Gina akhirnya jatuh pingsan ketika pria itu selesai, rasa sakit di antara pahanya menyiksa, dia tidak bisa bergerak.
Ketika pria itu selesai, dia turun dari tempat tidur dan berjalan ke kamar kecil untuk mencuci dirinya sendiri.
Gina Kasih terkapar dalam kamar yang berbau seks, kesenangan dan nafsu.
Masih ingin mengisi gairah seksnya, dia menatap gadis itu lagi, Gina telah kehilangan begitu banyak energi dan butuh istirahat.
"Bukankah Dia sudah di diberi makan, mengapa masih kelelahan setelah tiga ronde?" Pria itu menghela nafas.
Gina mulai sadar, samar-samar Dia melihat wajah yang tampan, karena penutup matanya telah terlepas.
Pria itu mencondongkan tubuhnya ke depan dan mencium bibir Gina dalam, sebelum dia meninggalkan ruangan.
Begitu pria itu pergi, Gina membiarkan dirinya tertidur kembali.
Ketika Gina bangun di pagi hari, kamarnya kosong, dia mencoba untuk bangun tetapi kakinya tak berdaya, rasanya seperti habis ditabrak truk.
Dengan menggunakan sedikit energi yang tersisa, dia menendang selimut yang menutupi tubuh bagian bawahnya dan bergerak dari tempatnya berbaring.
Turun dari tempat tidur, dia melihat sprei tempat tidurnya yang berwarna putih bernoda darah sehingga terlihat seperti bendera Jepang.
Pintu terbuka dan Lely masuk ke kamar, dia memegang satu set pakaian baru, "Bos mengirim ini untukmu." Lely bertanya, "Bagaimana perasaanmu?"
"Saya merasa seperti baru saja ditabrak truk," dia ingin berteriak kesakitan tetapi kata-kata tidak bisa keluar.
Sepertinya bibirnya telah direkatkan setelah pergumulan berat yang dia lakukan dengan bos tadi malam.
Pintu tiba-tiba terbuka dan seorang wanita muda lain masuk ke kamar, tampak sangat marah seperti dia akan meledak.
"Apa kamu Ibu pengganti itu?" Dia bertanya pada Gina, Gadis itu mengangguk polos dan tamparan keras mengikuti jawabannya, Gina merasa sangat dipermalukan oleh tamparan itu,
"Jangan pernah berpikir bahwa Kamu bisa mendekati Willy karena kontrak ini, dia adalah tunanganku." Wanita itu berkata dengan kemarahan yang merendahkan,
"Dan pastikan kamu hamil setelah ini karena Willy tidak akan pernah menyentuhmu lagi. Suatu saat nanti, jangan pernah mencoba menggunakan anak ini sebagai alasan untuk…”
"Nona Anda tidak perlu khawatir, saya tahu aturan kontrak dan saya tidak akan melanggarnya." Mulut Gina menghentikan kata-kata wanita itu sebelum dia mengatakan lebih banyak hal untuk mempermalukannya.
"Ku pegang kata-katamu." Dia mendesis, mendorong Gina sebelum dia pergi, hingga tersungkur ke lantai,
"Gina bangunlah, kesehatanmu adalah prioritas utama." Lely membantu gadis muda itu berdiri, "Ambil ini, pergi dan mandi, aku akan meminta seseorang untuk mengganti seprai, lalu sarapan akan disajikan tepat setelah kamu selesai mandi." Lely berkata sambil menyerahkan pakaian itu padanya,
Gina mengangguk, mengambil pakaiannya dan pergi ke kamar kecil untuk menyegarkan diri.
Saat dia di kamar mandi, ingatan semalam membanjiri pikirannya, dia duduk di bak mandi yang diisi dengan penuh tanpa bergerak,
Melihat ke dirinya lagi, dia merasa dia kotor, mengambil sabun mandi dan spons, dia menggosok tubuhnya secara menyeluruh, air mata memenuhi matanya saat dia menggosok dengan keras.
Aku adalah seorang pelacur.
Aku pelacur, menjual tubuhku demi uang.
Bagaimana perasaan Papa jika ia tau soal ini.
Setelah menggosok semua lapisan kulitnya, dia duduk termenung sana, kehilangan jejak setiap pikiran lain yang terjadi di sekitarnya, dia lupa waktu.
Menyadari waktu yang telah lama berlalu, Lely perlahan membuka pintu kamar mandi dan melihatnya terbaring di sana tak bergerak, wanita yang lebih tua darinya itu bergegas menghampirinya berpikir jika hal yang terburuk telah terjadi pada gadis itu.
Namun yang mengejutkannya ketika dia mendekat, dia melihat gadis muda itu meneteskan air mata, dia berjongkok di sampingnya,
"Gigi, ada apa?" Dia memegang bahu gadis itu mengelusnya penuh kasih sayang.
"Lely, jika aku adalah putrimu, maukah kamu menerimaku begitu kamu tahu aku melakukan apa yang aku lakukan sekarang?" Dia bertanya tanpa melihat Lely.
Hati Lely menegang, sepanjang hidupnya dia belum pernah melihat seseorang yang tidak memikirkan dirinya sendiri seperti Gina, melakukan ini untuk keluarganya.
Yang terburuk, mereka bahkan bukan keluarga kandungnya tetapi orang tua angkatnya.
"Gigiku akan baik-baik saja, cepat atau lambat," dia menghibur,
Ketika anak-anak seusianya sibuk menikmati masa remaja mereka dan terbuang sia-sia, dia di sini untuk mengorbankan kebahagiaannya untuk membuat orang lain bahagia, tetapi wanita jahat itu tidak menelepon untuk menanyakan kabarnya
Gina menatapnya, air mata memenuhi mata gadis itu dan pemandangan itu sangat menyakiti Leli, "Apa Papaku akan memaafkanku?" Gina bertanya pada wanita itu,
"Ya, jika kamu menjelaskan semuanya padanya, aku yakin dia akan mengerti dan memaafkanmu." Wanita itu berkata, "Sekarang kamu harus keluar dari bak mandi sebelum kamu masuk angin."
Dia membantu gadis itu keluar dari bak mandi, membungkusnya dengan handuk dan kemudian mendandaninya.
TUJUH MINGGU KEMUDIAN, Gina dan Lely berada di rumah sakit swasta milik keluarga Addington untuk menunggu hasil tes.
Gadis itu tampak gugup, dia bersandar pada wanita yang sedang membelai rambutnya.
Jauh di lubuk hatinya, dia berdoa agar tesnya positif, jadi dia tidak akan bisa mengalami cobaan yang sama dengan bos seperti yang dia lakukan beberapa minggu yang lalu.
Dokter keluar beberapa saat kemudian, momen yang terasa lama bagi Gina, "Ini hasilnya." Dokter menyerahkan dokumen yang dibungkus itu kepada Lely, ia mengambilnya dan melirik Gina.
Membukanya, dia memfokuskan fokusnya pada kata tertentu,
'Positif.'
Dia hamil.
Lely menunjukkan hasilnya kepada Gina, yang mengangguk melihat kata-kata yang tertulis di sana, Jauh di lubuk hatinya, dia bersyukur kepada Tuhan, setidaknya dia tidak harus tidur dengan pria itu lagi.
Sekarang, hal berikutnya dalam jadwalnya dan Lek adalah bertemu Papanya.
Tony sangat khawatir, dia tidak melihat putrinya dan istri serta putrinya yang lebih muda justru memperkeruh suasana.
"Orang susah yang tidak tahu berterima kasih itu, dia pasti melarikan diri dengan salah satu dari banyak kekasihnya." Begitu cara Rindu meredam kekhwatiran Tony selama ini.
"Diamlah, Gigi tidak seperti itu." Tony selalu membelanya sampai suatu hari dia mendapat telepon dari seorang wanita tak dikenal, memintanya untuk menemui mereka di suatu tempat.
Tony merasa cemas karena duduk di restoran mahal; dia menunggu wanita itu datang dengan putrinya.
"Tuan, silahkan!" Seorang pelayan datang menyodorkan buku menu.
Tony menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku hanya sedang menunggu seseorang…”
"Jangan khawatir, Bos telah meminta kami untuk melayani Anda, silahkan buat pesanan apapun yang anda inginkan." Kata pelayan sambil menunjukkan buku menu mereka.
Tony memeriksa dan memesan secangkir kopi moka dan sepotong Cake.
Pelayan mengambil pesanannya dan mengantar mereka esanannya setelah beberapa saat kemudian.
"Silahkan Tuan, selamat menikmati" Pelayan itu pergi, sementara Tony mengambil sepotong kue dan menyesap mokanya.
Sangat enak.
Setelah menunggu hampir dua puluh menit lebuh, Gina datang.
Dia mengenakan gaun baggy untuk menyembunyikan kehamilannya sementara Leli, berpakaian forma, berjalan di depannya.
Tony segera berdiri dia melihat putrinya dan berhambur memeluknya, "Gigi, apa kabar? Aku sangat mengkhawatirkanmu." Tanpa mempedulikan orangblain di sana, dia memeluk putrinya dan mencium pipinya
Gina tampak bertambah gemuk.
"Papa, maafkan aku, aku tidak bisa memberitahumu sebelum aku pergi ..."
"Kamu tinggal dimana? Kemana Saja Kamu? Apakah yang dikatakan Rindu dan Melissa tentangmu itu benar? Dia bertanya,
Papanya benar-benar kehilangan banyak berat badan akhir-akhir ini. Dia tidak terlihat seperti dirinya lagi.
"Papa, maafkan aku, aku tidak tahu bagaimana mengatakan ini padamu ..."
"Katakan! apa? Gigi, kamu bisa bicara denganku, Papa ada di sini." Dia memberitahu gadis itu. Lely hanya berdiri dan melihat, tidak ada yang bisa dia lakukan sekarang.
"Papa, aku sekarang se ... Ha ... Mil, Dia mengucapkan kata terakhirnya perlahan tapi Tony menangkapnya dan yang terjadi selanjutnya adalah tamparan keras di wajah Gianna, gadis itu terhuyung.
Lely mencoba membantunya tetapi dia memberi isyarat agar wanita itu mundur.
"Apa ini yang aku ajarkan padamu? Bagaimana kamu bisa melakukan ini pada Papa?" Tony sangat marah sehingga dia berteriak padanya untuk pertama kalinya dalam hidupnya.
"Aku tidak pernah menerima ini darimu." Tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan, dia berjalan keluar dari restoran.
Untungnya, mereka tidak memiliki jejak di sana, Lely telah menggunakan nama samaran untuk reservasi meski ia memberikan kontak asli.
Gina bersedih dan mulai menangis, Lely bergegas menghampirinya untuk menghibur gadis itu.
"Dia membenciku sekarang, dia satu-satunya keluarga yang tersisa dan sekarang dia membenciku." Lely tidak bisa berbuat apa-apa selain menghibur gadis itu.
“Dia tidak membencimu, dia hanya marah padamu untuk saat ini, dia akan memaafkanmu seiring waktu berlalu." Lely berkata menghibur gadis itu sementara hatinya menangis untuknya
Menurut Lely, Tony mencarinya setelah seminggu, dia menelepon Lely dan bertanya apakah dia bisa bertemu putrinya, jadi Lely memberinya lokasi Villa dan Tony datang ke sana. Gina ada di bawah ketika Tony datang, "Papa!" Dia berdiri dan bergegas ke arahnya, Tony merentangkan tangannya untuk memeluk hangat putrinya, "Papa, aku minta maaf untuk ..." "Ssst, ini salahku. Aku gagal menghargai putri baikku dan lebih mementingkan diri sendiri." Dia berkata, "Papa sangat menyesal, apa Gigi mau memaafkan Papa?" Dia bertanya membuat ekspresi lucu di wajahnya membujuk Gina. &
Seorang anak laki-laki berusia sekitar delapan, sembilan tahun sedang menatap sebuah mobil remot kontrol mahal di sebuah mal ketika seorang penjaga toko berjalan ke arahnya, "Hei kamu! Untuk apa kamu melihat itu?" Dia berteriak pada bocah itu dengan kasar, bocah itu menoleh ke pemuda yang sedang berbicara dengannya dan dia menghela nafas, lalu kembali ke mobil mainan mahal yang dia kagumi. Bocah nakal ini tidak tahu siapa aku, “Hei anak nakal, aku sedang berbicara denganmu tapi kamu ..." Dia bergegas akan memukul anak itu tetapi ibu anak itu keluar. "Rain!" Dia memanggil, wajah serius bocah itu berubah menjadi senyum yang mempesona.
Justin berjalan ke mansion dengan wajah dingin, Jenni dan Henry sedang duduk di gazebo ketika dia berjalan melewati mereka tanpa menunjukkan rasa hormat kepada yang lebih tua, "Justin! Kembali ke sini." Henry berseru, Henry sudah semakin menua beberapa tahun tetapi aura dingin dan keganasannya masih tetap sama seperti saat muda, dia masih yang paling kejam di keluarga Addington sejauh ini, Anak laki-laki itu berjalan ke arah mereka, "Kakek, Mami selamat siang." Dia menyapa, tidak menunggu jawaban mereka, dia berbalik dan pergi. "Dia pasti dalam suasana hati yang buruk, kakek, jangan memarahinya." Jenni berkata
Melihat Melissa menampar putranya membuat Gina marah, dia memukul punggungnya Melissa, "Jangan pernah meletakkan tangan kotormu pada putraku lagi." Gina meraung dan menampar pipi Melissa sekali lagi. Dan untuk pertama kalinya, Melissa dan Rindu menjadi sangat takut padanya. Keganasan dan kemarahan di mana tamparan itu mendarat membuat bibir Melissa berdarah, Rindu melihat ini menjadi sangat takut, "Ibu baik-baik saja, jangan bertengkar dengan bibi." Rain berkata tetapi dari arah yang telah terlihat Ibunya, Raun menjulurkan lidahnya dengan ekspresi mengejek ke arah Melissa yang berdiri seperti akan menangis. Tony yang berdiri di samping tidak melakukan apa-apa selain berjalan ke Gina untuk menenangkannya.
Gina mengeluarkan kartu ATM dari tasnya dengan tangan gemetar, pergi ke luar, preman itu masih menunggunya. Dia pergi ke bank terdekat dan menarik jutaan uang yang dia miliki di sana, Memberikannya kepada mereka, mereka menghitungnya dengan tatapan tajam, merasa cukup, mereka melangkah pergi tanpa berbuat onar. Kembali ke perusahaan, manajer memanggil Gina dan memecatnya karena 'membawa masalah dan kerugian besar bagi perusahaan.' Sementara dengan preman-preman itu sebelumnya dia tidak terlalu takut tetapi sekarang dengan kesadaran bahwa dia akan kehilangan pekerjaannya, ketakutan mencengkeramnya dan matanya memerah.
Hanya dengan memutar ulang ingatannya, Willy bisa dengan jelas mengingat malam yang dia habiskan bersama gadis muda yang ditutup matanya dengan tak berdaya itu. Seketika Willy mengambil kendali darinya karena merasa ingin melakukannya lagi. Dia gadis yang lembut, seperti gelembung yang akan meletus hanya dengan satu sentuhan, tetapi, didepan Willy, ia baru saja menunjukkan sisi pemberaninya, dengan tegas melindungi harga dirinya. Gadis seperti dialah yang membuat seorang pria ingin melindungi dan merawat mereka dan itulah yang baru saja Gina lakukan pada Willy. Membuat Willy ingin melindunginya. Gadis lembut itu baru saja memicu keinginan yang dia tekan jauh di dalam dirinya untuk wak
Arman mendapatkan informasi yang diinginkan Willy tentang wanita itu, menyimpan dokumennya di meja Bosnya, dia berbalik untuk pergi tetapi Jenni masuk, "Di mana Willy?" Dia bertanya dengan angkuh. "Tidak ada, Tuan pergi untuk beberapa pertemuan dengan ...." Arman berkata, Jenni tidak peduli. Di manapun Willy itu bukan masalah baginya. Ketika dia akan pergi, matanya menangkap dokumen di atas meja, dia melangkah maju untuk melihatnya. Arman tidak bisa menghentikannya, dia hanya seorang manajer dan Jenni adalah tunangan bosnya. Arman menelan ludah memikirkan bagaimana Jenni akan bereaksi ketika dia mengetahui Bos sedang mencari tahu tentan
Saat Dean dan Gina keluar dari lift, orang-orang langsung menoleh ke arah mereka, "Wow, itu Dean Wilson?" "Siapa gadis di sampingnya?" "Astaga, dia sangat tampan, jika dia berbicara kepadaku, aku akan terbang." "Apakah dia pacarnya? Dia merangkulnya dengan sangat protektif.” "Tidak, kurasa tidak, dia tidak punya pacar." "Aku mencintaimu Dean!" "Dean!" "Dean! Kami me
“Selamat siang,benar ini orangtua dari Rain Wijaya? Tanya suara perempuan dari seberang ponsel itu.“Iya, saya Ibunya. Ada apa ya?”“Maaf Ibu, kami dari pihak sekolah ingin memberitahukan kalau anak Ibu yang bernama Rain saat ini sedang dilarikan ke rumah sakit karena kecelakaan.”Gina tersentak, “Apa? Bagaimana keadaan anak saya sekarang, Bu?”“Lebih baik anda segera ke rumah sakit saja, karena Rain terluka dan sepertinya membutuhkan donor darah.” Tanpa pikir panjang, Gina melompat dari bak mandi dan segera memakai handuk kimononya.Willy bingung ada apa dengan Gina, dia bertanya padanya dan Gina menjawab dengan isak tangis sambil terburu-buru menjelaskan.“Rain kecelakaan dan dia butuh donor darah.”Willy ikut tersentak mendengarnya lalu berkata, “Kita ke rumah sakit sekarang,” sambil melompat dari bak mandi dan segera berganti pakaian.Belum tahu keadaan Rain seperti apa, di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit yang kira-kira mereka tempuh selama sekitar dua puluh menit, Gina t
***Malam itu saat Gina mengepak buku-buku Rain, sebuah surat terjatuh dari tangannya.Awalnya, dia mengira itu adalah surat cinta yang sering didapat Rain dari penggemarnya dan Gina ingin membuangnya, tapi setelah dipikir-pikir, Gina memutuskan untuk melihat lebih dulu apa isi surat tersebut.Ternyata itu bukan surat cinta, melainkan surat pemberitahuan untuk rapat orangtua di sekolah Rain.Gina Heran, kenapa anaknya tidak memberikan surat ini padanya?Gina segera mengambil ponselnya dan menelpon guru Rain.“Halo, ini saya Ibu dari Rain Wijaya.” Gina memperkenalkan diri.“Oh, Ibunya Rain, ada yang bisa saya bantu?” Tanya guru itu.“Begini, saya baru saja menemukan surat undangan rapat di antara buku-buku Rain, sepertinya rapat itu sudah terlewatkan karena Rain tidak memberitahu saya. Kalau boleh saya tahu, isi rapat tersebut apa perihal apa ya Bu?”“Hmm… Jadi begini, Bu. Rapat itu untuk memberitahukan pada wali murid bahwa siswa kelas satu akan ada kegiatan study outdoor di akhir pek
"Ayah jangan lakukan itu." Gina mencoba membujuknya agar Toni mengurungkan niatnya untuk menceraikan istrinya tetapi pikirannya tetap pada pendiriannya."Tidak nak, aku harus melakukan ini. Aku bosan dengan gubuk yang disebut pernikahan itu." Toni meratap.Gina mengerti, bukan tugas yang mudah memiliki Rindu dan Melissa sebagai keluarga.Toni menarik napas dalam-dalam, “Inilah yang seharusnya yang kulakukan sejak dulu.”"Tapi Ayah, Ayah tahu ibu pasti akan menggunakan cara apapun untuk mendapatkan rumah dan semua properti lain yang kalian miliki, bagaimana Ayah akan mengatasi itu semua?" Gina bertanya,"Jangan khawatir, aku sud
"Apa yang baru saja Anda katakan?" Anak itu bertanya lagi. Leonardo merasa kesal, mengapa seorang anak kecil mengganggunya, "Hei anak kecil, apa yang kamu lakukan di sini?" Dia bertanya tetapi punggungnya tidak mundur. Dia berjalan di depan pria dengan tangan bertolak pinggang, menatapnya tajam, "Apa yang kamu katakan, apa yang dia lakukan pada Mamaku?" Dia bertanya lagi. Semua orang disana kecuali Agen Harun terkejut mendengar kata-kata berani anak itu, “Rain, ini bukan …” Tatapannya membuat Rindu terdiam, dia belum pernah melihat anak itu begitu marah seperti ini sebelumnya. "Berapa dia berhutang padamu?" Rain bertanya pada pria itu.
Willy mengantar Gina ke kamar kecil, Willy tidak ingin Gina terlihat menangis di hadapan putranya.Itu sebabnya Willy membawanya ke kamar kecil, jadi dia bisa menenangkan dirinya sendiri.“Apa kamu sudah baik-baik saja sekarang?” Willy bertanya dengan penuh perhatian,Gina menyeka air matanya dan mengangguk, "Sudah ... terima kasih telah membelaku tadu." Gina basa basi.Jadi dia bisa mengucapkan kata terima kasih? Batin Willy mencemooh.Willy kembali tersenyum padanya, "Sekarang ayo kita cari Rain, dia pasti menunggumu." Pria itu meraih tangannya dan mereka meninggalkan kamar kecil.
Selama dua hari berikutnya, Willy masih juga menolak membiarkan Gina pulang.Gina sudah sangat lelah dan kesal.Sebenarnya tidak ada yang Gina lakukan disana selain melayani Willy yang memaksakan diri padanya ketika Willy sedang dalam gairah tinggi dan itu hampir setiap saat.Meskipun Gina selalu menggerutu padanya, karena setelah Willy puas, Dia tidak melakukan apa-apa selain langsung kembali tidur sementara Pria yang selalu penuh vitalitas itu melanjutkan pekerjaannya di kantor.Willy memberinya ponsel lain ketika Dia kembali dari kantor malam itu. Orang pertama yang dia hubungi adalah putranya."Halo Mama!” Anak laki-
Gina tidak berhenti menangis dan mengutuk.Willy hanya memperhatikannya, sedikit geli melihat caranya menangis, Dia menangis seperti balita yang kehilangan mainan favoritnya.Ketika tangisannya semakin intens dan matanya semakin merah, Willy berdiri dan berjalan ke tempat Gina berdiri, "Berhenti menangis." Willy berkata, tapi Gina tidak berhenti."Kenapa aku harus berhenti menangis? Ketika Kamu memperlakukanku seperti pion-mu, Aku juga punya perasaan Willy, aku punya emosi, Aku manusia sama sepertimu. Kenapa Kamu memperlakukanku seperti barang, sebuah barang yang dapat Kamu gunakan saat Kamu menginginkannya dan meninggalkannya saat Kamu sudah tidak menginginkannya. Perlakukan Aku dengan hormat, Aku bukan Barang William Addington! Aku manusia yang punya peras
Menjelang akhir pesta, situasi semakin panas, Sutradara baru saja keluar mencari gadis-gadis muda untuk dibawa pulang bersama mereka dan menghabiskan malam yang tersisa.Predator, mengintai di sudut mencari mangsa yang tidak bersalah untuk dimakan.Dean tahu kebiasaan orang-orang ini, jadi Dia memutuskan untuk menjaga Gina lebih dekat, Dia tidak ingin membiarkannya jauh dari pandangannya sedikitpun.Ini adalah bagian malam yang paling licik dan dia tidak akan membiarkan Gina terseret ke dalam jaring pemangsa ini.Gina sedang duduk sendirian sementara Dean menyapa beberapa tamu tetapi dia tidak pergi jauh, Dean sudah meminta Gina untuk mendekat tetapi Dia menolak, Gina ingin duduk setelah bany
Willy telah memesan IMPERIAL JEWEL untuk Gina."Nona Regina, bisa tolong turun dari tempat tidur, jadi saya bisa mendandani Anda untuk pesta." Eric berkata padanya.Dia turun dari tempat tidur dan pergi untuk duduk di depan cermin rias.Eric memegang gaun merah dan membawanya padanya. Dia sangat terkejut ketika dia melihat gaunnya, "Bukankah ini gaun dari ESPRITE?" Dia bertanya pada Eruc, pria itu mengangguk."Nina, presidir meminta Anda untuk mengenakan gaun ini." Eric segera berkata melihat ekspresi terkejutnya.