berbisik ke telinganya.
"Tutup saja matamu.” Suaranya tidak seperti sebelumnya; ini bukan lagi perintah seperti yang sebwkumnya. Itu terdengar seperti permintaan. Suara lelaki itu mulai parau.
Ujung jarinya lembab dan dingin tetapi ketika dia menyentuh tubuh Gina yang sudah suam-suam kuku, kehangatan memenuhinya. Dia menyentuh setiap bagian tubuh Gina dan Gina tidak bisa biasa saja.
Rasa malu, bersalah, dan hina memenuhi dirinya, dia hampir mendorong tangannya, tetapi seolah tahu apa yang ada dalam pikiran Gina, Pria itu memegang tangannya.
Dengan paksa mencongkel kakinya yang lembek, Gina menyelidik,
"Ah!" jeritnya, rasa sakitnya begitu hebat.
"Ssst" Katanya, dengan paksa Dia memegang miliknya sendiri dan mendorongnya pada inti milik Gina, tetapi itu begitu sempit sehingga Dia tidak bisa mendorongnya untuk masuk.
Dorongannya begitu kuat sehingga Gina pikir dia akan pingsan, benda yang begitu keras itu sedang berusaha menjejal padanya.
Gina belum pernah melakukan hubungan seks sebelumnya tetapi ia tahu bahwa seks tidak akan menyakitkan seperti ini.
Apakah ini semua karena ukuran milik pria ini? Jika ya, Gina tidak bisa menahan semuanya. Dia tidak bisa menahan rasa sakitnya.
"Tidak .. Tolong ... jangan," teriaknya, pria itu berhenti,
"Bukankah Ini yang kamu inginkan ,hah?" Dia bertanya,
"Kamu seharusnya sudah tahu apa yang harus kamu lakukan ketika kamu datang ke sini, atau kamu lupa?” Dia bertanya padanya.
"Aku ... tahu .." Gina tergagap,
"Sekarang tutup mulutmu.” Dia memerintahkan dan melanjutkan urusannya.
Sekarang, Gina merasa menyesal telah menyetujui kontrak ini, dia pikir ini adalah tugas yang mudah, melahirkan anak dan dibayar, tetapi ternyata ini adalah sebuah kunjungan ke neraka baginya.
Dari semua pilihan hidup yang ada, Gina telah menyeberang ke kedalaman dosa yang paling besar.
Dia memikirkan banyak cara untuk mendapatkan uang untuk keluarga tetapi dia tidak pernah berpikir dia harus menjual tubuhnya suatu hari untuk mendapatkan uang.
Gina telah terlanjurilih jalan ini, sekarang dia harus melaluinya sampai akhir.
Gina akhirnya jatuh pingsan ketika pria itu selesai, rasa sakit di antara pahanya menyiksa, dia tidak bisa bergerak. Ketika pria itu selesai, dia turun dari tempat tidur dan berjalan ke kamar kecil untuk mencuci dirinya sendiri. Gina Kasih terkapar dalam kamar yang berbau seks, kesenangan dan nafsu. Masih ingin mengisi gairah seksnya, dia menatap gadis itu lagi, Gina telah kehilangan begitu banyak energi dan butuh istirahat. "Bukankah Dia sudah di diberi makan, mengapa masih kelelahan setelah tiga ronde?" Pria itu menghela nafas. Gina mulai sadar, samar-samar Dia melihat wajah yang tampan, karena penutup matanya tel
Menurut Lely, Tony mencarinya setelah seminggu, dia menelepon Lely dan bertanya apakah dia bisa bertemu putrinya, jadi Lely memberinya lokasi Villa dan Tony datang ke sana. Gina ada di bawah ketika Tony datang, "Papa!" Dia berdiri dan bergegas ke arahnya, Tony merentangkan tangannya untuk memeluk hangat putrinya, "Papa, aku minta maaf untuk ..." "Ssst, ini salahku. Aku gagal menghargai putri baikku dan lebih mementingkan diri sendiri." Dia berkata, "Papa sangat menyesal, apa Gigi mau memaafkan Papa?" Dia bertanya membuat ekspresi lucu di wajahnya membujuk Gina. &
Seorang anak laki-laki berusia sekitar delapan, sembilan tahun sedang menatap sebuah mobil remot kontrol mahal di sebuah mal ketika seorang penjaga toko berjalan ke arahnya, "Hei kamu! Untuk apa kamu melihat itu?" Dia berteriak pada bocah itu dengan kasar, bocah itu menoleh ke pemuda yang sedang berbicara dengannya dan dia menghela nafas, lalu kembali ke mobil mainan mahal yang dia kagumi. Bocah nakal ini tidak tahu siapa aku, “Hei anak nakal, aku sedang berbicara denganmu tapi kamu ..." Dia bergegas akan memukul anak itu tetapi ibu anak itu keluar. "Rain!" Dia memanggil, wajah serius bocah itu berubah menjadi senyum yang mempesona.
Justin berjalan ke mansion dengan wajah dingin, Jenni dan Henry sedang duduk di gazebo ketika dia berjalan melewati mereka tanpa menunjukkan rasa hormat kepada yang lebih tua, "Justin! Kembali ke sini." Henry berseru, Henry sudah semakin menua beberapa tahun tetapi aura dingin dan keganasannya masih tetap sama seperti saat muda, dia masih yang paling kejam di keluarga Addington sejauh ini, Anak laki-laki itu berjalan ke arah mereka, "Kakek, Mami selamat siang." Dia menyapa, tidak menunggu jawaban mereka, dia berbalik dan pergi. "Dia pasti dalam suasana hati yang buruk, kakek, jangan memarahinya." Jenni berkata
Melihat Melissa menampar putranya membuat Gina marah, dia memukul punggungnya Melissa, "Jangan pernah meletakkan tangan kotormu pada putraku lagi." Gina meraung dan menampar pipi Melissa sekali lagi. Dan untuk pertama kalinya, Melissa dan Rindu menjadi sangat takut padanya. Keganasan dan kemarahan di mana tamparan itu mendarat membuat bibir Melissa berdarah, Rindu melihat ini menjadi sangat takut, "Ibu baik-baik saja, jangan bertengkar dengan bibi." Rain berkata tetapi dari arah yang telah terlihat Ibunya, Raun menjulurkan lidahnya dengan ekspresi mengejek ke arah Melissa yang berdiri seperti akan menangis. Tony yang berdiri di samping tidak melakukan apa-apa selain berjalan ke Gina untuk menenangkannya.
Gina mengeluarkan kartu ATM dari tasnya dengan tangan gemetar, pergi ke luar, preman itu masih menunggunya. Dia pergi ke bank terdekat dan menarik jutaan uang yang dia miliki di sana, Memberikannya kepada mereka, mereka menghitungnya dengan tatapan tajam, merasa cukup, mereka melangkah pergi tanpa berbuat onar. Kembali ke perusahaan, manajer memanggil Gina dan memecatnya karena 'membawa masalah dan kerugian besar bagi perusahaan.' Sementara dengan preman-preman itu sebelumnya dia tidak terlalu takut tetapi sekarang dengan kesadaran bahwa dia akan kehilangan pekerjaannya, ketakutan mencengkeramnya dan matanya memerah.
Hanya dengan memutar ulang ingatannya, Willy bisa dengan jelas mengingat malam yang dia habiskan bersama gadis muda yang ditutup matanya dengan tak berdaya itu. Seketika Willy mengambil kendali darinya karena merasa ingin melakukannya lagi. Dia gadis yang lembut, seperti gelembung yang akan meletus hanya dengan satu sentuhan, tetapi, didepan Willy, ia baru saja menunjukkan sisi pemberaninya, dengan tegas melindungi harga dirinya. Gadis seperti dialah yang membuat seorang pria ingin melindungi dan merawat mereka dan itulah yang baru saja Gina lakukan pada Willy. Membuat Willy ingin melindunginya. Gadis lembut itu baru saja memicu keinginan yang dia tekan jauh di dalam dirinya untuk wak
Arman mendapatkan informasi yang diinginkan Willy tentang wanita itu, menyimpan dokumennya di meja Bosnya, dia berbalik untuk pergi tetapi Jenni masuk, "Di mana Willy?" Dia bertanya dengan angkuh. "Tidak ada, Tuan pergi untuk beberapa pertemuan dengan ...." Arman berkata, Jenni tidak peduli. Di manapun Willy itu bukan masalah baginya. Ketika dia akan pergi, matanya menangkap dokumen di atas meja, dia melangkah maju untuk melihatnya. Arman tidak bisa menghentikannya, dia hanya seorang manajer dan Jenni adalah tunangan bosnya. Arman menelan ludah memikirkan bagaimana Jenni akan bereaksi ketika dia mengetahui Bos sedang mencari tahu tentan
“Selamat siang,benar ini orangtua dari Rain Wijaya? Tanya suara perempuan dari seberang ponsel itu.“Iya, saya Ibunya. Ada apa ya?”“Maaf Ibu, kami dari pihak sekolah ingin memberitahukan kalau anak Ibu yang bernama Rain saat ini sedang dilarikan ke rumah sakit karena kecelakaan.”Gina tersentak, “Apa? Bagaimana keadaan anak saya sekarang, Bu?”“Lebih baik anda segera ke rumah sakit saja, karena Rain terluka dan sepertinya membutuhkan donor darah.” Tanpa pikir panjang, Gina melompat dari bak mandi dan segera memakai handuk kimononya.Willy bingung ada apa dengan Gina, dia bertanya padanya dan Gina menjawab dengan isak tangis sambil terburu-buru menjelaskan.“Rain kecelakaan dan dia butuh donor darah.”Willy ikut tersentak mendengarnya lalu berkata, “Kita ke rumah sakit sekarang,” sambil melompat dari bak mandi dan segera berganti pakaian.Belum tahu keadaan Rain seperti apa, di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit yang kira-kira mereka tempuh selama sekitar dua puluh menit, Gina t
***Malam itu saat Gina mengepak buku-buku Rain, sebuah surat terjatuh dari tangannya.Awalnya, dia mengira itu adalah surat cinta yang sering didapat Rain dari penggemarnya dan Gina ingin membuangnya, tapi setelah dipikir-pikir, Gina memutuskan untuk melihat lebih dulu apa isi surat tersebut.Ternyata itu bukan surat cinta, melainkan surat pemberitahuan untuk rapat orangtua di sekolah Rain.Gina Heran, kenapa anaknya tidak memberikan surat ini padanya?Gina segera mengambil ponselnya dan menelpon guru Rain.“Halo, ini saya Ibu dari Rain Wijaya.” Gina memperkenalkan diri.“Oh, Ibunya Rain, ada yang bisa saya bantu?” Tanya guru itu.“Begini, saya baru saja menemukan surat undangan rapat di antara buku-buku Rain, sepertinya rapat itu sudah terlewatkan karena Rain tidak memberitahu saya. Kalau boleh saya tahu, isi rapat tersebut apa perihal apa ya Bu?”“Hmm… Jadi begini, Bu. Rapat itu untuk memberitahukan pada wali murid bahwa siswa kelas satu akan ada kegiatan study outdoor di akhir pek
"Ayah jangan lakukan itu." Gina mencoba membujuknya agar Toni mengurungkan niatnya untuk menceraikan istrinya tetapi pikirannya tetap pada pendiriannya."Tidak nak, aku harus melakukan ini. Aku bosan dengan gubuk yang disebut pernikahan itu." Toni meratap.Gina mengerti, bukan tugas yang mudah memiliki Rindu dan Melissa sebagai keluarga.Toni menarik napas dalam-dalam, “Inilah yang seharusnya yang kulakukan sejak dulu.”"Tapi Ayah, Ayah tahu ibu pasti akan menggunakan cara apapun untuk mendapatkan rumah dan semua properti lain yang kalian miliki, bagaimana Ayah akan mengatasi itu semua?" Gina bertanya,"Jangan khawatir, aku sud
"Apa yang baru saja Anda katakan?" Anak itu bertanya lagi. Leonardo merasa kesal, mengapa seorang anak kecil mengganggunya, "Hei anak kecil, apa yang kamu lakukan di sini?" Dia bertanya tetapi punggungnya tidak mundur. Dia berjalan di depan pria dengan tangan bertolak pinggang, menatapnya tajam, "Apa yang kamu katakan, apa yang dia lakukan pada Mamaku?" Dia bertanya lagi. Semua orang disana kecuali Agen Harun terkejut mendengar kata-kata berani anak itu, “Rain, ini bukan …” Tatapannya membuat Rindu terdiam, dia belum pernah melihat anak itu begitu marah seperti ini sebelumnya. "Berapa dia berhutang padamu?" Rain bertanya pada pria itu.
Willy mengantar Gina ke kamar kecil, Willy tidak ingin Gina terlihat menangis di hadapan putranya.Itu sebabnya Willy membawanya ke kamar kecil, jadi dia bisa menenangkan dirinya sendiri.“Apa kamu sudah baik-baik saja sekarang?” Willy bertanya dengan penuh perhatian,Gina menyeka air matanya dan mengangguk, "Sudah ... terima kasih telah membelaku tadu." Gina basa basi.Jadi dia bisa mengucapkan kata terima kasih? Batin Willy mencemooh.Willy kembali tersenyum padanya, "Sekarang ayo kita cari Rain, dia pasti menunggumu." Pria itu meraih tangannya dan mereka meninggalkan kamar kecil.
Selama dua hari berikutnya, Willy masih juga menolak membiarkan Gina pulang.Gina sudah sangat lelah dan kesal.Sebenarnya tidak ada yang Gina lakukan disana selain melayani Willy yang memaksakan diri padanya ketika Willy sedang dalam gairah tinggi dan itu hampir setiap saat.Meskipun Gina selalu menggerutu padanya, karena setelah Willy puas, Dia tidak melakukan apa-apa selain langsung kembali tidur sementara Pria yang selalu penuh vitalitas itu melanjutkan pekerjaannya di kantor.Willy memberinya ponsel lain ketika Dia kembali dari kantor malam itu. Orang pertama yang dia hubungi adalah putranya."Halo Mama!” Anak laki-
Gina tidak berhenti menangis dan mengutuk.Willy hanya memperhatikannya, sedikit geli melihat caranya menangis, Dia menangis seperti balita yang kehilangan mainan favoritnya.Ketika tangisannya semakin intens dan matanya semakin merah, Willy berdiri dan berjalan ke tempat Gina berdiri, "Berhenti menangis." Willy berkata, tapi Gina tidak berhenti."Kenapa aku harus berhenti menangis? Ketika Kamu memperlakukanku seperti pion-mu, Aku juga punya perasaan Willy, aku punya emosi, Aku manusia sama sepertimu. Kenapa Kamu memperlakukanku seperti barang, sebuah barang yang dapat Kamu gunakan saat Kamu menginginkannya dan meninggalkannya saat Kamu sudah tidak menginginkannya. Perlakukan Aku dengan hormat, Aku bukan Barang William Addington! Aku manusia yang punya peras
Menjelang akhir pesta, situasi semakin panas, Sutradara baru saja keluar mencari gadis-gadis muda untuk dibawa pulang bersama mereka dan menghabiskan malam yang tersisa.Predator, mengintai di sudut mencari mangsa yang tidak bersalah untuk dimakan.Dean tahu kebiasaan orang-orang ini, jadi Dia memutuskan untuk menjaga Gina lebih dekat, Dia tidak ingin membiarkannya jauh dari pandangannya sedikitpun.Ini adalah bagian malam yang paling licik dan dia tidak akan membiarkan Gina terseret ke dalam jaring pemangsa ini.Gina sedang duduk sendirian sementara Dean menyapa beberapa tamu tetapi dia tidak pergi jauh, Dean sudah meminta Gina untuk mendekat tetapi Dia menolak, Gina ingin duduk setelah bany
Willy telah memesan IMPERIAL JEWEL untuk Gina."Nona Regina, bisa tolong turun dari tempat tidur, jadi saya bisa mendandani Anda untuk pesta." Eric berkata padanya.Dia turun dari tempat tidur dan pergi untuk duduk di depan cermin rias.Eric memegang gaun merah dan membawanya padanya. Dia sangat terkejut ketika dia melihat gaunnya, "Bukankah ini gaun dari ESPRITE?" Dia bertanya pada Eruc, pria itu mengangguk."Nina, presidir meminta Anda untuk mengenakan gaun ini." Eric segera berkata melihat ekspresi terkejutnya.