Nicho sungguh kesal, meninggalkan Dilon yang terpaku atas sikap sahabatnya. "Mengaku saja jika kamu ingin menyesal nanti," teriaknya.Meski mendengar, Nicho sama sekali tak menggubris nasehat Dilon. Setelah sampai parkiran dan masuk mobil, dia berusaha berpikir ulang dan mengakui jika memang benar ucapan Dilon. Nicho bingung dan tak tahu harus ke mana. Dirinya memutuskan pergi ke Club milik temannya."Apa ada masalah kawan sampai sampai siang bolong begini kamu ke sini.""Aku lagi ada banyak masalah.""Oh benarkah? Apa mau segelas beer?"Nicho memandang Ken, sahabatnya sekaligus pemilik Club."Hanya satu gelas Ken, aku tak mau lebih," jawab Nicho.Ken memberikan segelas beer dan Nicho meminumnya hingga tandas, memikirkan cara untuk mengatasi masalah Lily."Aku ingat Nicho, kemarin adikmu datang ke sini menemui artis terkenal, Alex.""Apa?""Iya, aku tahu jelas bahwa dia adikmu meski memakai topi dan masker. Itu …, adikmu yang suka berdandan," ucap Ken sambil mengingat siapa namanya.
"Selamat malam Tuan, Nyonya," ucap seseorang masuk ruang tamu.Nicho berjalan pelan menuruni tangga melihat detail bagaimana berinteraksi dengan keluarganya.Alex melirik Lila dan Lily, mengulurkan tangan pada Marco namun tangannya mengayun di udara tanpa ada sambutan dari Marco."Aku tak ingin bertele tele, to the point saja. Apakah kamu yang memberi obat perangsang pada anakku Lily?" selidik Marco."Em, itu.""Jawab ?" teriak Marco."I- iya Tuan Marco," lirih menunduk sedikit takut.Plak.Darah segar keluar dari sudut bibir ."Tamparan ini karena kamu mengusik kehidupan anakku, memberi obat padanya."BughMarco memukul keras perut Alex."Pukulan itu karena kamu berani menunjukkan batang hidungmu kepadaku seolah kamu menantangku."Tak ada yang berani menghentikan tindakan Marco. Semua hanya tercengang memandangnya."Aku sangat membencimu, sebagai lelaki kamu tak bisa menghormati dan menjaga martabat seorang wanita, sungguh bajingan, kamu."Marco kalap, tatapan nyalang, dadanya kemb
Terkadang jarak antara cinta dan benci sangatlah tipis, sangat sulit membedakannya. Jika cinta bisa menjadi benci. Apakah benci bisa menjadi Cinta?Semua itu hanyalah kuasa Tuhan, sang maha pembolak balik hati manusia.Setelah kepergian Alex, Lila melangkahkan kaki hendak pergi ke kamar."Mau ke mana kamu Lila?""Aku lelah Dad," ucap Lila sedikit membentak Marco."Duduk. Aku belum memberimu pelajaran bagaimana bersikap baik dan benar," perintah Marco.Dengan berat hati, Lila menyeret kaki yang terpaku di tangga untuk duduk di samping Catlyn.Catlyn mencoba memeluk untuk memberi dukungan dan memberitahukan jika dia netral dan berlaku sama terhadap anak anaknya namun tangannya ditampik Lila dengan kasar.Melihat hal itu, Marco semakin kesal kepadanya. "Lila, sebagai hukumanmu. Daddy akan menghentikan kuliahmu selama satu tahun.""Whats??!"Semua tercengang mendengar ucapan Marco."Sweety," ucap Catlyn mencoba menengahi namun Marco menggeleng, pertanda jika keputusannya sudah bulat dan
"Bertemu Cella?""Tentu saja, Son."Nicho mengangguk lemah dan pamit tidur. "Aku pergi tidur dulu."Nicho berjalan menuju kamarnya. Saat di depan kamar Lily, Nicho ingin masuk dan mengucapkan selamat malam namun Marco menyusulnya dari belakang membuat Nicho mengurungkan niat, terus berjalan menuju kamarnya.Marco masuk ke kamar Lily dan mengecup keningnya. Memberi ciuman pengantar tidur. Dirinya merasa bersalah pada Lily.Setelah itu Marco ke kamar Lila. Ditatap penuh penyesalan karena memberi keputusan yang begitu berat untuk Lila.Nasi sudah menjadi bubur dan Marco tak bisa mengubah keputusannya. Mungkin memang ini jalan yang terbaik agar Lila berubah.Marco mencium kening Lila cukup lama dan berkata, "maafkan Daddy sayang. Daddy sungguh tak bermaksud menyakiti hatimu. Daddy lakukan ini untuk kebaikanmu. Aku menyayangimu."Marco bangkit dan merapikan kamar Lila yang berantakan. Mendengar ucapan sang Ayah, Lila menitihkan air mata. Ya, Lila tidak tidur. Dia berpura pura tidur dan men
Lila berpamitan ke toilet namun hampir 30 menit, dia tak ada keluar. Wilson mulai khawatir dan mencoba mendobrak pintu toilet. Setelah tiga kali tendangan, engsel rusak dan pintu terbuka.Brakh"Brengsek."Wilson telah terkecoh, tak mendapati Lila di dalam toilet. Hal itu membuatnya sungguh kesal.Saat Wilson hendak berbalik, seseorang mengayunkan sesuatu kepadanya.BughAkh.Wilson merasakan darah mengucur dari kepala belakang. Detik berikutnya, tak sadarkan diri.Lelaki yang memukul Wilson menghubungi seseorang. Lila menerima panggilan dan segera mengangkat telepon dari orang suruhannya.[Halo Nona, aku sudah membereskan sesuai perintah.][Terima kasih atas bantuanya.]Panggilan terakhir."Siapa sayang," tanya Alex mendekat dan memeluk Lila dari belakang, mencium tengkuk wanitanya."Wilson, disuruh Mommy untuk mengawasi aku, tapi itu tak penting sekarang. Alex, apa rencana yang akan kamu sampaikan? Aku tak punya banyak waktu," ucap Lila setelah berhasil mengecoh seorang Wilson.Lila
"Hentikan!!!" teriak Ken masuk kedalam kamar hotel tempat Alex dan Lila berada. Setelah dihubungi Nicho untuk meminta bantuannya menolong Lila, Ken segera menuju hotel milik temannya.Dan syukurlah Ken datang tepat waktu.Beruntung sekali Nicho punya ide dan koneksi yang cukup luas sehingga Lila bisa ditolong saat ini. Sedangkan Nicho dan Marco perjalanan menuju Amerika dan butuh waktu untuk mencapai hotel tersebut."Jadi ada dewa penolongmu juga Lila? Sama seperti Lily waktu itu," ucap Alex melirik Lila penuh kebencian."Jika kemarin aku kalah, akan aku pastikan saat ini aku tak akan kalah."Ken memandang Lila yang terlihat polos. "Kau seorang publik figur tapi kelakuanmu sungguh biadab," ucap Ken marah."Memang kamu siapanya Lila? Kekasihnya?"Ken diam seribu bahasa."Lila itu kekasihku jadi terserah aku mau melakukan apapun sesukaku," imbuhnya.Alex berjalan mendekati nakas dan menekan tombol merah di sana. Ken melihatnya dan tak tahan lagi, segera Ken mendekat dan melayangkan tinju
"Apa?"Catlyn dan Lily sontak berteriak, takut salah dengar dengan apa yang diucapkan Marco."Ya, dia tak menjalani pemotretan melainkan pergi ke hotel, entah menemui siapa?" ucap Nicho sedikit kesal dengan adiknya yang berbohong."Apa?""Lalu Wilson?" tanya Catlyn."Mommy menyuruh Wilson mengantarmu kan Lila, di mana dia?" tanya Lily bingung.Catlyn mendekati Lila dan menggoncangkan tubuhnya. "Jangan bilang kamu menipu Wilson dan melarikan diri darinya, Lila!?""Hiks hiks."Lila tak mampu menjawabnya, hanya tangisan yang keluar dari bibir lebamnya."Oh God," ucap Catlyn putus asa, mengacak rambutnya. Lily merasa bersalah dan memeluk Catlyn dari samping. "Mommy, maafkan aku maupun Lila, Mom. Semua sudah terjadi, kita cari jalan keluarnya saja, ya?" ucap Lily pelan."Meski kita tanya siapa pelakunya saat ini pun percuma. Lila masih sangat syok, dari tadi dia hanya menangis dan terus menangis," lirih Marco putus asa."Aku menemukan sesuatu di sana, bagaimana jika kita melihatnya?" tawar
"Aku akan melepaskan Ken tapi, kamu tak boleh melaporkan aku ke polisi," jelas Alex."Baiklah, perjanjian yang cukup adil," jawab Nicho. Padahal dia mempunyai rencana setelah menyelamatkan Ken, dia akan tetap memasukkan Alex ke penjara.Alex tertawa, "aku tahu akal busukmu Nicho. Setelah ini kau akan tetap memasukkan aku ke penjara dengan bukti yang kau temukan."Nicho terkejut sedangkan Alex duduk seperti seorang raja di kursi single miliknya. "Aku tahu, ayahmu punya kartu As ku tapi jangan salah, aku juga mempunyai kartumu. Aku tahu siapa yang meniduri Lily," ucap Alex penuh percaya diri."Siapa?" tanya Nicho penasaran siapa yang dituduh Alex."Kamu?""Apa?""Ya, kamu lah orangnya, Nicho.""Hahahaha, apakah kamu punya bukti tentang hal itu? Mana mungkin seorang kakak tega meniduri adiknya sendiri?""Aku punya buktinya. Dan lihat saja jika kamu membuka kartuku, aku akan membuka kartumu. Bagaimana, deal bukan?""Apa!?"Nicho terkejut, wajahnya pias. Dia tak bisa mengelak lagi.Rahasia
"Hah?"Lily melongo, pikirannya sudah melayang kemLily mLily ternyata sang kakak malah mengucapkan keinginan yang jauh dari pemikirannya.Matanya memerah, ingin sekali menangis."Hiks, hiks, hiks."Nicho kebingungan mendapato Lily menangis saat ini."Hei, kenapa menangis?""Minggirlah, tubuhmu sangat berat"."Srekh."Lily mendorong tubuh dan duduk berpaling dari Nicho.Nicho menopang tubuhnya dengan lengan agar tak oleng."Hei, kamu marah Lily?"Lily hanya terdiam, duduk membelakangi membuat Nicho bangkit dan memeluk Lily dari belakang."Maaf sayang."Nicho menghela nafas berat seolah menahan sesuatu.Hal itu dapat Lily rasakan saat sesuatu menonjol menyentuh belakang tubuhnya."Aku begitu menginginkannya Lily, menjamah tubuh ini," ucap Nicho kembali menghirup ceruk leher beraroma lily blossom itu."Tapi ,..."Lily menoleh pada Nicho membuat Nicho tersenyum dan mencium pipi Lily."Cup.""Tapi aku tak mau memaksamu. Bukankah kamu juga sudah berjanji kepada Daddy bisa menjaga diri terma
Marco terkejut bukan main mendengar ucapan lantang dari Zico, antara shock dan tak siap memberi jawaban kepadanya. "Maaf dokter Zico, aku tak mengerti maksud Anda.""Aku merasa simpati kepada Lila dan aku ingin berbagi kesedihan dengannya," jelas Zico.Marco masih tak percaya jika Zico berani mengatakan hal seperti itu. "Maaf Dokter Zico, aku butuh waktu membicarakan hal ini kepada Lila dan istriku.""Benarkah, Tuan Marco? Anda mau mempertimbangkannya?"Marco tersenyum. "Aku akan mempertimbangkannya.""Terima kasih Tuan Marco."Dokter Zico pergi meninggalkan Marco. Dirinya tersenyum smirk di dalam mobil. "Sedikit lagi, aku akan mendapatkanmu, Lila," ucap Zico merasa senang.Kira-kira siapakah Zico? Dan apa tujuan dia datang di kehidupan Lila? "Sweety, tahukah kamu apa yang dikatakan Zico kepadaku tadi?" ucap Marco menghampiri sang istri dan duduk di sampingnya."Dokter Zico bicara apa? Beritahu aku, Suamiku?""Dia bilang jika penyakit yang diderita Lila saat ini cukup parah. Dia memin
Lila terlihat sangat kurus, badannya lemas, tak terisi makanan sama sekali.Catlyn sangat sedih melihat Lila seperti ini. Dia sudah berusaha membujuk dan merayu Lila agar mau makan dan membuka dirinya. Namun, semua usahanya tak membuahkan hasil.Setelah memanggil Dokter Alexa dan Dokter Evelyn. Kini Catlyn berinisiatif memanggil Dokter Zico ke kediamannya. “Terima kasih Dokter Ziko, anda sudah mau datang ke sini,” ucap Catlyn saat Zico datang.“Aku melakukan ini sesuai permintaan Anda, Nyonya,” jawab Zico santun dan ditanggapi secara welcome dari Catlyn. “Baiklah. Bisa Anda tunjukkan di mana Nona Lila berada?”“Dia berada di kamar.”Zico dan Catlyn berjalan beriringan menuju kamar Lila. Catlyn menyukai sikap santun dari Zico. Lelaki yang begitu sempurna untuk menjadi menantu. Namun entahlah, hanya Tuhan yang mempunyai kehendak menjodohkan anaknya, Lila dengan siapa dan Lily dengan siapa, nantinya.“Lila.”Catlyn masuk kamar, diiringi Zico di belakangnya.“Ada Dokter Ziko menjengukmu.
"Benarkah itu, Kak?""Tentu saja Lily. Kamu suka?"Lily mengangguk antusias.Mereka menyusuri jembatan dengan tangan saling menggenggam. Nicho menyetir pelan, sesekali dia mencium punggung tangan Lily sedangkan Lily memandangi indahnya pemandangan laut dari atas jembatan.Lama perjalanan dan terasa bahagia, membuat waktu lebih cepat berjalan.Mereka tiba di tujuan sudah malam saja.Nicho sengaja mengajak Lily ke Rocky Mountain karena mereka satu hobi dalam hal ini yaitu sama-sama menyukai pegunungan yang mencakup wilayah seluas 4.830 kilometer dari British Columbia, Kanada hingga Meksiko tersebut.Aktivitas wisata yang bisa dilakukan saat berada di Rocky Mountain adalah :Memancing, Ski, Rafting, Arung jeram, Pendakian, Panjat tebing, Dan Berkuda.Nicho ingin naik Banff Gondola bersama Lily. Sebuah fasilitas wisata yang akan membawa para wisatawan ke spot terbaik Rocky.Duduk berdua menikmati indahnya pemandangan, pasti sangat romantis.Nicho berencana mengajak Lily melakukan semua itu
Boom.DuarMobil seketika meledak membuat Alex dan Wilson terpental. Untung saja ambulance segera datang dan membawa semua korban ke rumah sakit terdekat. Sepanjang perjalanan, Catlyn menangis, dirinya sungguh menyesal membiarkan Nicho menginap di desa."Cepat bawa anak ini ke ruang ICU!" perintah Dokter jaga.Nicho segera di bawa masuk dan mendapat penanganan medis. Baru lima menit berselang, dokter keluar ruangan dan meminta Catlyn mendonorkan darahnya untuk sang anak. “Kami butuh pendonor darah untuk anak Anda!”Catlyn menggeleng, membuat Wilson bertanya tanya. Ibu macam mana yang tak mau mendonorkan darah untuk anaknya yang sedang kritis."Maaf Dokter, darah saya tidak sama dengan Nicho," jawab Catlyn. Dia segera mendekati Wilson. "Wilson darah Nicho, Ab+, apakan kamu sama?" tanya Catlyn, membuat Wilson terkejut."I- iya darah saya Ab, Nyonya.""Syukurlah Wilson, aku mohon selamatkan Nicho, karena saat ini darah yang sama hanya Diego.""Diego?”Nicho yang mendengar pembicaraan ters
"A- apa maksudmu Nicho?"Nicho memandang laut lepas. "Sebenarnya aku adalah anak Diego yang diasuh Daddy and Mommy Catlyn sejak bayi karena ibu kandungku meninggal setelah melahirkanku.""Apa?" teriak Wilson. "Benarkah itu, Nicho?"Nicho mengangguk. "Apa kamu tidak ingat kejadian pada ulang tahunku saat umurku sepuluh tahun?""Sepuluh tahun?"Wilson berusaha mengingat masa di mana dirinya berperan penting dalam menyelematkan seorang Nicho dari maut.Ya, Wilson mengingat semuanya sekarang.Flashback 12 tahun lalu."Tolong!""Tolong!"Hal itu bermula saat Nicho ikut Alex pulang setelah menginap di rumah Dilon semalam."Nicho, ayo kita ke kota. Aku antar kamu pulang sekalian paman mau ke rumah sakit," ucap Alex setelah sarapan.Nicho dan Alex kemudian berpamitan kepada Sienna."Bibi di mana Dilon? sehabis sarapan aku tak menemukannya."Sienna memandang sekitar mencari keberadaan Dilon."Entahlah sayang mungkin dia di toilet. Kalian pergilah nanti aku bilang kepada Dilon," jawab Sienna ber
Evelyn datang dan memeriksa keadaan Lila, memberi kesaksian jika Lila mengalami tindakan kekerasan dari Alex.Marcosegera memerintahkan polisi menangkap Alex.Saat ini Alex sedang syuting terakhir filmnya. Baru saja merebahkan diri, Polisi datang dengan dua orang ajudannya, menemui seorang Alex.Mereka membawa surat perintah penangkapan atas kasus pelecehan seksual yang dilakukan Alex kepada Lila."Maaf, Tuan Alex, dengan berat hati kami harus menangkap Anda."Atas dasar apa kalian menangkapku?" tanya Alex."Atas pengaduan kasus kekerasan seksual yang Anda lakukan kepada saudara Lila."Alex tersenyum smirk dan berkata, "cepat sekali surat penangkapan ini datang kepadaku."Polisi mengkode ajudannya untuk segera menangkap Alex.Tanpa perlawanan, Alex membiarkan tangannya diborgol."Boss."John berusaha menghentikan aksi ajudan dengan menarik tubuh mereka."Biarkan saja mereka menangkapku John. Kamu tenang saja, Aku tak akan lama ditahan di sana," ucap Alex penuh kesombongan.Alex dibawa
Catlyn tersadar dari pingsan."Di mana aku?"Auwh.Catlyn mengaduh, merasakan sakit kepala yang begitu hebat."Tenanglah Catlyn. Kamu ada di rumah sakit milikku," ucap Alexa.Bertahun tahun bekerja di rumah sakit orang lain, Alexa ingin membangun rumah sakit miliknya sendiri. Dan hal itu diwujudkan seorang Diego belum lama ini."Alexa?""Iya." Alexa tersenyum mendekat. "Ada orang yang menemukanmu pingsan di mobil dan segera membawa ke rumah sakit terdekat yaitu rumah sakit milikku. Tak kusangka wanita itu adalah kamu Catlyn.""Lila," lirih Catlyn mengingat kejadian yang menimpa anaknya."Lila? Ada apa dengan Lila?" tanya Alexa bingung."Seseorang telah menculik Lila. Bagaimana, ini?"Catlyn mencari ponselnya, ingin menghubungi Marco. Namun, Alexa menghentikan aksinya."Alexa, ada apa denganmu? berikan ponselku. Aku ingin menghubungi suamiku."Alexa menggeleng. "Catlyn, dia sedang meeting penting bersama suamiku. Kamu istirahat saja. Setelah meeting, aku akan menghubungi Diego."Catly
2 minggu sebelumnya.Lila pergi kontrol rutin di rumah sakit. Dokter yang kini menanganinya adalah Evelyn, spesialis kandungan dan juga psikolog.Lila diantar Catlyn ditemani 4 buah pengawal baru dan tak begitu dekat dengan Catlyn karena Wilson menemani Lily berangkat ke Kanada.Marco sendiri sedang ada meeting di London bersama Diego, sang asisten.Alex yang mendengar kabar tersebut tak menyia-nyiakan kesempatan emas ini.Dia segera mengerahkan anak buahnya untuk menghadang Lila."Aku telah memeriksa organ intim Anda dan hasilnya sudah normal, Lila. Satu hal yang harus Anda tahu, tolong jangan dibuat berhubungan badan dahulu. Rasa sakit saat bersenggama akan terjadi. Bisa juga timbul masalah baru nanti jika Anda tetap memaksa berhubungan badan," jelas Evelyn.Lila hanya diam, menyimak semua penjelasan Evelyn. Sedangkan Catlyn berkonsultasi banyak hal kepada Dokter cantik itu. Mengeluarkan semua unek-unek dan ketakutannya saat ini.Evelyn memandang Lila sekilas dan mendekatinya. "Lila