Beranda / Romansa / Gelora berbahaya Kakak / 35. Bercinta untuk merelaksasi pikiran

Share

35. Bercinta untuk merelaksasi pikiran

Penulis: ZuniaZuny
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Jadi kamu mau ke Kanada sekarang??” tanya Catlyn bingung.

Nicho mengangguk, merasa berat dan tak nyaman harus meninggalkan keluarga tersayang, bahkan cintanya.

“Come on Nicho. Banyak sekali masalah yang belum terselesaikan dan kamu akan pergi meninggalkan kami dengan keegoisanmu,” keluh Marco memilih duduk bersandar di Sofa.

Nicho menghembuskan napas kasar.

“Maaf Dad, tapi aku harus pergi. Maaf.”

Dengan berat Nicho tetap melangkahkan kaki pergi. Saat ini yang terlintas di pikiran Nicho adalah menjauh. Membiarkan suasana kembali normal dan dia akan mempertimbangkannya, apakah pulang atau tinggal di sana.

Di Kanada, Nicho terkenal supel dan dewasa dalam mengatasi kuliahnya serta cepat tanggap berinteraksi dengan sekitar. Banyak teman kuliah menyukai Nicho terlebih wanita. Bagi mereka, Nicho adalah malaikat tampan dikirim dari surga untuk menyegarkan pandangan mereka.

Bahkan banyak wanita dengan berani mengajaknya “one night stand” bersama tapi Nicho tak mudah tergoyahkan. Sungguh Marc
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gelora berbahaya Kakak   36. Rindu Nicho

    20 menit sebelumnya.Lily memandang pelataran Villa tempat tinggalnya, berharap seseorang datang yaitu Nicho. Wajahnya sembab dan terus menangis. Pikirannya sungguh kacau saat ini.Saat mobil ferrari masuk pelataran rumah dan masuk garasi. Lily tahu betul mobil siapa itu, mencoba berlari menuju ruang tamu namun suara "bip" menghentikan langkahnya.Suara ponsel bertanda pesan masuk membuat Lily mau tak mau harus membuka dulu siapa yang mengirim pesan.Lily terbelalak kaget saat membaca pesan dari Lila.{Lily, aku ingin memberitahukan satu hal penting kepadamu. Ternyata kak Nicho bukan saudara kandung kita. Aku sudah lama memendam rasa padanya, jadi tak mengapa kan jika aku menyatakan perasaanku padanya? Kamu tidak menyukainya kan? Kamu sendiri yang bilang tidak menyukainya jadi aku berhak memilikinya.}Lily terduduk lemas di ranjang. Kenyataan yang ditutupi dan dihiraukan ternyata benar adanya. Lalu, mengapa hatinya sakit sekali saat Lila akan memberitahukan perasaannya pada Nicho? Ken

  • Gelora berbahaya Kakak   37. Lagi lagi Alex

    Ucapan Nicho begitu lugas dan dibuat manja membuat Lily seketika meremang. [Kamu bicara apa sih Kak? Ya sudah aku mau tidur.]Panggilan berakhir membuat Nicho tersenyum. Sukses membuat Lily malu dan menutup teleponnya. Membayangkan bagaimana reaksi Lily saat ini.DI sisi lain, Lily membenamkan kepala pada bantal, merasa menyesal telah memberitahukan keadaan orang tuanya saat ini. Yang membuatnya tak berhenti tersenyum adalah Nicho tak jadi pergi meninggalkannya. Lily mencoba memejamkan mata, berharap mimpi indah menghampirinya.***Nicho bersandar pada tembok jauh dari kamar Lila.“Sedang apa Anda di sini?”“Oh, Anda Dokter Zico. Aku sedang menghilangkan penat saja.”Zico memandang kamar Lila. “Apakah Lila sudah tidur?”Nicho menggeleng. Tiba tiba ponselnya bergetar tanda pesan masuk.{Nicho tolong!?!? Aku dalam bahaya.}Nicho melotot membaca pesan tersebut membuat Zico heran. “Ada apa Nicho?”“Oh tidak apa apa. Maaf aku harus kembali ke kamar Lila.”Nicho melihat Lila telah tertidur.

  • Gelora berbahaya Kakak   38. Lily cemburu

    "Apa yang kalian lakukan?"Tiba tiba Nicho berteriak marah dan datang mendekat."Kak Nicho.""Nicho?"Nicho melirik Zico sekilas."Apa yang terjadi Lila? Kenapa pintunya jebol?"Hiks hiks.Lila mulai memeluk Nicho dan menangis di dada bidangnya. Nicho menepuk punggung Lila, mencoba menenangkan sang adik.Nicho memutuskan segera kembali saat sampai di Rumah Sakit dan mendapati Ken baik baik saja. Ken sendiri merasa linglung, tak mengerti kenapa sahabatnya itu datang tengah malam dan mencemaskannya. Nicho dapat menyimpulkan jika ini pasti trik dari penipu yang ingin menyakiti Lila.Dengan kecepatan tinggi, Nicho melajukan mobil agar cepat sampai di tujuan yaitu sang adik, Lila.Hiks. Hiks."Tadi Alex ke sini dan mencoba melecehkanku lagi?" adu Lila."Apa?"Baik Nicho maupun Zico terkejut bukan main."Kurang ajar. Aku akan membuat perhitungan dengannya," umpat Nicho."Jangan, Kak Nicho Jika kamu balas dendam, Alex semakin gencar mengancamku. Lagi pula Dokter Zico datang tepat waktu untuk

  • Gelora berbahaya Kakak   39. Lily terlalu polos

    "Lily?""Berhenti."Lily menengok ke belakang, Nicho berlari dan berteriak mengejarnya.Bugh.Lily terjatuh menabrak seseorang dan ambruk menimpanya."Maaf. Maafkan aku," ucap Lily sopan mencoba bangkit.Srekh.Nicho menarik posesif seorang Lily dan memandang tak suka pada lelaki di depannya."Anda bisa bangun sendiri kan, Dokter?" tanya Nicho ketus.Ya, lelaki yang di tabrak Lily tak lain adalah Zico.Zico tersenyum dan bangkit. "Aku tidak apa apa. Jangan khawatir."Nicho memegang tangan Lily dan menariknya pelan. "Ayo kita pulang!"Zico menatap gadis yang di panggil Lily dan tersenyum."Jadi gadis itu yang kamu sukai ya, Nicho? Saudara kembar Lila. Terlihat menarik sekali dan aku penasaran dengan hubungan asmara kalian," lirih Zico.Lily duduk dengan kesal di mobil Nicho. Di tengah perjalanan, Nicho memulai pembicaraan. "Lily, jangan dekat dekat dengan Dokter tadi. Dia penuh dengan misteri."Lily memandang Nicho, merasa tertarik dan penasaran. "Misteri apa yang dia punya?""Aku bila

  • Gelora berbahaya Kakak   40. Melihat adegan romantis

    "Apa maksud Kakak?" tanya Lily, meski dia tahu ke mana arah pembicaraan Nicho saat ini.Cup.Nicho mencium bibir Lily sekilas."Anggap ini ciuman terakhir kita sebelum aku kembali ke Kanada. Dan aku tak akan memintamu lebih dari ini tanpa izin darimu."Lily menunduk, mencerna semua ucapan Nicho. Benar apa yang dikatakan Nicho, meski saat ini mereka sama sama menginginkannya demi menyalurkan hasrat terpendam namun mereka harus menghadapi akibat yang akan terjadi. Hubungan mereka cukup rumit. Meski mereka terjang dan mempunyai anak dari hasil hubungan mereka, akankah orang tuanya setuju? Akankah mereka bisa bersatu?Semua sudah dipikirkan secara matang oleh Nicho sehingga dia berkali kali mengakhiri adegan panas ini meski tak dipungkiri hasrat bercinta sedang di puncak dan menggebu-gebu, ingin merasakan lagi tubuh Lily. Nicho kembali melajukan mobil tanpa berbicara apapun. Hanya ada keheningan di antara mereka.Sampai di Villa pun mereka terus diam.'Tidak, tak boleh seperti,' batin Lil

  • Gelora berbahaya Kakak   41. Ancaman Marco

    "Apa?"Lily melotot, mendengar ucapan kakaknya yang sangat vulgar dan mesum."Mau tidak?""No."Lily menggeleng pasti.Mengingat terakhir kalinya Lily melihat adegan panas orang tuanya, tubuhnya langsung bereaksi aneh, sukses membuatnya bergidik ngeri.Lily pergi meninggalkan Nicho yang tersenyum smirk. Menghempaskan tubuh lelah pada kasur empuknya. Tiba tiba ….BipSebuah pesan masuk, seketika Lily melotot membaca pesan tersebut.{Lily, nanti jam 23.00 aku akan masuk lewat balkon. Jangan kunci dinding kacanya. Ok.}"Dasar Nicho gila. Aku tak akan membuka pintu balkon untukmu," umpat Lily.Detik berikutnya pesan terhapus. Nicho sengaja menghapus pesan takut jika ada yang membacanya.Nicho tersenyum melangkahkan kaki dan ingin tidur siang sejenak.Di tempat lain.Alex telah mendengar kabar jika Lila keluar Rumah Sakit.Peluang bertemu semakin kecil mengingat Lila dilindungi Marco dan Nicho.Dirinya harus mencari cara agar bisa bertemu sang pujaan hati."Apa aku culik saja dia?" gumam

  • Gelora berbahaya Kakak   42. Pergi

    Tok, tok, tok.Ketukan kaca tebal mengusik tidur Lily.Dirinya mengerjap dan mendapati Nicho berdiri di balkon.Lily berjalan mendekat dan membuka kunci pintu kaca.Srekh.Kaca bergeser, menampakkan sosok cantik meski rambut acak acakan.Cup."Kenapa lama sekali membuka pintunya? Aku kedinginan."Nicho segera masuk setelah mencium bibir Lily sekilas. Lily segera menutup dan mengunci serta menggeser tirai."Kenapa Kakak ke sini?" tanya Lily berbisik, duduk berdua di kaki ranjang.Meski kamar Lily kedap udara namun tetap saja dirinya takut orang tuanya memergokinya."Aku menunggu dari tadi namun Daddy dan Mommy tak berolahraga malam, mungkin mereka lelah."Lily memutar bola mata jengah. Bisa bisanya Nicho datang larut malam hanya menceritakan tentang pengintaian orang tuanya."Lily, bagaimana kalau kita saja yang berolahraga malam?" tanya Nicho mendekatkan tubuhnya.Lily segera menggeleng tegas. Memilin piyama, merasakan gugup yang tak terkira. 'Bagaimana jika Nicho memaksa dan aku tak b

  • Gelora berbahaya Kakak   43. Enggan pergi

    Emph.Nicho menarik masuk Lily ke dalam bilik dan mencium Lily penuh cinta. Disesap lagi bibir candu yang sebentar lagi tak dirasakan.“Ah, kakak.”Nicho menyesap leher jenjang dan memberi tanda kepemilikan di sana membuat Lily merasakan debaran gairah.Nicho menutupi leher Lily dengan Sweater.“U’ re my mine."“Eph.”Nicho kembali menciumnya. Merapatkan tubuh yang kini dibakar api gairah. Jika tak memegang janjinya sendiri, saat ini Nicho pasti mengungkung Lily di sini. Dengan terpaksa Nicho melepas pagutannya. Jam tangan menunjukkan tinggal lima menit lagi waktu yang dimiliki.“Aku harus pergi Lily.”Cup.Nicho mengandeng Lily keluar toilet wanita bersama. Mententeng koper yang ditinggal di luar toilet.“Aku pergi!”Nicho tersenyum bahagia, memakaikan topinya pada kepala Lily dan membenarkan sweaternya. Sedangkan Lily hanya mengangguk, memaksakan senyum dan merelakan kepergian Nicho. Saat Nicho berbalik menyeret koper, tiba tiba ....Plak.Tamparan keras menyapa pipi mulus Nicho ta

Bab terbaru

  • Gelora berbahaya Kakak   49. 11 tahun lalu

    “Saat kalian berpamitan untuk pergi ke Italy?”Dilon mengangguk membenarkan.Flashback 11 tahun yang lalu.“Ayo Dilon kita bersiap pergi sebelum ayahmu, Bastian menemukan kita,” ucap Sienna mengepak barangnya tergesa. Dilon yang bingung tetap mengikuti perintah ibunya, membawa barang barang miliknya. Saat memandangi fotonya bersama Sienna dan seorang lelaki memakai emblem putih, Dilon menitihkan air mata dan menyabet poto tersebut, memasukkan ke dalam tas ranselnya.Sienna dan Dilon pergi ke kediaman Brams untuk berpamitan, sebelumnya Sienna sudah menghubungi semua anggotanya untuk berkumpul di kediaman Brams termasuk Alexa dan Diego serta anaknya.“Maaf aku mengundang kalian untuk berkumpul secara mendadak,” ucap Sienna membuka pembicaraan.“Ada apa Sienna, kenapa mendadak sekali. Bukankah suamimu baru saja meninggal dan dikuburkan kemarin? Hah?” tanya Sarah yang tak terima keputusan Sienna.Sienna sungguh ingin mengatakan alasannya namun dia tak bisa, ada nyawa Dilon yang dipertaruh

  • Gelora berbahaya Kakak   48. Malam panjang bersama Alex

    Di tempat persembunyian Alex.“Alex, Alex. Di mana kamu?”Marco datang sendirian mencari Lila. Namun tak ada seorang pun di sana.Saat hendak berbalik, ada dua bodyguard muncul. “Anda mencari tuan Alex?”“Ya, di mana Tuan kalian, aku ingin memberinya pelajaran karena menculik anakku.”“Dia ada di suatu tempat dan sedang merekamnya untukmu.”Pengawal memberi tanda pengawal lain untuk menekan tombol live.“Ah, ah, yes ah.”“Damn it,”Plak. Plak.Di layar memperlihatkan Alex mengungkung Lila dan Lila menikmatinya.“Astaga!”Ponsel segera dijauhkan dari Marco.Marco tercengang, menutup mulut tak paham dengan yang Lila lakukan. “Di mana anakku? Di mana mereka saat ini?” tanya Marco berapi-api, tangannya mengepal hingga urat nadi kelihatan.“Tunggu saja di rumah, pak Tua. Besok anakmu akan pulang dengan sendirinya dalam keadaan sehat tak kekurangan apapun dan mungkin saja dia membawa bonus cucu untuk Anda, ha, ha, ha.” Ejek salah satu pengawal.“Kurang ajar kalian! Aku tak akan membiarkan k

  • Gelora berbahaya Kakak   47. Obat laknat itu lagi.

    “Ada Dokter di sekap di dalam?” teriak Lily membuat satpam dan perawat datang mengerumuni.“Ada apa?” tanya satpam.“Ada Dokter diikat di dalam dan pintunya terkunci.”Satpam tersebut segera mencari kunci cadangan semua pintu dan berhasil membuka pintunya.Ceklek.“Dokter.”“Apa yang terjadi? Di mana Lila, anakku?” tanya Catlyn.Lily sibuk membuka lakban dan ikatan di tangan dan kaki Zico.“Maaf Nyonya, aku tadi baru ingin bertanya keluhan Nona Lila, tiba-tiba ada yang membekam Nona Lila berbarengan dengan orang memukul kepalaku sehingga aku tak sadarkan diri.”“Oh my God,” lirih Catlyn.“Jadi Lila diculik? Siapa yang menculiknya?” tanya Lily sedangkan Catlyn sudah menangis histeris dan menghubungi sang suami.[Halo sweety. Ada apa?][Marco, Lila. Lila diculik?][Apa? Di mana kalian sekarang?][Kami di rumah sakit.][Kamu tenang sweety, aku akan menyelamatkan Lila, pasti Alex pelakunya.][Entahlah Marco, aku sungguh bingung saat ini, hiks hiks.][Kamu tenang dan pulanglah! Aku akan me

  • Gelora berbahaya Kakak   46. Lila menghilang

    "Jadi Mommy melihat tanda di leherku?"Lagi lagi Catlyn mengangguk.Sebenarnya Catlyn ingin sekali menanyakannya pada Lily, tapi melihat anaknya demam tadi, diurungkannya. Ibu mana yang tega melihat anaknya sakit, tapi masih bertanya tentang hal itu? Seolah mengorek privasinya."Maaf mommy," lirih Lily tertunduk."Mommy tahu karena mommy juga pernah muda, tapi ...."Lily menggeleng."Semua tak seperti yang Momny bayangkan."Catlyn mengangguk dan mengelus pundak Lily pelan. "Kamu sudah dewasa, Sayang. Kamu pasti bisa membedakan mana cinta dan mana nafsu. Namun, untuk saat ini fokuslah pada siapa lelaki yang merenggut kesucianmu. Setelah itu kamu baru bisa melanjutkan hidupmu. Jika tidak, kamu akan dibayang-bayangi rasa bersalah terhadap kekasihmu saat ini.""Terima kasih, Mommy," ucap Lily sambil memeluk tubuh ibunya."Sudah-sudah, tidurlah."Lily pergi ke kamar dengan perasaan lega, seperti ada batu yang dari tadi menghimpitnya dan kini batu itu menghilang sehingga hidupnya terasa san

  • Gelora berbahaya Kakak   45. Naluri seorang Ibu

    "Ada apa?”Marco melihat Lily sekilas. “Apa Lily sakit?”Catlyn menempelkan punggung tangan di kening Lily. “Astaga, panas sekali. Lily demam.”Marco segera mengambil se-baskom air dingin dan waslap.“Biar aku saja sweety, aku akan mengganti pakaiannya dulu,” ucap Catlyn mengambil alih baskom di tangan Marco.“Baiklah jika itu maumu. Aku akan kembali ke Kantor. Nanti kabari aku jika demam Lily sudah mereda. Ok.”“Cup.”Marco mencium kening Catlyn dan pergi meninggalkan kamar Lily.Catlyn segera melepas sweeter, tanktop dan jeans yang dipakai Lily. Dengan perasaan campur aduk, Catlyn memakaikan piyama di tubuh Lily.“Kakak.”“Kakak.”Lily mengingau memanggil manggil kakak.“Kakak!?”Catlyn semakin cemas. Takut terjadi sesuatu pada Lily. Dengan telaten Catlyn mengompres, berharap buah hatinya segera membaik dan demamnya segera menghilang.“Lily kenapa, Mom?” tanya Lila mendekat.“Dia demam.”Catlyn sengaja memakaikan baju tidur dan mengancingkan bagian atas agar bekas gigitan tak terlih

  • Gelora berbahaya Kakak   44. Kissmark

    "Kamu menghubungi siapa? Katanya pusing malah sibuk main ponsel," ejek Lila.Dengan terpaksa Lily mematikan ponselnya dan bersandar pada jok mobil serta memejamkan mata. Marco dan Catlyn menengok sekilas, mendengar ocehan Lila.Di tempat lain.Nicho menunduk. "Saat itu Alex telah memberinya obat perangsang dan hampir memperkosa Lily. Aku hanya berniat menolong Lily sebagai adikku namun aku kalah, aku kalah saat dia menyerangku akibat obat laknat itu. Akalku tak bisa menolaknya. Saat dia bergerak seperti cacing kepanasan, butuh pelampiasan, aku tak sanggup melihatnya. Terlebih dia bukan adik kandungku. Jika saja dia adik kandungku, mungkin aku akan memukulnya agar dia pingsan saja."Nicho meneteskan air mata. Dia punya alasan untuk melakukan hal hina itu dan setidaknya dia sudah menceritakan alasannya.Akh."Aku menyesal Ayah?""Menyesal pun tak ada gunanya. Nasi sudah menjadi bubur. Sekarang kamu harus bersiap menghadapi Marco dan kekecewaan Catlyn serta kebencian dari Lily.""No Ayah

  • Gelora berbahaya Kakak   43. Enggan pergi

    Emph.Nicho menarik masuk Lily ke dalam bilik dan mencium Lily penuh cinta. Disesap lagi bibir candu yang sebentar lagi tak dirasakan.“Ah, kakak.”Nicho menyesap leher jenjang dan memberi tanda kepemilikan di sana membuat Lily merasakan debaran gairah.Nicho menutupi leher Lily dengan Sweater.“U’ re my mine."“Eph.”Nicho kembali menciumnya. Merapatkan tubuh yang kini dibakar api gairah. Jika tak memegang janjinya sendiri, saat ini Nicho pasti mengungkung Lily di sini. Dengan terpaksa Nicho melepas pagutannya. Jam tangan menunjukkan tinggal lima menit lagi waktu yang dimiliki.“Aku harus pergi Lily.”Cup.Nicho mengandeng Lily keluar toilet wanita bersama. Mententeng koper yang ditinggal di luar toilet.“Aku pergi!”Nicho tersenyum bahagia, memakaikan topinya pada kepala Lily dan membenarkan sweaternya. Sedangkan Lily hanya mengangguk, memaksakan senyum dan merelakan kepergian Nicho. Saat Nicho berbalik menyeret koper, tiba tiba ....Plak.Tamparan keras menyapa pipi mulus Nicho ta

  • Gelora berbahaya Kakak   42. Pergi

    Tok, tok, tok.Ketukan kaca tebal mengusik tidur Lily.Dirinya mengerjap dan mendapati Nicho berdiri di balkon.Lily berjalan mendekat dan membuka kunci pintu kaca.Srekh.Kaca bergeser, menampakkan sosok cantik meski rambut acak acakan.Cup."Kenapa lama sekali membuka pintunya? Aku kedinginan."Nicho segera masuk setelah mencium bibir Lily sekilas. Lily segera menutup dan mengunci serta menggeser tirai."Kenapa Kakak ke sini?" tanya Lily berbisik, duduk berdua di kaki ranjang.Meski kamar Lily kedap udara namun tetap saja dirinya takut orang tuanya memergokinya."Aku menunggu dari tadi namun Daddy dan Mommy tak berolahraga malam, mungkin mereka lelah."Lily memutar bola mata jengah. Bisa bisanya Nicho datang larut malam hanya menceritakan tentang pengintaian orang tuanya."Lily, bagaimana kalau kita saja yang berolahraga malam?" tanya Nicho mendekatkan tubuhnya.Lily segera menggeleng tegas. Memilin piyama, merasakan gugup yang tak terkira. 'Bagaimana jika Nicho memaksa dan aku tak b

  • Gelora berbahaya Kakak   41. Ancaman Marco

    "Apa?"Lily melotot, mendengar ucapan kakaknya yang sangat vulgar dan mesum."Mau tidak?""No."Lily menggeleng pasti.Mengingat terakhir kalinya Lily melihat adegan panas orang tuanya, tubuhnya langsung bereaksi aneh, sukses membuatnya bergidik ngeri.Lily pergi meninggalkan Nicho yang tersenyum smirk. Menghempaskan tubuh lelah pada kasur empuknya. Tiba tiba ….BipSebuah pesan masuk, seketika Lily melotot membaca pesan tersebut.{Lily, nanti jam 23.00 aku akan masuk lewat balkon. Jangan kunci dinding kacanya. Ok.}"Dasar Nicho gila. Aku tak akan membuka pintu balkon untukmu," umpat Lily.Detik berikutnya pesan terhapus. Nicho sengaja menghapus pesan takut jika ada yang membacanya.Nicho tersenyum melangkahkan kaki dan ingin tidur siang sejenak.Di tempat lain.Alex telah mendengar kabar jika Lila keluar Rumah Sakit.Peluang bertemu semakin kecil mengingat Lila dilindungi Marco dan Nicho.Dirinya harus mencari cara agar bisa bertemu sang pujaan hati."Apa aku culik saja dia?" gumam

DMCA.com Protection Status