"Udah ganteng, udah rapi. Tinggal jalan," ujar Gilang.
Jika Gerry kini sedang menikmati kebersamaannya dengan Gita, berbeda dengan Gilang yang pagi ini bersiap untuk pergi ke gedung di mana nantinya akan dijadikan perusahaan milik nawaf yang berdiri di ibu kota.Nawaf sudah berencana akan memindahkan perusahaan yang ada di negeri ginseng ke ibu kota, selain itu dia juga ingin mengurus perpindahan kewarganegaraannya menjadi WNI.Tentu saja hal itu dia lakukan agar dirinya bisa tinggal di negara yang sama bersama dengan anak dan juga istrinya, terlebih lagi setelah dia tahu jika Gerry sudah menikah, dia sangat yakin jika sebentar lagi akan segera memiliki cucu.Apalagi saat melihat tingkah Gerry yang tidak sabaran sama seperti dirinya, Nawaf yakin jika Gerry pasti bisa segera memiliki momongan."Bismillahirrahmanirrahim, semoga aja bapaknya Gerry beneran nerima gue kerja. Gue pengen jadi orang sukses, gue pengen buktiin kepada orang-orang yPerlahan-lahan Gilang masuk ke dalam ruangan private yang sudah dipesan oleh pria yang mereka incar, Gilang berjalan dengan jantung berdebar saat masuk ke dalam ruangan tersebut.Lalu, dia mencari tempat yang strategis untuk memasang sebuah alat yang diberikan oleh Nawaf. Benda yang begitu kecil dan sulit untuk dilihat, benda yang harus dipasang dengan hati-hati agar tidak ketahuan.Gilang menempelkan benda yang lebih mirip kancing kemeja tersebut di pojok ruangan dekat pas bunga, karena menurutnya tempat itu adalah tempat yang paling pas."Semoga saja tidak ketahuan, semoga saja rencana ini akan berhasil." Gilang mengelus dadanya dengan lega karena alat itu kini sudah terpasang dengan rapi.Saat Gilang hendak keluar dari ruangan itu, seorang pria tua bersama dengan asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan tersebut.Dia begitu kaget melihat keberadaan Gilang di sana, begitupun dengan Gilang yang nampak kaget saat tatapan matanya bertemu dengan pria tua itu.Walaupun dia sudah seperti
Nawaf tersenyum puas melihat penangkapan James, pria itu sedang melakukan transaksi penjualan data perusahaan lain yang sudah dia curi. Beruntung tadi malam dia sudah mencari tahu tentang apa yang akan dilakukan oleh pria itu hari ini.Dengan seperti itu Nawaf bisa lebih mudah melakukan penangkapan James, tentunya ini merupakan kerjasama yang baik antara dirinya, Gilang dan juga Intel yang sudah dia hubungi.James sempat berusaha untuk memberontak, pria tua itu sempat ingin memukuli Intel yang menodongkan pistol ke arahnya dengan tongkat miliknya.Sayangnya, kedua perempuan cantik itu memang benar-benar terlatih. Tentu saja hal itu membuat mereka dengan mudah bisa membekuk James dengan tongkatnya sendiri."Alhamdulillah!" ucap Nawaf.Lega sekali rasanya melihat pria yang sudah memisahkan dirinya bersama dengan sang istri dan putranya selama sepuluh tahun itu digiring ke kantor polisi, pria tua yang masih aktif melakukan kejahatan walaupun usianya sudah sangat tua."Terima kasih sudah
Gilang merasa jika kakinya kini begitu berat untuk melangkah, bahkan hatinya terasa sakit ketika dia melihat Gina kini sedang duduk berdua dengan Jodi.Dulu dirinya selalu duduk berduaan dan berdempet-dempetan seperti itu dengan Gina, bahkan bukan hanya sekedar saling menyentuh dan juga menempel. Akan tetapi, mereka akan berpeluh bersama di atas tempat tidur dan juga melenguh.Bahkan, tidak jarang Gilang mencari gaya-gaya baru untuk bisa berenang di atas tempat tidur bersama dengan Gina. Selalu saja ada alat yang akan mereka gunakan untuk tempat bercinta yang baru.Dia selalu puas akan hal itu, bahkan dia lebih puas lagi ketika melihat raut kepuasan dari wajah Gilang. Masa indah penuh dosa yang harus Gilang segera lupakan.Kini, wanita itu terlihat begitu bahagia dan sedang makan saling menyuapi. Akan tetapi, perutnya yang keroncongan membuat dia tidak bisa mengubah alur lagu hidupnya menjadi dangdut atau rok. Apalagi menjadi lagu galau."Kenapa elu tega banget, Gin," ujar Gilang lir
Gerry merasa jika kehidupannya semakin sempurna, dia mempunyai istri yang cantik dan sebentar lagi akan memberikan dia keturunan.Dia juga kini bisa merasakan kembali kasih sayang seorang ayah, pria yang sudah meninggalkan dirinya selama sepuluh tahun.Ayahnya yang ternyata adalah atasan dari dirinya sendiri, pemilik perusahaan tempat di mana dia bekerja. Itu artinya dia bukan orang miskin lagi, dia bukan pria yang merasa terhina dengan keadaannya yang tidak berada.Satu hal yang membuat dia merasa lebih bahagia, Gerry bisa melihat kebahagiaan yang luar biasa di wajah ibunya. Dulu mak Odah jarang sekali tertawa dengan sangat ceria, bahkan untuk tersenyum saja dia seakan enggan. Namun, kini di wajahnya selalu saja terlihat binar kebahagiaan."Gerry! Alhamdulillah untuk urusan kantor sudah beres, ada Jafar dan juga Gilang yang bantu secara langsung. Kalau kamu tidak mau turun secara langsung ke kantor nggak apa-apa, Bapak ngerti. Tapi pas nanti kamu harus dateng untuk acara peresmian, b
Gilang sempat memerhatikan wajah Jelita, wanita itu nampak melahap roti yang diberikan oleh Gendis, tetapi wajahnya terlihat begitu sendu.Sepertinya Gilang tahu apa sebabnya, Jelita sama seperti dirinya yang sama-sama patah hati. Bedanya Gilang ditinggalkan menikah oleh sang kekasih, karena keadaan ekonominya yang sulit.Lalu, Jelita adalah wanita yang ternyata menyukai Gerry, pria yang sudah beristri. Sulit sekali untuk digapai, terlebih lagi Gerry begitu mencintai istrinya."Selepas kuliah gue kerja paruh waktu, jadinya nggak bisa makan bakso bareng elu. Tapi, kalau nanti malem sepulang kerja gue bisa," jawab Gilang setelah sekian lama dia memerhatikan wajah Jelita."Memangnya jam berapa elu pulang gawe?" tanya Jelita."Jam delapan malem, mau mau pergi jam segitu?" jawab Gilang disertai pertanyaan.Jelita sempat terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Gilang, tetapi tidak lama kemudian Jelita menganggukkan kepalanya.Dia adalah anak remaja yang selalu kesepian, kedua orang tuanya
Tidak jauh dari sana ternyata ada Jodi dan juga Gina, mereka baru saja selesai makan bakso beranak yang memang sedang viral di kawasan tersebut.Gina yang mempunyai suami berduit tentunya tidak mau menyia-nyiakan hal itu, dia sering mengajak Jodi untuk pergi jalan-jalan dan menikmati kulineran."Aduh, Yang. Pedes banget, aku ke toilet dulu," ujar Jodi seraya menyeka keringat di dahinya."Hem! Jangan lama-lama," ucap Gina.Jodi terlihat melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, sedangkan Gina nampak mengedarkan pandangannya. Matanya terlihat menangkap sosok mantan kekasihnya yang sedang asyik makan bakso bersama dengan Jelita.Sesekali terlihat ada tawa dari bibir keduanya, entah apa yang mereka bicarakan Gina tidak paham. Namun, mereka terlihat sedang bercengkrama.Cemburu?Tentu saja rasa itu tiba-tiba terlintas di dalam hatinya, padahal dia sendiri yang sudah memutuskan hubungan dengan pria itu.Namun, tetap saja dia merasa kesal saat melihat Gilang bisa berduaan dengan wanita lain.
Selama perjalanan dari kedai bakso menuju rumah Jelita, Gilang merasakan tubuhnya panas dingin. Dia tiba-tiba saja merasa tidak sehat, seperti sedang meriang dan masuk angin.Bahkan, dia mengendarai motor maticnya dengan begitu perlahan. Sesekali dia bahkan akan menahan napasnya karena merasakan sesuatu hal yang berbeda, entah apa Gilang tidak paham.Padahal, Jelita memeluk tubuh pria itu tidak terlalu kencang. Hanya saja memang wanita itu menyandarkan kepalanya di pundak Gilang, Jelita terlihat begitu intim sekali.Ketika dia menghembuskan napasnya, tentu saja rasa hangat dari hembusan napas Jelita secara langsung terkena leher Gilang. Hal itu benar-benar membuat otak minimalis Gilang berkeliaran ke mana-mana."Ya Tuhan! Ini berkah apa ujian?" tanya Gilang dalam hati yang terus saja berdebar dengan begitu kencang.Karena Jelita merasa jika Gilang mengendarai motornya begitu lelet, akhirnya gadis itu pun melayangkan protesnya."Lang, kenapa bawa motornya pelan banget? Kita kapan sampa
Miliknya kini memang sudah tertidur kembali dengan pulas, tetapi tetap saja dia merasa malu ketika mengingat kejadian yang baru saja dia lewati.Pertama dia kesal karena bertemu dengan Gina dan wanita itu mengatakan hal yang tidak sepatutnya, yang kedua dia kesal karena miliknya tidak bisa dikondisikan.Tentunya yang ketiga dia merasa malu dan kesal terhadap dirinya sendiri, karena ternyata pikirannya tidak jauh-jauh dari selangkangan."Ya ampun, Lang. Sadar, Lang. Sadar, elu harus fokus sama kuliah. Elu harus fokus dalam bekerja, hidup elu harus mapan dulu. Nanti bakalan banyak cewek yang ngantri dan memperebutkan elu!" ucap Gilang sambil menyentil miliknya dengan hati-hati.Dia benar-benar merasa kesal terhadap dirinya sendiri, karena ternyata imannya yang setipis tisu itu membuat dirinya terus saja berpikiran yang aneh-aneh ketika dirinya berada di dekat Jelita."Heh! Mending gue mandi, gue harus guyur ini kepala biar nggak mikirin hal yang aneh-aneh." Gilang langsung membuka pakai