Nayyara duduk termenung di ruangan kecil miliknya. Sebuah foto dengan menampilkan senyum manis ketiga orang di dalamnya membuat Nayyara menatap sendu. Bagaimana tidak, kebahagiaan yang dirasakannya saat itu seakan tidak mau jauh darinya. Nayyara kecil sangat dicintai saat itu, bahkan tidak sekalipun ia mendengar suara bentakan yang ditujukan padanya. Nayyara mengingat semua kenangan manisnya kala itu yang kini hanya tinggal tangis berselimutkan tawa yang perih.
Pernah sekali Nayyara berdoa minta waktu untuk di kembalikan ke belakang, dia meminta supaya adiknya Rania tidak pernah ada di antara mereka. Namun, sesaat kemudian Nayyara menarik kembali doanya, biar bagaimanapun dirinya juga sangat menyayangi Rania, walaupun Rania selalu berbuat masalah kepadanya.“Ada masalah lagi di rumah?” tanya Salwa yang sudah mengerti dengan permasalahan hidup Nayyara.“Seperti biasa,” jawab Nayyara pelan seraya menyimpan kembali foto yang dia pegang itu kedalam dompet miliknya.Nayyara dan juga Salwa sudah bersahabat dari lama. Hal itu yang membuat mereka sedikit banyaknya mengetahui permasalahan yang dihadapi masing-masing. Salwa selalu ada untuknya begitu juga dengan kedua orang tua Salwa yang sudah menganggap Nayyara seperti anak sendiri.Selesai makan malam Rania dan juga kedua orang tuanya langsung ke kamar untuk bersiap-siap karena malam ini mereka akan menghadiri acara ulang tahun anak dari salah satu kolega bisnis Yacob yang tidak lain adalah sahabat lamanya sendiri, sedangkan Nayyara justru masih beres-beres dan membersihkan dapur bekas dia memasak untuk makan malam tadi, setelah semua dirasa sudah bersih, Nayyara segera ke kamarnya untuk bersiap juga dia tidak ingin tertinggal seperti sebelum-sebelumnya.Nayyara melihat ke arah Ayah dan juga Bundanya yang hanya sibuk menggandeng tangan Rania, sedangkan Nayyara berjalan di belakang mereka tanpa dihiraukan oleh ketiga orang itu. Malam ini penampilan Nayyara sangat cantik. Dia memakai dress berwarna hitam yang dia beli beberapa hari yang lalu. rRambut panjangnya dia gulung menampilkan leher jenjangnya dengan sempurna membuat siapapun yang melihatnya akan terpana.Sesampainya di gedung tempat acara berlangsung, mereka disambut oleh pemilik pesta tersebut dengan ramah.“Wah, ini dia tamu yang ditunggu-tunggu akhirnya menampakkan diri, terima kasih Bro sudah menyempatkan diri hadir di acara ini,” ucap Frans sumringah memeluk Yacob sebagai tanda sahabat yang sudah lama tidak bertemu.“Sama-sama,” jawab Yacob membalas pelukan Frans dengan tersenyum lebar. Untuk beberapa saat mereka berbincang setelah beberapa tahun tidak bertemu.“Ini Nayyara yang mana? Soalnya terakhir kali ketemu saat dia masih kecil. Mungkin saja sekarang wajahnya sudah berubah menjadi lebih cantik,” ujar Delia tersenyum melihat kedua putri Yacob bergantian.“Ini Rania putri saya, saat ini ia sedang kuliah kedokteran di salah satu kampus terkenal di kota ini,” ucap Fania tanpa menghiraukan pertanyaan Delia yang pertama.“Wah hebat sekali, sudah pintar cantik lagi,” puji Delia mengelus lembut pipi Rania membuat Rania menoleh ke arah Nayyara dengan tersenyum remeh.Sesaat kemudian pandangan Delia beralih pada gadis yang masih setia berdiri di tempatnya dengan senyum yang tidak pernah pudar di bibirnya.“Berarti yang ini Nayyara, ya ampun sekarang kamu sudah dewasa dan menjadi gadis yang sangat cantik. Bisa-bisanya Tante lupa pada wajah gadis yang selalu tersenyum ini,” ucap Delia sumringah berjalan ke arah Nayyara dan memeluknya dengan lembut.Tentu saja hal itu tidak luput dari pandangan Fania dan juga Rania yang memandang tidak suka ke arah Nayyara yang seakan sedang mencari perhatian.Kedua wanita berbeda usia itu terus saja mengobrol hingga lupa tempat di mana mereka berada saat ini. Hingga suara deheman dari Frans membuat obrolan mereka terhenti dan sama-sama menoleh ke arah suara dengan tersenyum kikuk.“Sepertinya setelah bertemu dengan Nayyara membuat Mama lupa pada Papa dan juga anak kita yang sedang menunggu di sana,” ucap Frans berpura-pura merajuk.“Ih Papa ini, Mama sudah lama ingin bertemu dengan Nayyara. Oh ya Faris pasti juga akan sangat senang melihat Nayyara hadir di acaranya. Ayo, Sayang, kita ke sana,” ucap Delia menggandeng tangan Nayyara menuju tempat di mana Faris menunggu.Frans mengikuti langkah istrinya dengan menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah isterinya itu yang sangat bersemangat sekali ketika bertemu dengan Nayyara. Diikuti dengan Yacob beserta istri dan anaknya yang sudah memasang wajah tidak senang pada Nayyara mereka pun menuju ke arah Faris.“Kak Nayyara apa-apa sih Bun, pasti dia sengaja melakukan ini untuk mempermalukan aku,” ucap Rania kesal sambil terus menatap Nayyara dengan sinis.“Sudah tenang saja, nanti saat tiba di rumah Bunda akan memberinya pelajaran.” Fania berusaha untuk menghibur hati putrinya yang dirundung rasa cemburu itu dan kesal itu.Raut wajah Rania seketika berubah saat melihat penampilan Faris yang terlihat sangat memukau malam ini. Dia berjalan mendahului langkah Nayyara dengan wajah yang berseri-seri berniat ingin menyapa Faris terlebih dahulu.“Kak Fa—" Rania terdiam saat melihat Faris berjalan melewati dirinya, seketika senyuman di wajahnya hilang begitu saja mendengar seseorang yang di panggil oleh Faris.“Nayyara, astaga ini kamu?” Faris menatap kagum ke arah Nayyara dan menghampiri Nayyara tanpa menghiraukan Rania yang sempat akan memanggilnya.Rania menoleh dan mendapati Faris sedang memeluk Nayyara dengan sangat erat membuat sang empunya badan merasa sesak dan juga terkejut secara bersamaan.“Maaf, maaf. Aku tidak bermaksud untuk memeluk kamu tanpa ijin, aku hanya sangat bahagia melihat kamu hadir di acara ku malam ini,” ucap Faris dengan wajah yang benar-benar terlihat sangat bahagia.Sedangkan Nayyara merasa sangat canggung dan juga takut saat tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan Bunda dan juga Ayahnya yang menatap dirinya dengan tatapan tajam, pasti nanti Nayyara akan kena marah besar dari keluarganya itu.“Ah, tidak apa-apa. Aku hanya merasa sedikit terkejut. Oh ya, selamat ulang tahun, Kak. Maaf aku tidak menyiapkan apa-apa,” ucap Nayyara tersenyum ramah dan tentunya senyuman itu sudah sangat lama Faris rindukan.“Tidak apa-apa, kamu sudah mau datang saja itu sudah sangat buat aku bahagia,” timpal Faris tersenyum hangat.Faris menoleh ke arah Rania saat ia menyadari bahwa sedari tadi ia hanya sibuk pada Nayyara hingga melupakan jika Rania juga berada di sampingnya.“Hai adik cantik, tidak terasa kamu juga sudah semakin cantik sekarang. Sudah bukan anak ingusan lagi,” ujar Faris mengelus rambut Rania lembut seraya menggodanya seperti hal yang sering dia lakukan dulu.Rania hanya menjawab dengan senyum yang di paksakan. Hatinya sudah terlebih dahulu dibakar api cemburu melihat kedekatan Faris dan juga Nayyara. Rania selalu merasa tersaingi bila Nayyara ikut serta di antara mereka. Bagi Rania hanya dirinyalah yang boleh mendapatkan perhatian dari semua orang.Beberapa saat kemudian, Nayyara, Rania, dan juga kedua orang tua mereka berjalan menuju mobil untuk segera pulang ke rumah. Saat sudah berjalan menjauhi kerumunan orang-orang, Fania menarik tangan Nayyara dengan kasar dan mendorongnya untuk segera memasuki mobil, kemarahan Fania sudah memuncak saat melihat putri kesayangannya kehilangan mood akibat perbuatan Nayyara yang selalu saja mencuri perhatian banyak orang di dalam sana.Setibanya di rumah, Nayyara yang baru saja turun dari mobil segera diseret masuk oleh Fania dan tentunya senyuman penuh kemenangan terbit dibibir Rania. Dia merasa sangat bahagia karena sebentar lagi Nayyara akan merasakan siksaan seperti biasa yang dilakukan Fania padanya, sedangkan Yacob yang melihat itu hanya diam tak menanggapi atau pun melarang sang istri karena dirinya juga tidak jauh berbeda dengan sang istri saat mengetahui anak semata wayangnya bersedih disebabkan oleh Nayyara.Sepasang suami istri itu seakan lupa bahwa mereka tidak bisa memerintahkan siapa saja untuk selalu berlaku baik dan juga memperhatikan putri yang teramat mereka cintai itu. Mereka seakan tutup mata melihat sifat iri sang anak yang sudah mendarah daging pada Nayyara putri yang mereka lupakan setelah kehadiran Rania.Menjadi Nayyara saat ini memang serba salah, segala apa yang dilakukan oleh Nayyara selalu saja salah di mata kedua orang tuanya itu, sedih rasanya menjadi Nayyara saat ini karena mereka benar-benar sudah berubah ketika memperlakukan Nayyara, dari dulu yang selalu lembut kepada Nayyara sekarang menjadi semakin kasar.Isak tangis masih terdengar di sudut kamar Nayyara, sesekali ia meringis mengobati luka dari Fania Bundanya. Nayyara tidak tahu bahwa membuat mood Rania buruk juga akan menjadi kesalahannya. Nayyara bukan lagi anak kecil yang tidak bisa membela diri. Akan tetapi, percuma saja jika kenyataannya pembelaannya tidak berarti apa-apa.“Terlepas dari apapun yang sudah terjadi dan melukaiku, Nayya akan tetap sayang, Bunda,” ucap Nayyara lirih sambil menahan rasa perih pada lukanya.Setelah puas menangis dan juga mengobati lukanya, Nayyara turun ke bawah menuju dapur untuk mengambil air minum yang selalu ia sediakan di dalam kamarnya. Saat melewati ruang tamu, Nayyara melihat pemandangan yang lagi-lagi menyesakkan dadanya. Kedua orang tuanya sedang bersenda gurau bersama adiknya dengan Fania mengelus lembut rambut Rania yang berada di pangkuannya seketika air mata Nayyara kembali menetes dari mata indahnya padahal dirinya sudah terbiasa dengan pemandangan itu. Namun, tetap saja hatinya kembali
Mobil Faris berhenti di depan pagar rumah mewah yang menjulang tinggi, membuat siapapun yang melihatnya akan terpukau dengan kemewahannya. Nayyara memperhatikan dengan seksama seakan-akan dia baru melihat rumah sebegitu mewahnya.“Ini rumah Kak Faris?” tanya Nayyara dengan wajah polosnya.“Iya ini rumah aku, tidak lucu dong aku mengundang kamu makan malam dengan menumpang di rumah orang lain,” jawab Faris tersenyum geli melihat wajah lucu Nayyara."Yaudah, yuk, masuk." Nayyara mengikuti Faris memasuki rumah mewah tersebut, di dalam sana Nayyara disambut oleh Delia dan juga Frans yang sudah menunggu di meja makan dengan tersenyum ramah ke arah Nayyara.“Malam, Om, Tante,” sapa Nayyara ramah sembari mencium punggung tangan sepasang suami istri itu dengan sopan.“Malam, Sayang. Ayo silahkan duduk Tante tidak tahu makanan kesukaan kamu apa. Jadi, Tante persiapkan saja segala jenis makanan yang mungkin salah satunya ada yang kamu sukai,” ujar Delia mempersilahkan Nayyara untuk duduk."Teri
Hujan kembali menyirami kota Jakarta. Nayyara mengeluarkan sepeda motor nya untuk memulai aktivitas nya seperti biasa, tak lupa ia memakai helm dan juga pelindung hujan untuk melindungi dirinya. Hujan itu tipis, namun bisa membuat pakaian basah bagi yang berjalan di bawahnyaBelum sempat Nayyara menaiki sepeda motor nya, seseorang menarik tangannya dari belakang menampilkan sosok Rania dengan wajah yang terlihat merah menahan amarahnya"Apa yang kau lakukan?" tanya Nayyara berusaha melepas cekalan tangannya"Sudah berulangkali aku katakan jangan pernah sekali-kali mencari kesempatan untuk mendekati kak Faris, perempuan murahan!" bentak Rania geram kala mengingat Nayyara pulang bersama Faris "Apa hubungannya denganmu? Apa kamu punya hubungan spesial sama kak Faris? Tidak, kan?" jawab Nayyara setenang mungkin walaupun sebenarnya ia merasa kesal Rania menyebutnya sebagai wanita murahanKemarahan Rania semakin memuncak melihat Nayyara yang sudah mulai berani padanya, dengan cepat ia meng
Ada apa ribut malam-malam begini?" suara berat itu menghentikan aksi tarik menarik di antara mereka berdua. Keduanya menoleh kearah suara dengan dua tatapan yang berbedaTak kunjung mendapat jawaban dari Rania ataupun Nayyara membuat Yacob semakin murka, bukan apa-apa. Ia baru saja mengistirahatkan diri seusai satu harian menghabiskan waktu di perusahaan dengan pekerjaan yang kian menumpuk, niat hati ingin mencari kedamaian di rumah. Namun nyatanya ada saja yang mengganggu acara tidurnya"Nayya! Apa kau tidak mempunyai mulut untuk menjelaskan apa yang terjadi?" kali ini suara Fania yang menginterupsi, wanita berusia senja itu keluar setelah mendengar suara ribut-ribut di luar kamarnya"Ini bukan kesalahan Nayya bunda, Rania! Dia memasuki kamar aku dan membuatnya sangat berantakan, bahkan barang milik-ku juga di ambil olehnya" jelas Nayyara berharap bundanya mau membujuk putri kesayangannya itu untuk mengembalikan apa yang bukan menjadi miliknya"Bukannya bunda yang bilang, bahwa apapu
Nayyara memasuki gedung mewah yang menjulang tinggi di depannya, ia melangkahkan kakinya menuju meja resepsionis yang terletak tidak jauh dari tempat dimana ia berdiri. "Assalamualaikum, Mbak," sapa Nayyara ramah melihat petugas resepsionis nya memakai hijab, sudah pasti wanita itu beragama Islam. Pikir Nayyara."Waalaikumsalam, ada yang bisa saya bantu?" balas wanita berhijab itu tak kalah ramah."Saya ingin mengantarkan pesanan dari Umi Syafanah. Apa beliau ada?""Oh, iya, mari mbak saya antar."Nayyara mengikuti langkah wanita yang berjalan mendahuluinya itu dengan sesekali menatap kagum interior bangunan itu. Banyak orang yang berlalu lalang, sepertinya sedang sibuk dengan urusan masing-masing."Silahkan masuk, Mbak," ujarnya mempersilahkan."Terima kasih, Mbak," balas Nayyara."Sama-sama." Resepsionis itu pun berlalu meninggalkan Nayyara seorang diri.Nayyara mengetuk pintu bercorak abstrak tersebut dengan hati-hati, takut membuat orang yang didalamnya merasa terganggu. Dengan g
Nayyara telah selesai mengerjakan segala pekerjaannya dengan sempurna tanpa tertinggal apapun. Ia merasa perutnya sangat perih karena belum di isi makanan sama sekali, Nayyara berjalan menuju meja makan dan mendapati pemandangan yang kembali membuat kesedihan itu terpancar di mata indahnyaEntah kapan terakhir kali ia duduk dan makan bersama keluarganya, yang pasti Nayyara sangat merindukan saat-saat itu. Dimana ia masih diperlukan selayaknya seorang anak yang begitu di cintaiNayyara berniat ingin melewati ruang makan itu dengan hati-hati dan tanpa mengeluarkan suara. Namun, belum sempat melangkah menuju kamarnya Faris menghentikannya, membuat Nayyara seketika menoleh ke arah suara itu"Nay, kamu sudah makan? Sini gabung sama kita, masa kami makan kamu malah sibuk dengan pekerjaan kamu sih,?" ujar Faris tanpa tahu kalau sebenarnya hadirnya Nayyara akan membuat kedua orangtuanya dan juga Rania kehilangan selera makan jika ia turut andil bersama mereka"Aku sudah lebih dulu sarapan ta
Faris menyudahi pembicaraannya dengan Rania dalam sambungan telepon, ada rasa bersalah dalam hatinya yang membatalkan janjinya secara sepihak. Tapi mau bagaimana lagi, malam ini ia memang benar-benar merasa sangat kelelahan Faris berbalik dan segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur king size miliknya. Bayang-bayang wajah teduh Nayyara terus berputar di pikirannya, bagaimana bisa seorang Nayyara yang ia kenal dengan sifat ramah dan juga rendah hati itu bisa berubah seperti yang di katakan oleh Fania dan juga Rania? Ada keraguan dalam hatinya, tapi mengingat kembali wajah sedih Fania juga membuat hatinya semakin dibuat bingung harus mempercayai yang manaFaris yang masih setia dengan tatapan lurus memandang langit-langit kamarnya itupun terkejut dengan sebuah tangan yang mengelus lembut bahunya. Faris pun menoleh pada pemilik tangan yang sangat di kenali nya itu"Anak mama ini lagi mikirin apa,?" tanya Delia lembut, seraya memindahkan kepala anak laki-laki satu-satunya itu kepan
Satu harian ini tubuh Nayyara benar-benar sangat lemas dan juga lemah, sepertinya sakit lambungnya kembali kumat di karenakan melewatkan makan malam dan juga sarapan hingga siang hari ini ia belum juga memakan apa-apa. Hari ini Nayyara tidak bekerja lantaran sang bunda memintanya untuk menemani Rania bertemu dengan salah satu dosen yang akan membimbing Rania menyelesaikan skripsi kuliahnyaMeskipun Nayyara masih marah pada Rania, akan tetapi ia juga tidak tega meninggalkan adiknya itu seorang diri. Apalagi berduaan dengan pria yang sudah berumur dan terkenal dengan kegenitan nya, Nayyara mengetahui itu saat ia masih menjadi asisten dosen di kampusnya dulu, dan dengan secara kebetulan pria tua itu juga yang menjadi dosen pembimbing Rania saat iniSesekali, Nayyara merintih kesakitan dan memegangi perutnya yang terasa perih bahkan kini wajahnya sudah terlihat sedikit pucat. Nayyara berusaha untuk tetap bertahan sampai Rania selesai dengan urusannya"Aku di jemput temanku" ucap Rania ber
Sebulan telah berlalu, selama itu juga Nayyara dan juga Yazdan tidak pernah bertukar kabar, Yazdan selalu mempertanyakan keadaan istrinya pada Alzena adiknya. Begitu pula dengan Nayyara, ia tahu alasan Yazdan tidak menghubunginya itu sebabnya ia juga melakukan hal yang sama seperti Yazdan. Mereka berdua bertukar kabar melalui Alzena, meskipun sesekali gadis itu mendengus kesal pada keduanya.Namun mengingat Yazdan yang berjanji akan menambahkan uang jajannya selama membantu dirinya. Maka, meskipun di landa sedikit kesal, ia tetap menjalankan apa yang diperintahkan oleh kedua manusia yang di sayangi nya itu.Bagi Yazdan waktu satu bulan yang ia habiskan di negeri orang sangat menguras tenaga serta rindunya. Ia merindukan istri beserta keluarganya, Yazdan dengan semangat menyusun segala barang-barang miliknya tanpa tertinggal.Akhirnya setelah berjuang selama satu bulan ini, ia berhasil merampungkan bisnisnya dengan nyaris sempurna. Dan tentunya semua itu berkat kerja keras, usaha serta
Yazdan masih terduduk di salah satu meja yang berada di sana, entah dimana Fahira pergi. Namun laki-laki itu tidak terlalu memperdulikan nya sebab ia tahu jika Fahira pasti bisa menjaga dirinya.Sesaat kemudian, Yazdan merasakan hawa aneh di tubuhnya. Tiba-tiba saja hawa panas menggerayangi tubuhnya, ia meraih gelas yang berisi air putih tersebut untuk ia minum kembali, seraya mencoba untuk menghilangkan dahaga yang membuat ia merasakan sesuatu sensasi yang aneh."Jangan di minum, nih, aku bawakan yang baru," ucap Arga menghentikan pergerakan Yazdan yang berniat kembali menyeruput air putih yang berisikan obat tersebut. Yazdan merasa terkejut sekaligus bingung, melihat Arga yang sudah di depan matanya, padahal ia pergi sendiri tanpa memberitahu asisten sekaligus sahabat tersebut."Kenapa kamu sangat ceroboh Yazdan? Andai saja aku tidak mengikuti kemana kamu pergi, mungkin saat ini kamu sudah melakukan sesuatu yang akan menghancurkan keluarga yang baru akan kamu bina bersama Nayyara. B
Yazdan tampak bersiap-siap. Ia merapikan setelan jas dan dasinya seorang diri. Dia memang memiliki asisten. Namun, kali ini ia tidak ingin merepotkan orang lain. Terlebih, Yazdan hanya suka jika dirinya dibantu oleh sang istri tercinta. Tadi, dia sudah melihat gambar sang istri yang tengah membuat sarapan. Sangat cantik. Sampai sekarang, Yazdan belum menghubungi Nayyara secara langsung. Ia mengetahui keadaan Nayyara dari sang adik tercinta. Adiknya kali benar-benar sangat membantu. Meski yang dilakukan Alzena tidak gratis, hal itu tidak menjadi masalah."Masya Allah, ternyata aku semakin tampan saja. Tidak malu-maluin bersanding dengan istriku yang cantik," ujar Yazdan mematut dirinya di depan cermin. Tak lama, Yazdan terkekeh geli. Sejak kapan dirinya menjadi sedikit narsis begini? Ah iya, semenjak menikah dengan seorang Nayyara lebih tepatnya. Sebenarnya, sifat narsis itu sudah ada. Namun, semakin terasah saja saat ini.Yazdan berpikir kalau lama-lama sifatnya mulai mirip dengan Alz
Baru lagi sehari tepatnya, Yazdan meninggalkan Nayyara seorang diri, namun gadis cantik tersebut sudah merasa rindu dengan keberadaan sang suami. Lihatlah, niat awal tidur setelah melaksanakan sholat isya, nyatanya tak begitu. Seorang Nayyara sama sekali tidak merasakan kantuk. Nayyara hanya duduk bersandar di tepi ranjang sambil memperhatikan isi kamarnya. Tepatnya, kamar baru dirinya. Kamar dimana dirinya tidak akan pernah lagi kesepian karena ada sosok Yazdan, suaminya.Suaminya yang insyaAllah akan menuntun ke jalan surga-Nya. Sayang, karena ada urusan pekerjaan yang memang mengharuskan sang suami pergi cukup jauh, membuat Nayyara ditinggal seorang diri.Lebih tepatnya, Nayyara sendirilah yang menolak untuk ikut. Padahal, Yazdan sudah membujuknya berulang kali. Sebenarnya, Nayyara ingin ikut. Namun, takut kalau dirinya akan menganggu."Sedang apa Abang Yazdan di sana ya?" lirih Nayyara. Netranya menatap lurus ke depan. Tepatnya ke sebuah foto pernikahan yang terpampang jelas. Sont
"Hmmm, dari subuh sampai matahari terbit Abang masih aja peluk aku kayak gini. Aku juga mau bangun, Bang. Mau nyuci," ucap Nayyara sedikit kesal."Memangnya kamu lebih mentingin cucian daripada Abang?" Yazdan justru mempererat pelukannya pada pinggang Nayya."Bukannya gitu, Bang. Kalau aku di kamar terus pasti Abang nggak berangkat-berangkat ke kantor," timpal sang istri."Tapi Abang pilih di kamar saja sama kamu, daripada harus ke kantor. Capek," balas Yazdan sesuai isi hati.Nayyara jadi tertawa kecil mendengarnya. Walaupun di luar matahari sudah mulai merangkak naik, tapi di dalam kamar mereka berdua masih terasa nyaman seperti malam hati, mengingat gorden jendela yang tebal sehingga tidak tembus cahaya. Akan tetapi—sedikit cahaya matahari bisa menembus celah-celah kamar.Umi dan Alzena bahkan sudah selesai menyiapkan sarapan dan beres-beres rumah. Namun, mereka berdua paham mengapa sampai pukul 07:15 pagi ini sepasang pengantin itu belum juga keluar kamar."Mau sarapan dulu aja, N
Mata Fahira terasa panas menahan bendungan air bening dan sesaknya dada melihat keromantisan Yazdan terhadap Nayyara. Jika saja sudah tidak memiliki kewarasan, wanita itu pasti akan menghabisi Nayyara sekarang. Akan tetapi Fahira tidak ingin membuat Yazdan membencinya karena lagi-lagi berulah.Sementara, sepasang pengantin baru di seberang sana masih saja mengumbar kemesraan. Yazdan terus merangkul sang istri di mana keduanya—sambil menikmati jagung bakar yang masih hangat.Fahira pun menelan kasar salivanya tatkala Yazdan menyuapi jagung bakar miliknya pada Nayyara. "Aaarrg! Aku tidak tahan melihatnya! Kenapa mereka tidak pulang saja?" gumam Fahira seraya menghentakkan kaki.Namun, bagaimanapun Fahira kesal, tidak akan berpengaruh terhadap mereka berdua. Kini Yazdan justru berdiri dan meninggalkan istrinya di bangku panjang itu. Kening Fahira mengernyit, pun kedua alisnya yang saling bertaut."Mau ke mana Yazdan?" tanyanya dalam hati.Seketika bola mata wanita itu membulat sempurna.
Sebulan telah berlalu, selama itu juga Nayyara dan juga Yazdan tidak pernah bertukar kabar, Yazdan selalu mempertanyakan keadaan istrinya pada Alzena adiknya. Begitu pula dengan Nayyara, ia tahu alasan Yazdan tidak menghubunginya itu sebabnya ia juga melakukan hal yang sama seperti Yazdan. Mereka berdua bertukar kabar melalui Alzena, meskipun sesekali gadis itu mendengus kesal pada keduanya.Namun mengingat Yazdan yang berjanji akan menambahkan uang jajannya selama membantu dirinya. Maka, meskipun di landa sedikit kesal, ia tetap menjalankan apa yang diperintahkan oleh kedua manusia yang di sayanginya itu.Bagi Yazdan waktu satu bulan yang ia habiskan di negeri orang sangat menguras tenaga serta rindunya. Ia merindukan istri beserta keluarganya, Yazdan dengan semangat menyusun segala barang-barang miliknya tanpa tertinggal.Akhirnya setelah berjuang selama satu bulan ini, ia berhasil merampungkan bisnisnya dengan nyaris sempurna. Dan tentunya semua itu berkat kerja keras, usaha serta
Suara adzan terdengar sayup-sayup di kamar yang malam itu di penuhi bahagia cinta. Yazdan terbangun lebih dulu, sebelum beranjak ia lebih dulu memandangi wajah Nayyara, istrinya, kekasih halalnya, cintanya serta bidadari surganya, Yazdan memandang lekat wajah cantik alami istrinya itu, ia membangunkan Nayyara dengan cara yang paling lembutYazdan mencium kedua kelopak mata Nayyara dengan cinta, ia ingin melaksanakan shalat subuh pertama berjamaah dengan istri cantiknya itu. Melihat Nayyara yang masih terlelap dengan wajah cantiknya membuat Yazdan ingin berlama-lama menikmatinya"Assalamualaikum sayangku," bisik Yazdan tepat di telinga NayyaraWanita itu menggeliat sebelum benar-benar membuka matanya, ia mengerjapkan mata mencoba mengumpulkan nyawa yang masih di awang-awang. Merasakan ada hembusan nafas yang begitu dekat mengenai pipinya, Nayyara menoleh, segera menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia malu Yazdan sudah lebih dulu bangun di bandingkan dirinya"Kenapa di tutupi waja
Mendung menggelayut, gerimis perlahan turun, titik-titik hujan membasahi petala bumi. Gerimis itu terus saja turun seiring suara lantang laki-laki menyebut namanya, pagi ini akad nikah di adakan secara sederhana di rumah Yazdan. Bahkan semuanya di adakan dengan begitu tiba-tiba, Nayyara sendiri juga tidak tahu apa penyebabnya, Alzena hanya mengatakan padanya bahwa alasan Abang laki-lakinya itu mempercepat karena ingin menghindari sesuatu yang mungkin bisa saja terjadi.Nayyara menghela nafas dalam-dalam, seharusnya ia merasa senang dan juga bahagia. Tapi entah kenapa ia merasa seperti ada kesedihan yang menyesak di dadanya, sehingga rasa bahagia tidak bisa ia rasakan seutuhnya."Sah!""Sah!" Mendengar suara sah yang menggema di lantai bawah, mampu di dengar oleh Nayyara yang berada di lantai atas. Detik itu juga air matanya mengalir begitu saja, ada bahagia, sedih yang menggelayut di hatinya, Nayyara mengangkat kedua tangannya mengamini setiap doa yang di panjatkan oleh penghulu sert