Makan malam pun tiba, semua makanan yang menggugah selera telah tertata rapi di atas meja. Nayyara menyusun beberapa piring dan juga sendok di masing-masing tempat, untuk memudahkan. Dan yang pastinya di bantu Alzena dan juga seorang pekerja wanita yang memang di pekerjakan di rumah itu.Alzena selalu antusias jika Nayyara sudah ikut andil dalam hal masak-memasak. Baginya masakan Nayyara tidak ada yang pernah mengecewakan, ia bahkan heran dengan keahlian sahabatnya itu. Selain pandai dalam membuat beberapa jenis kue yang tak kalah enaknya, Nayyara juga sangat unggul dalam hal memasakGadis itu sepertinya memang sangat cocok menjadi menantu di rumah mewah itu. Selain memiliki hobi yang sama dengan Umi, Alzena juga bahagia sebab, jika Nayyara benar-benar menikah dengan Yazdan, maka uminya itu akan berhenti untuk memintanya belajar memasak. Karena pastinya umi akan lebih senang di temani oleh Nayyara dari pada dirinya."MasyaAllah, memang begini rasanya memiliki anak perempuan yang panda
Yazdan sudah sampai di kantor sejak pagi buta. Bukan tanpa alasan ia pergi di waktu yang tidak biasanya, hanya saja ia ingin menghindari Fahira yang selalu saja mencari kesempatan untuk bisa dekat dengannya. Bahkan yang lebih membuatnya tidak nyaman, gadis itu dengan beraninya memasuki kamar Yazdan saat ia masih tengah tertidur.Yazdan bukan tidak tahu jika Fahira menyukainya, ia juga tahu maksud dari kedatangan Fahira beserta kedua orangtuanya. Yazdan mengetahui jika kedua orang tua Fahira berniat untuk menjodohkan mereka berdua, hanya saja seperti yang di ketahui, Yazdan sudah terpikat pada gadis lain. Bahkan, Yazdan berniat ingin melamar Nayyara segera. Tapi ia juga tidak tahu apakah Nayyara akan bersedia dengan keputusannya yang terlihat terburu-buru, Yazdan ingin segera meminang gadis pujaannya itu. Yazdan tidak ingin menunda sesuatu yang hal yang baik, apalagi jika itu untuk menyempurnakan separuh Agamanya."Pagi-pagi dah kusut aja tuh muka, kali ini apa lagi," Arga seakan tahu
Sebenarnya, Yazdan sudah berada di sana sedari tadi. Hanya saja ia memilih diam mendengarkan apa-apa saja yang akan di katakan oleh Fahira pada Nayyara. Yazdan begitu terkejut saat mendengar Fahira mengatakan hubungan mereka sudah sejauh itu, sejauh yang mungkin orang dewasa akan memahaminya.Yazdan bisa melihat raut wajah Nayyara yang berubah sendu, kata-kata yang Fahira lontarkan sudah sangat keterlaluan. Ia tidak tahu, jika selama ini gadis yang terlihat baik itu memiliki lidah yang tajam, sehingga mampu melukai perasaan orang lain dengan segala ucapannya."Ya .... Yazdan, sejak kapan kamu disitu?" Fahira bangkit dari duduknya berniat mendekati Yazdan, namun dengan cepat Yazdan mengangkat tangannya meminta Fahira berhenti di tempatnyaTatapan mata Yazdan tidak lagi menunjukkan persahabatan, ia sangat tidak suka melihat orang yang suka merendahkan orang lain. Apalagi itu adalah orang yang ia sayangi."Sepertinya aku harus kembali bekerja, silahkan berbicara berdua," ucap Nayyara men
Zio memarkirkan motornya di depan toko milik Nayyara, sejenak ia mengatur nafasnya untuk bertemu gadis pujaannya itu. Setelah pertemuan di rumah Yazdan kemarin, dimana Nayyara menunjukkan sikap biasa saja padanya, tidak lagi menunjukkan ekspresi datar. Zio kembali ingin menemui Nayyara serta meminta maaf kembali, ia berharap Nayyara bisa bersikap seperti biasa, menerimanya dengan baik.Kebetulan sekali saat itu, waktu Nayyara sedang senggang. Bahkan ia sedang duduk bersama Salwa, seperti sedang membicarakan sesuatu."Selamat siang Nayyara," ucap Zio yang sudah berada di depan kedua wanita ituNayyara dan juga Salwa berpandangan sebentar, sebelum mereka menjawab sapaannya. Ralat mereka, sebenarnya disini hanya Nayyara sendiri yang menyahut, sedangkan gadis yang di sebelahnya itu hanya menunjukkan wajah ketidak sukanya."Siang, mau pesan sesuatu? Bentar, aku panggil–" ucapan Nayyara terpotong saat Zio sudah lebih dulu menahannya"Tidak, nanti saja, aku boleh bergabung?" Tanya Zio, sebel
Wajah Umi Syafanah dan juga Alzena malam itu tampak berseri-seri, tepat seminggu setelah perjumpaan mereka dengan Nayyara di toko. Kini mereka meminta Nayyara untuk hadir di acara makan malam spesial yang mereka adakan, Alzena mengatur makan malamnya di sebuah restoran yang cukup terkenal di kota Jakarta.Mereka sengaja mengambil tempat outdoor untuk makan malam spesial ini, langit-langit malam seakan ikut merasakan kebahagiaan di antara orang-orang yang ikut hadir dalam acara itu. Bintang-bintang menghiasi langit, cuacanya juga cukup mendukung untuk acara yang mereka adakan.Nayyara baru saja sampai menggunakan taksi yang di sediakan Alzena, bahkan semuanya di persiapkan gadis itu dengan begitu sempurna. Hingga dress yang Nayyara kenakan juga semuanya Alzena yang menyediakan, Nayyara sempat bertanya perihal acara yang membuat sahabatnya itu begitu antusias. Namun lagi-lagi Alzena mengatakan akan mengetahuinya sendiri nantinya."Assalamualaikum," ucap Nayyara memasuki ruangan yang di
Seminggu setelah acara makan malam spesial itu, Umi, Alzena Nayyara dan juga Yazdan kini sedang duduk di ruang tamu. Membicarakan acara pernikahan yang akan di selenggarakan secepatnya, apalagi mengingat Yazdan yang akan sangat sibuk untuk beberapa bulan kedepan karena akan segera meluncurkan proyek baru dan akan terbang ke Cairo untuk urusan bisnis kerjasama antar perusahaan.Yazdan tidak ingin menunda sesuatu hal yang baik, setidaknya saat ia berangkat nanti. Akan ada alasan untuk ia cepat kembali, sebab ada seorang istri yang sedang menantikan kepulangannya."Apa itu tidak terlalu cepat Umi? Nayyara masih harus mempersiapkan semuanya. Umi juga pasti tahu, kalau Nayyara tidak memiliki siapa-siapa untuk membantu dalam proses pernikahan nanti," ucap Nayyara sendu, saat-saat seperti ini, ia sangat menginginkan ada keluarga yang berada di dekatnyaNamun, seperti kelihatannya, Nayyara hanya hidup sendiri dalam setahun terakhir ini. Kalaupun ia memberi kabar pada kedua orangtuanya, ia sud
"Aaaaa .... Sialan! Aku tidak akan membiarkan wanita rendahan itu merebut Yazdan dariku," Fahira melampiaskan semua kemarahannya pada benda-benda yang ada di atas meja hias kamarnya"Nikmatilah sisa hidupmu yang tinggal sebentar lagi, aku akan membuatmu bertemu dengan ajalmu. Tanpa harus membuatmu kesakitan dalam waktu yang lama," seringai Fahira, memandang dirinya dari pantulan kaca. Saat ini ia benar-benar sudah seperti seseorang yang kehilangan akal sehatnyaBagaimana tidak, Fahira sudah lama memendam rasa sukanya pada Yazdan. Bahkan ia menolak semua lamaran laki-laki yang datang untuk berniat menjadikannya seorang istri, bahkan ada beberapa kalangan pria yang mungkin jauh di atas Yazdan. Namun hatinya sudah terpikat pada sosok laki-laki yang menjunjung tinggi martabat seorang wanita tersebut.Yazdan begitu berbeda, pembawaannya yang dewasa serta tak banyak bicara itu mampu membuat sebagian kaum hawa memimpikan bersanding dengannya. Tidak terkecuali Fahira, ia mengorbankan segala
Mendung menggelayut, gerimis perlahan turun, titik-titik hujan membasahi petala bumi. Gerimis itu terus saja turun seiring suara lantang laki-laki menyebut namanya, pagi ini akad nikah di adakan secara sederhana di rumah Yazdan. Bahkan semuanya di adakan dengan begitu tiba-tiba, Nayyara sendiri juga tidak tahu apa penyebabnya, Alzena hanya mengatakan padanya bahwa alasan Abang laki-lakinya itu mempercepat karena ingin menghindari sesuatu yang mungkin bisa saja terjadi.Nayyara menghela nafas dalam-dalam, seharusnya ia merasa senang dan juga bahagia. Tapi entah kenapa ia merasa seperti ada kesedihan yang menyesak di dadanya, sehingga rasa bahagia tidak bisa ia rasakan seutuhnya."Sah!""Sah!" Mendengar suara sah yang menggema di lantai bawah, mampu di dengar oleh Nayyara yang berada di lantai atas. Detik itu juga air matanya mengalir begitu saja, ada bahagia, sedih yang menggelayut di hatinya, Nayyara mengangkat kedua tangannya mengamini setiap doa yang di panjatkan oleh penghulu sert
Sebulan telah berlalu, selama itu juga Nayyara dan juga Yazdan tidak pernah bertukar kabar, Yazdan selalu mempertanyakan keadaan istrinya pada Alzena adiknya. Begitu pula dengan Nayyara, ia tahu alasan Yazdan tidak menghubunginya itu sebabnya ia juga melakukan hal yang sama seperti Yazdan. Mereka berdua bertukar kabar melalui Alzena, meskipun sesekali gadis itu mendengus kesal pada keduanya.Namun mengingat Yazdan yang berjanji akan menambahkan uang jajannya selama membantu dirinya. Maka, meskipun di landa sedikit kesal, ia tetap menjalankan apa yang diperintahkan oleh kedua manusia yang di sayangi nya itu.Bagi Yazdan waktu satu bulan yang ia habiskan di negeri orang sangat menguras tenaga serta rindunya. Ia merindukan istri beserta keluarganya, Yazdan dengan semangat menyusun segala barang-barang miliknya tanpa tertinggal.Akhirnya setelah berjuang selama satu bulan ini, ia berhasil merampungkan bisnisnya dengan nyaris sempurna. Dan tentunya semua itu berkat kerja keras, usaha serta
Yazdan masih terduduk di salah satu meja yang berada di sana, entah dimana Fahira pergi. Namun laki-laki itu tidak terlalu memperdulikan nya sebab ia tahu jika Fahira pasti bisa menjaga dirinya.Sesaat kemudian, Yazdan merasakan hawa aneh di tubuhnya. Tiba-tiba saja hawa panas menggerayangi tubuhnya, ia meraih gelas yang berisi air putih tersebut untuk ia minum kembali, seraya mencoba untuk menghilangkan dahaga yang membuat ia merasakan sesuatu sensasi yang aneh."Jangan di minum, nih, aku bawakan yang baru," ucap Arga menghentikan pergerakan Yazdan yang berniat kembali menyeruput air putih yang berisikan obat tersebut. Yazdan merasa terkejut sekaligus bingung, melihat Arga yang sudah di depan matanya, padahal ia pergi sendiri tanpa memberitahu asisten sekaligus sahabat tersebut."Kenapa kamu sangat ceroboh Yazdan? Andai saja aku tidak mengikuti kemana kamu pergi, mungkin saat ini kamu sudah melakukan sesuatu yang akan menghancurkan keluarga yang baru akan kamu bina bersama Nayyara. B
Yazdan tampak bersiap-siap. Ia merapikan setelan jas dan dasinya seorang diri. Dia memang memiliki asisten. Namun, kali ini ia tidak ingin merepotkan orang lain. Terlebih, Yazdan hanya suka jika dirinya dibantu oleh sang istri tercinta. Tadi, dia sudah melihat gambar sang istri yang tengah membuat sarapan. Sangat cantik. Sampai sekarang, Yazdan belum menghubungi Nayyara secara langsung. Ia mengetahui keadaan Nayyara dari sang adik tercinta. Adiknya kali benar-benar sangat membantu. Meski yang dilakukan Alzena tidak gratis, hal itu tidak menjadi masalah."Masya Allah, ternyata aku semakin tampan saja. Tidak malu-maluin bersanding dengan istriku yang cantik," ujar Yazdan mematut dirinya di depan cermin. Tak lama, Yazdan terkekeh geli. Sejak kapan dirinya menjadi sedikit narsis begini? Ah iya, semenjak menikah dengan seorang Nayyara lebih tepatnya. Sebenarnya, sifat narsis itu sudah ada. Namun, semakin terasah saja saat ini.Yazdan berpikir kalau lama-lama sifatnya mulai mirip dengan Alz
Baru lagi sehari tepatnya, Yazdan meninggalkan Nayyara seorang diri, namun gadis cantik tersebut sudah merasa rindu dengan keberadaan sang suami. Lihatlah, niat awal tidur setelah melaksanakan sholat isya, nyatanya tak begitu. Seorang Nayyara sama sekali tidak merasakan kantuk. Nayyara hanya duduk bersandar di tepi ranjang sambil memperhatikan isi kamarnya. Tepatnya, kamar baru dirinya. Kamar dimana dirinya tidak akan pernah lagi kesepian karena ada sosok Yazdan, suaminya.Suaminya yang insyaAllah akan menuntun ke jalan surga-Nya. Sayang, karena ada urusan pekerjaan yang memang mengharuskan sang suami pergi cukup jauh, membuat Nayyara ditinggal seorang diri.Lebih tepatnya, Nayyara sendirilah yang menolak untuk ikut. Padahal, Yazdan sudah membujuknya berulang kali. Sebenarnya, Nayyara ingin ikut. Namun, takut kalau dirinya akan menganggu."Sedang apa Abang Yazdan di sana ya?" lirih Nayyara. Netranya menatap lurus ke depan. Tepatnya ke sebuah foto pernikahan yang terpampang jelas. Sont
"Hmmm, dari subuh sampai matahari terbit Abang masih aja peluk aku kayak gini. Aku juga mau bangun, Bang. Mau nyuci," ucap Nayyara sedikit kesal."Memangnya kamu lebih mentingin cucian daripada Abang?" Yazdan justru mempererat pelukannya pada pinggang Nayya."Bukannya gitu, Bang. Kalau aku di kamar terus pasti Abang nggak berangkat-berangkat ke kantor," timpal sang istri."Tapi Abang pilih di kamar saja sama kamu, daripada harus ke kantor. Capek," balas Yazdan sesuai isi hati.Nayyara jadi tertawa kecil mendengarnya. Walaupun di luar matahari sudah mulai merangkak naik, tapi di dalam kamar mereka berdua masih terasa nyaman seperti malam hati, mengingat gorden jendela yang tebal sehingga tidak tembus cahaya. Akan tetapi—sedikit cahaya matahari bisa menembus celah-celah kamar.Umi dan Alzena bahkan sudah selesai menyiapkan sarapan dan beres-beres rumah. Namun, mereka berdua paham mengapa sampai pukul 07:15 pagi ini sepasang pengantin itu belum juga keluar kamar."Mau sarapan dulu aja, N
Mata Fahira terasa panas menahan bendungan air bening dan sesaknya dada melihat keromantisan Yazdan terhadap Nayyara. Jika saja sudah tidak memiliki kewarasan, wanita itu pasti akan menghabisi Nayyara sekarang. Akan tetapi Fahira tidak ingin membuat Yazdan membencinya karena lagi-lagi berulah.Sementara, sepasang pengantin baru di seberang sana masih saja mengumbar kemesraan. Yazdan terus merangkul sang istri di mana keduanya—sambil menikmati jagung bakar yang masih hangat.Fahira pun menelan kasar salivanya tatkala Yazdan menyuapi jagung bakar miliknya pada Nayyara. "Aaarrg! Aku tidak tahan melihatnya! Kenapa mereka tidak pulang saja?" gumam Fahira seraya menghentakkan kaki.Namun, bagaimanapun Fahira kesal, tidak akan berpengaruh terhadap mereka berdua. Kini Yazdan justru berdiri dan meninggalkan istrinya di bangku panjang itu. Kening Fahira mengernyit, pun kedua alisnya yang saling bertaut."Mau ke mana Yazdan?" tanyanya dalam hati.Seketika bola mata wanita itu membulat sempurna.
Sebulan telah berlalu, selama itu juga Nayyara dan juga Yazdan tidak pernah bertukar kabar, Yazdan selalu mempertanyakan keadaan istrinya pada Alzena adiknya. Begitu pula dengan Nayyara, ia tahu alasan Yazdan tidak menghubunginya itu sebabnya ia juga melakukan hal yang sama seperti Yazdan. Mereka berdua bertukar kabar melalui Alzena, meskipun sesekali gadis itu mendengus kesal pada keduanya.Namun mengingat Yazdan yang berjanji akan menambahkan uang jajannya selama membantu dirinya. Maka, meskipun di landa sedikit kesal, ia tetap menjalankan apa yang diperintahkan oleh kedua manusia yang di sayanginya itu.Bagi Yazdan waktu satu bulan yang ia habiskan di negeri orang sangat menguras tenaga serta rindunya. Ia merindukan istri beserta keluarganya, Yazdan dengan semangat menyusun segala barang-barang miliknya tanpa tertinggal.Akhirnya setelah berjuang selama satu bulan ini, ia berhasil merampungkan bisnisnya dengan nyaris sempurna. Dan tentunya semua itu berkat kerja keras, usaha serta
Suara adzan terdengar sayup-sayup di kamar yang malam itu di penuhi bahagia cinta. Yazdan terbangun lebih dulu, sebelum beranjak ia lebih dulu memandangi wajah Nayyara, istrinya, kekasih halalnya, cintanya serta bidadari surganya, Yazdan memandang lekat wajah cantik alami istrinya itu, ia membangunkan Nayyara dengan cara yang paling lembutYazdan mencium kedua kelopak mata Nayyara dengan cinta, ia ingin melaksanakan shalat subuh pertama berjamaah dengan istri cantiknya itu. Melihat Nayyara yang masih terlelap dengan wajah cantiknya membuat Yazdan ingin berlama-lama menikmatinya"Assalamualaikum sayangku," bisik Yazdan tepat di telinga NayyaraWanita itu menggeliat sebelum benar-benar membuka matanya, ia mengerjapkan mata mencoba mengumpulkan nyawa yang masih di awang-awang. Merasakan ada hembusan nafas yang begitu dekat mengenai pipinya, Nayyara menoleh, segera menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia malu Yazdan sudah lebih dulu bangun di bandingkan dirinya"Kenapa di tutupi waja
Mendung menggelayut, gerimis perlahan turun, titik-titik hujan membasahi petala bumi. Gerimis itu terus saja turun seiring suara lantang laki-laki menyebut namanya, pagi ini akad nikah di adakan secara sederhana di rumah Yazdan. Bahkan semuanya di adakan dengan begitu tiba-tiba, Nayyara sendiri juga tidak tahu apa penyebabnya, Alzena hanya mengatakan padanya bahwa alasan Abang laki-lakinya itu mempercepat karena ingin menghindari sesuatu yang mungkin bisa saja terjadi.Nayyara menghela nafas dalam-dalam, seharusnya ia merasa senang dan juga bahagia. Tapi entah kenapa ia merasa seperti ada kesedihan yang menyesak di dadanya, sehingga rasa bahagia tidak bisa ia rasakan seutuhnya."Sah!""Sah!" Mendengar suara sah yang menggema di lantai bawah, mampu di dengar oleh Nayyara yang berada di lantai atas. Detik itu juga air matanya mengalir begitu saja, ada bahagia, sedih yang menggelayut di hatinya, Nayyara mengangkat kedua tangannya mengamini setiap doa yang di panjatkan oleh penghulu sert