"Lily, apa kamu sudah mengingat wajah lelaki itu?"Lily menggeleng.Nicho memandang Lily meminta kejelasan jawabannya. "Sekuat apapun aku mengingatnya, aku sama sekali tak bisa mengingatnya," jawab Lily mendongak, menyandarkan kepalanya pada Nicho, membuat Nicho berpaling dan bisa bernafas lega."Dari ingatan itu, aku bisa menyimpulkan jika lelaki itu tak berniat mendapatkan kepuasan tubuhku saja.""A-apa maksudmu?"Lily memejamkan mata. "Dari caranya melepasku dan tak ingin menyakitiku, mungkin dia hanya ingin membebaskanku dari efek obat laknat itu dan akulah yang meminta lebih. Benar begitu kan kak?" ucap Lily memandang Nicho yang berpaling darinya.Lily melepaskan pelukan Nicho dan berbalik memandang sang kakak."Kak, lihatlah aku!"Nicho bergeming."Jawab pertanyaanku?"Nicho tak menjawab melainkan mencium bibir Lily dan melumatnya pelan. Lily melotot namun tak menolak ciuman yang Nicho berikan. Lily sibuk dengan perasaannya sendiri saat ini. Hatinya ingin menolak namun tubuhnya
"Kau sudah gila ya, Nicho," ucap lelaki itu penuh Amarah."Kamu pikir dengan begitu, Lily akan berlari menyelamatkanmu seperti kisah Rose yang mencari Jack di sela dinginnya kepingan es batu?"Nicho memandangi bintang yang tak nampak sama sekali karena hujan baru saja mereda.Nicho sibuk menetralkan napas, memandang penuh kebencian. "Apa aku salah, Ayah? Aku sungguh mencintai Lily."Air mata seketika jatuh dari sudut matanya."Nicho, bangunlah. Ayah akan membawamu ke tempat yang bisa menghangatkanmu," ucap Diego mengalihkan pembicaraan.Nicho menggeleng. "Aku akan tetap di sini. Ada Lily yang menghangatkan hatiku, Ayah.""Jangan bodoh Nicho, cintamu tak akan berjalan dengan baik. Percayalah pada Ayah. Semua tak akan setuju dengan kisah cinta kalian."Nicho yang semula duduk, tiba tiba berdiri. "Aku akan membawa Lily pergi jauh dari sini. Aku akan menculik dan membawanya kabur. Ya aku akan melakukannya," ucap Nicho penuh semangat."Lalu apa yang kamu dapatkan? Cinta? Itu tak akan terja
Alex mendekati Lila, berbisik sambil menggigit telinga. Memberinya sentuhan memabukkan."Kamu tahu Lila, dirimu terlalu indah untuk dibuang setelah kujamah."Lila sungguh tak mempunyai tenaga untuk menolak Alex. Badannya yang kecil tak sebanding dengan kekuatan Alex."Akh, ini membuatku gila," puji Alex atas rasa candu yang menggebu. "Kita mulai saja ya. Tak akan ada yang tahu jika kamu bersamaku Ale."Tangan kekar Itu mengelus pipi mulus Lila. Tiba tiba ….Ceklek.Pintu terbuka dan ….Srekh"Siapa di sana?" teriak Marco melangkahkan kaki cepat untuk mendekat.Catlyn merasa heran, ikut berjalan cepat dan mendekati sang suami.Pandangan Marco tak mampu melihat jelas akibat gorden rumah sakit yang menghalanginya.Srek.Tirai dibuka, menampilkan Lila yang tertidur pulas. Arah tatapan Marco jatuh pada jendela sedikit terbuka.Marco melihat keluar jendela, memastikan apa yang didengar dan dia rasakan jika tadi ada seseorang di dalam ruangan."Ada apa, Sayang?" tanya Catlyn.Marco menggeleng
"Jadi kamu mau ke Kanada sekarang??” tanya Catlyn bingung.Nicho mengangguk, merasa berat dan tak nyaman harus meninggalkan keluarga tersayang, bahkan cintanya.“Come on Nicho. Banyak sekali masalah yang belum terselesaikan dan kamu akan pergi meninggalkan kami dengan keegoisanmu,” keluh Marco memilih duduk bersandar di Sofa.Nicho menghembuskan napas kasar.“Maaf Dad, tapi aku harus pergi. Maaf.”Dengan berat Nicho tetap melangkahkan kaki pergi. Saat ini yang terlintas di pikiran Nicho adalah menjauh. Membiarkan suasana kembali normal dan dia akan mempertimbangkannya, apakah pulang atau tinggal di sana.Di Kanada, Nicho terkenal supel dan dewasa dalam mengatasi kuliahnya serta cepat tanggap berinteraksi dengan sekitar. Banyak teman kuliah menyukai Nicho terlebih wanita. Bagi mereka, Nicho adalah malaikat tampan dikirim dari surga untuk menyegarkan pandangan mereka. Bahkan banyak wanita dengan berani mengajaknya “one night stand” bersama tapi Nicho tak mudah tergoyahkan. Sungguh Marc
20 menit sebelumnya.Lily memandang pelataran Villa tempat tinggalnya, berharap seseorang datang yaitu Nicho. Wajahnya sembab dan terus menangis. Pikirannya sungguh kacau saat ini.Saat mobil ferrari masuk pelataran rumah dan masuk garasi. Lily tahu betul mobil siapa itu, mencoba berlari menuju ruang tamu namun suara "bip" menghentikan langkahnya.Suara ponsel bertanda pesan masuk membuat Lily mau tak mau harus membuka dulu siapa yang mengirim pesan.Lily terbelalak kaget saat membaca pesan dari Lila.{Lily, aku ingin memberitahukan satu hal penting kepadamu. Ternyata kak Nicho bukan saudara kandung kita. Aku sudah lama memendam rasa padanya, jadi tak mengapa kan jika aku menyatakan perasaanku padanya? Kamu tidak menyukainya kan? Kamu sendiri yang bilang tidak menyukainya jadi aku berhak memilikinya.}Lily terduduk lemas di ranjang. Kenyataan yang ditutupi dan dihiraukan ternyata benar adanya. Lalu, mengapa hatinya sakit sekali saat Lila akan memberitahukan perasaannya pada Nicho? Ken
Ucapan Nicho begitu lugas dan dibuat manja membuat Lily seketika meremang. [Kamu bicara apa sih Kak? Ya sudah aku mau tidur.]Panggilan berakhir membuat Nicho tersenyum. Sukses membuat Lily malu dan menutup teleponnya. Membayangkan bagaimana reaksi Lily saat ini.DI sisi lain, Lily membenamkan kepala pada bantal, merasa menyesal telah memberitahukan keadaan orang tuanya saat ini. Yang membuatnya tak berhenti tersenyum adalah Nicho tak jadi pergi meninggalkannya. Lily mencoba memejamkan mata, berharap mimpi indah menghampirinya.***Nicho bersandar pada tembok jauh dari kamar Lila.“Sedang apa Anda di sini?”“Oh, Anda Dokter Zico. Aku sedang menghilangkan penat saja.”Zico memandang kamar Lila. “Apakah Lila sudah tidur?”Nicho menggeleng. Tiba tiba ponselnya bergetar tanda pesan masuk.{Nicho tolong!?!? Aku dalam bahaya.}Nicho melotot membaca pesan tersebut membuat Zico heran. “Ada apa Nicho?”“Oh tidak apa apa. Maaf aku harus kembali ke kamar Lila.”Nicho melihat Lila telah tertidur.
"Apa yang kalian lakukan?"Tiba tiba Nicho berteriak marah dan datang mendekat."Kak Nicho.""Nicho?"Nicho melirik Zico sekilas."Apa yang terjadi Lila? Kenapa pintunya jebol?"Hiks hiks.Lila mulai memeluk Nicho dan menangis di dada bidangnya. Nicho menepuk punggung Lila, mencoba menenangkan sang adik.Nicho memutuskan segera kembali saat sampai di Rumah Sakit dan mendapati Ken baik baik saja. Ken sendiri merasa linglung, tak mengerti kenapa sahabatnya itu datang tengah malam dan mencemaskannya. Nicho dapat menyimpulkan jika ini pasti trik dari penipu yang ingin menyakiti Lila.Dengan kecepatan tinggi, Nicho melajukan mobil agar cepat sampai di tujuan yaitu sang adik, Lila.Hiks. Hiks."Tadi Alex ke sini dan mencoba melecehkanku lagi?" adu Lila."Apa?"Baik Nicho maupun Zico terkejut bukan main."Kurang ajar. Aku akan membuat perhitungan dengannya," umpat Nicho."Jangan, Kak Nicho Jika kamu balas dendam, Alex semakin gencar mengancamku. Lagi pula Dokter Zico datang tepat waktu untuk
"Lily?""Berhenti."Lily menengok ke belakang, Nicho berlari dan berteriak mengejarnya.Bugh.Lily terjatuh menabrak seseorang dan ambruk menimpanya."Maaf. Maafkan aku," ucap Lily sopan mencoba bangkit.Srekh.Nicho menarik posesif seorang Lily dan memandang tak suka pada lelaki di depannya."Anda bisa bangun sendiri kan, Dokter?" tanya Nicho ketus.Ya, lelaki yang di tabrak Lily tak lain adalah Zico.Zico tersenyum dan bangkit. "Aku tidak apa apa. Jangan khawatir."Nicho memegang tangan Lily dan menariknya pelan. "Ayo kita pulang!"Zico menatap gadis yang di panggil Lily dan tersenyum."Jadi gadis itu yang kamu sukai ya, Nicho? Saudara kembar Lila. Terlihat menarik sekali dan aku penasaran dengan hubungan asmara kalian," lirih Zico.Lily duduk dengan kesal di mobil Nicho. Di tengah perjalanan, Nicho memulai pembicaraan. "Lily, jangan dekat dekat dengan Dokter tadi. Dia penuh dengan misteri."Lily memandang Nicho, merasa tertarik dan penasaran. "Misteri apa yang dia punya?""Aku bila
"Nona, apa Anda di dalam?" tanya Wilson membuyarkan aktivitas Nicho.ShiiitNicho sungguh kesal, sedangkan Lily segera memakai lagi kaosnya."Kak, aku harus keluar," ucap Lily berjalan, tapi Nicho menghentikan langkahnya dan … kembali menyesap sekilas bibir Lily.Lily mendelik tajam dan segera keluar ruang ganti."Dasar!" umpat Lily melangkah pergi."Ada apa, Nona?" tanya Wilson.Lily menggeleng dan berjalan pergi diikuti Wilson. Empat pengawal setia mengikuti sampai sampai Lily kesal. Lily berhenti membuat kelima pengawal ikut menghentikan langkah. "Bisakah kalian mengikuti dari jauh saja? Aku sungguh tak nyaman diikuti seperti ini," ucap Lily berkacak pinggang.Wilson mengangguk dan memberi instruksi kepada pengawalnya untuk mundur ke belakang. Lily kembali berjalan dan kembali melangkah cepat. Entah ke mana perginya Nicho tadi, yang jelas Lily ingin pergi ke apartemen saat ini dan beristirahat. Setelah turun pesawat, dia tak istirahat sama sekali.Srekh.Tiba-tiba tangannya di ren
Seorang sedang duduk bersandar di bawah pohon yang begitu besar di sebuah taman. Dia sibuk mencari data di laptop agar bisa menyelesaikan tugas akhir dari Dosen killer di Universitas tempatnya menimba ilmu. Dirinya begitu fokus dengan beberapa data di layar sehingga tak menyadari jika ada seseorang mendekati dirinya. Begitu dekat hingga keberadaannya seolah tak terlihat.Dengan jahil orang itu menutup mata si lelaki dengan kedua tangannya, membuat si lelaki tersentak dan reflek memegang tangan orang tersebut."Lepaskan. Siapa kamu? Jangan bertindak murahan seperti ini. Lepaskan?" teriaknya marah.Di kampus, lelaki itu memang terkenal jutek dan angkuh. Tak ada satu wanita pun yang berani mendekatinya. Kali ini ada yang berani menutup matanya. 'Siapakah dia? Jika wanita, siapa yang berani melakukannya? Jangan jangan …,' batinnya sambil meraba tangan seorang yang usil padanya, memastikan dia lelaki atau perempuan.“Nicho,” bisik si pemilik tangan, membuat ngeri. Ya, lelaki itu adalah N
Di Ruang Lila.Ceklek!Pintu terbuka menampilkan dua orang lelaki, Zicko datang bersama Julio."Maaf mengganggu waktunya Nyonya Catlyn dan tuan Marco. Ada yang ingin saya sampaikan,"ucap Zico.Julio maju mendekati Catlyn."Nyonya Catlyn, Tuan Marco, maafkan aku karena menuruti permintaan nona Lila dan aku tidak tahu jika Lila adalah anak Anda dengan Tuan Marco."Mendengar semua penjelasan Julio, Catlyn dan Marco tak bisa berkata apa-apa dan tak bisa menyalahkannya.Jika Lila tak memaksa, mungkin Julio tak akan berani melakukannya.Catlyn memandang Julio dan berkata, "tidak apa-apa Dokter Julio".Julio menganga tak percaya dengan ucapan Catlyn. Dirinya sungguh tak menyangka mendapat maaf dari Catlyn, tak habis pikir jika keluarga Marco seperti itu. Meski kekuasaan bisa menumbangkan segalanya, tapi Marco masih mempunyai hati nurani untuk memaafkan dan menghargai, serta memandang orang lain dari sudut pandang orang tersebut.Seperti contoh kasus Alex dan Lila. Marco bisa saja menggunakan
Aakh.Lily menjerit keras, tersadar dari mimpinya.Ya, Lily hanya bermimpi jika Nicho datang dan melakukan hubungan badan dengannya. Rasanya begitu nyata, rasa yang sama seperti di malam itu. Memori malam kelam itu sedikit terkuak, bagaimana lelaki itu menjamahnya dan mengungkungnya? Semua adegan erotis itu berputar di kepala Lily.Hanya saja meski mengingat wajah lelaki itu, Lily tak bisa mengingat jelas wajahnya. Hanya samar-samar dan lelaki itu seperti Nicho. Ya, sangat mirip dengan Nicho."Mungkinkah?"Lily mengusap kasar peluh di keningnya."Lily.""Kamu sudah bangun, Sayang?" tanya Catlyn mendekat. Lily mengernyitkan kening memandang ibunya, mengingat hal yang tadi dia lakukan ke Rumah Sakit. "Mommy, tadi aku melihatnya. Lila ...."Catlyn mandang Lila, membuat Lily mengikuti arah pandangan sang ibu. Di ranjang sebelahnya, Lila tertidur akibat suntikan obat penenang. Setelah menjalani pemeriksaan spesifik, Lila mengalami depresi sehingga harus mendapatkan perawatan Intensif di rum
2 jam sebelumnyaLila berhasil menemui Dokter kandungan seorang wanita."Ada apa ya, Nona Lila?""Saya mau menggugurkan kandungan saya?""Apa kamu bilang, Nona? Maaf hal itu menyalahi aturan rumah sakit," jelas Dokter, lalu pergi meninggalkan Lila.Lila menunduk hampir menangis saat Dokter lelaki datang kepada Lila."Ada apa?""Dokter, bisakah kamu membantuku menggugurkan kandungan ini?" "Apa kamu yakin, Lila?Lila tersenyum dan mengangguk. Dirinya tak mau jika harus menunggu lagi dan lagi."Aku bersedia melakukannya. Namun, ada syaratnya."Lila menatap Dokter lelaki dengan brewok di dagunya. "Namun aku .... " "Baiklah, mungkin kamu butuh waktu untuk berpikir," ucap dokter, berjalan pergi membuat Lila seketika gugup.""Baik Dokter, aku akan melakukan apapun agar janin hasil pemerkosaan ini dapat keluar."Aku mau tubuhmu.""A-apa?""Bagaimana?"Lila sangat bingung. Dia tentu saja tak ingin di jamah orang lain. "Em, bagaimana jika aku memberikannya tidak di sini dan setelah Anda berha
"Benarkah seperti itu, Kak?"Cella mengangguk dan menatap Lily intens. "Kamu tahu Lily, siapakah wanita yang dicintai Nicho?"Lily menggeleng pelan."Aku sungguh penasaran dengannya dan ingin belajar banyak darinya," imbuh Cella."Be-belajar darinya?" tanya Lily mengulangi perkataan Cella."Iya, aku ingin belajar tentang perjuangan cinta wanita itu kepada Nicho. Bagaimana dia bisa meluluhkan hati seorang Nicho dan membuatnya tak mampu berpaling kepada wanita lain."Lily terdiam, berusaha mencerna semua ucapan Cella. Baginya wanita ini sungguh baik hati dan apa yang diucapkan sangat tulus."Baiklah Lily, aku harus kembali bekerja," ucap Cella membuyarkan lamunan Lily."Ah iya, terima kasih atas waktunya."Lily berpikir untuk melakukan video call dengan Nicho.Tut, tut, tut.[Halo sayang]Ucapan serak Nicho menyapa, dirinya baru bangun tidur dengan telanjang dada. Khawatir Lily mengetahui lukanya, Nicho segera menelungkupkan dadanya di atas bantal.[Kak, ya ampun! Kamu baru bangun tidur
Seorang wanita mendekati Nicho dengan anggun, membungkukkan tubunya membuat belahan dadanya terlihat jelas dan tak bisa di hindari.Nicho mendongak, tak menyangka jika wanita di depannya itu sungguh berani mengganggunya."Bisakah Anda menjauh dariku nona Jessy."Jessy kembali berdiri."Ah maaf sekali jika membuatmu terganggu tuan Nicho."Nicho mengalihkan pandangan, menatap keluar jendela pesawat membuat Jessy merasa diacuhkan.'Bagaimana caranya agar aku bisa menggapaimu, Nicho,' batin Jessy mengeluh.Dia berjalan menjauh membuat Nicho meliriknya sekilas, tak peduli dengan perasaan sakit yang di rasakan Jessy.Saat ini di hati Nicho hanya ada Lily seorang, tak ada wanita lain dan tak akan pernah ada.Di sisi lain, Marco kembali ke perusahaan setelah mengantar Catlyn pulang. Dia tak sempat masuk Rumah karena ada meeting penting saat ini."Lily, Lila. Mommy pulang."Lily segera berlari menemui sang ibu sedangkan Lila berjalan si belakang Lily."Mommy, kenapa tak membangunkanku untuk men
"Masturbasi."Lily mengulang ucapan sang ibu. Ya, Catlyn pikir, Lily melakukan masturbasi untuk mencapai kepuasan tanpa adanya pasangan. Catlyn memandang intens Lily, memikirkan suatu cara mengatasi masalah ini."Lily, bagaimana jika aku menikahkanmu saja, seperti Lila dan Alex . Dan kalian menikah bersama, bagaimana?"Lily menunduk, menggigit bibir bawahnya. Dirinya ingin sekali menceritakannya kepada Catlyn, tapi entahlah, Lily tak sanggup mengatakannya.Catlyn menepuk pudak Lily. "Sudahlah Lily, sekarang kamu tidurlah! Mommy juga akan kembali tidur.” Catlyn beranjak sambil berkata, "ingat Lily, jangan diulangi lagi ya?"Lily mengangguk paham membuat Catlyn pergi meninggalkan ruangan tersebut.Di sisi lain Nicho berjalan mondar mandir di kamarnya. Rasa takut ketahuan, takut Lily di interograsi macam-macam oleh ibunya. Duduk lalu berdiri, berjalan kesana kemari tanpa arah yang jelas."Drrt, drrt."Getaran ponsel di atas nakas mengagetkan Nicho. Segera diambil dan dibaca pesan yang ba
Lily berbaring seorang diri di atas ranjang, bergerak ke kanan dan ke kiri, merasa resah atas sikapnya sendiri. Berkali-kali Lily menoleh jam dinding, degup jantungnya tiba tiba cukup cepat, ada rasa gugup di dalam diri.'Sudah pukul 10.00 malam, bagaimana jika kak Nicho benar- benar ke sini?' batin Lily.Dirinya terus menunggu dengan gelisah.1 jam kemudian.2 jam kemudian.Nicho belum juga muncul membuat Lily menyerah dan berpikir jika Nicho tak akan datang padanya.Pukul 01.00 dini hari.Krekh.Seorang lelaki masuk dari pintu jendela yang tak dikunci. Siapa lagi jika bukan Nicho. Dia baru bisa menemui Lily saat ini karena harus menunggu orang tuanya tidur terlebih dahulu. Kebetulan sekali Marco dan Catlyn baru saja beranjak tidur setengah jam yang lalu.Nicho mendekati Lily yang terlelap di ranjangnya. Memandang wajah teduh nan mempesona bak putri di negeri dongeng. Di kecup kening, kedua mata, hidung dan bibirnya membuat si pemilik terusik dan membuka mata."Kakak.""Kamu sudah ti