"Apa yang terjadi? di mana Lila?" tanya Lily tak mendapati Lila di sekitarnya."Dia dibawa pergi Nicho ke Rumah Sakit. Semoga tak terjadi apa apa dengannya. Kamu bagaimana? baik- baik saja?"Lily mengangguk pelan. Catlyn sungguh bingung dan cemas. Dua anaknya mengalami hal berat bersamaan.Rumah sakit.Nicho berlari membopong adiknya saat tiba di Rumah Sakit terdekat. Dia menerobos masuk seperti orang gila demi mendapatkan penanganan sang adik. "Dokter! Tolong! Siapapun tolong selamatkan adikku," teriak Nicho.Semua perawat IGD berlari mendekat. Ada Dokter pria muda berjalan menghampiri. Kebetulan dia sedang senggang. "Apa yang terjadi?"Nicho melihat lelaki memakai emblem putih tersebut dan segera mendekatkan diri. "Dokter tolong adikku, dia melakukan percobaan bunuh diri. Tolong selamatkan dia.""Apa?"Dokter itu melihat darah merembes dari tangan Lila meski sudah di balut kain oleh Nicho. "Bawa masuk ke ruang bedah. Cepat!"Lila segera dibawa masuk dengan cepat untuk ditangani Dokt
Marco merasa jika Zico mengetahui rahasia besar yang telah lama ia simpan. Tentu saja tidak mudah membohongi seorang dokter sehingga Marco tak punya pilihan lain selain mengatakan sejujurnya. "Ya, Nicho bukan anak kandungku. Dia anak angkat yang sudah aku anggap seperti anakku sendiri, darah dagingku.""Oh begitu rupanya.""Dokter, tolong jangan bicarakan ini kepada siapapun. Janji?"Zico tersenyum dan mengangguk pelan. Setelahnya, mereka sibuk dengan pikiran masing masing.***Alex sudah mendengar kabar jika Lila dirawat di rumah sakit terdekat dari rumah Lila.Dia sengaja memasang mata mata untuk memberi informasi tentang gerak gerik keluarga Marco. "John, atur sebaik mungkin agar aku bisa menemui cintaku nanti malam," perintah Alex kepada kepala pengawalnya."Baik Boss. Anda tenang saja. Kalau perlu aku bisa menculik nona Lila untukmu."Alex menatap marah pada John. "Kamu tidak tahu sekuat apa pengaruh keluarga Marco? Tidak, tidak. Aku tidak mau mereka semakin membenciku."Alex akan
"Lily, apa kamu sudah mengingat wajah lelaki itu?"Lily menggeleng.Nicho memandang Lily meminta kejelasan jawabannya. "Sekuat apapun aku mengingatnya, aku sama sekali tak bisa mengingatnya," jawab Lily mendongak, menyandarkan kepalanya pada Nicho, membuat Nicho berpaling dan bisa bernafas lega."Dari ingatan itu, aku bisa menyimpulkan jika lelaki itu tak berniat mendapatkan kepuasan tubuhku saja.""A-apa maksudmu?"Lily memejamkan mata. "Dari caranya melepasku dan tak ingin menyakitiku, mungkin dia hanya ingin membebaskanku dari efek obat laknat itu dan akulah yang meminta lebih. Benar begitu kan kak?" ucap Lily memandang Nicho yang berpaling darinya.Lily melepaskan pelukan Nicho dan berbalik memandang sang kakak."Kak, lihatlah aku!"Nicho bergeming."Jawab pertanyaanku?"Nicho tak menjawab melainkan mencium bibir Lily dan melumatnya pelan. Lily melotot namun tak menolak ciuman yang Nicho berikan. Lily sibuk dengan perasaannya sendiri saat ini. Hatinya ingin menolak namun tubuhnya
"Kau sudah gila ya, Nicho," ucap lelaki itu penuh Amarah."Kamu pikir dengan begitu, Lily akan berlari menyelamatkanmu seperti kisah Rose yang mencari Jack di sela dinginnya kepingan es batu?"Nicho memandangi bintang yang tak nampak sama sekali karena hujan baru saja mereda.Nicho sibuk menetralkan napas, memandang penuh kebencian. "Apa aku salah, Ayah? Aku sungguh mencintai Lily."Air mata seketika jatuh dari sudut matanya."Nicho, bangunlah. Ayah akan membawamu ke tempat yang bisa menghangatkanmu," ucap Diego mengalihkan pembicaraan.Nicho menggeleng. "Aku akan tetap di sini. Ada Lily yang menghangatkan hatiku, Ayah.""Jangan bodoh Nicho, cintamu tak akan berjalan dengan baik. Percayalah pada Ayah. Semua tak akan setuju dengan kisah cinta kalian."Nicho yang semula duduk, tiba tiba berdiri. "Aku akan membawa Lily pergi jauh dari sini. Aku akan menculik dan membawanya kabur. Ya aku akan melakukannya," ucap Nicho penuh semangat."Lalu apa yang kamu dapatkan? Cinta? Itu tak akan terja
Alex mendekati Lila, berbisik sambil menggigit telinga. Memberinya sentuhan memabukkan."Kamu tahu Lila, dirimu terlalu indah untuk dibuang setelah kujamah."Lila sungguh tak mempunyai tenaga untuk menolak Alex. Badannya yang kecil tak sebanding dengan kekuatan Alex."Akh, ini membuatku gila," puji Alex atas rasa candu yang menggebu. "Kita mulai saja ya. Tak akan ada yang tahu jika kamu bersamaku Ale."Tangan kekar Itu mengelus pipi mulus Lila. Tiba tiba ….Ceklek.Pintu terbuka dan ….Srekh"Siapa di sana?" teriak Marco melangkahkan kaki cepat untuk mendekat.Catlyn merasa heran, ikut berjalan cepat dan mendekati sang suami.Pandangan Marco tak mampu melihat jelas akibat gorden rumah sakit yang menghalanginya.Srek.Tirai dibuka, menampilkan Lila yang tertidur pulas. Arah tatapan Marco jatuh pada jendela sedikit terbuka.Marco melihat keluar jendela, memastikan apa yang didengar dan dia rasakan jika tadi ada seseorang di dalam ruangan."Ada apa, Sayang?" tanya Catlyn.Marco menggeleng
"Jadi kamu mau ke Kanada sekarang??” tanya Catlyn bingung.Nicho mengangguk, merasa berat dan tak nyaman harus meninggalkan keluarga tersayang, bahkan cintanya.“Come on Nicho. Banyak sekali masalah yang belum terselesaikan dan kamu akan pergi meninggalkan kami dengan keegoisanmu,” keluh Marco memilih duduk bersandar di Sofa.Nicho menghembuskan napas kasar.“Maaf Dad, tapi aku harus pergi. Maaf.”Dengan berat Nicho tetap melangkahkan kaki pergi. Saat ini yang terlintas di pikiran Nicho adalah menjauh. Membiarkan suasana kembali normal dan dia akan mempertimbangkannya, apakah pulang atau tinggal di sana.Di Kanada, Nicho terkenal supel dan dewasa dalam mengatasi kuliahnya serta cepat tanggap berinteraksi dengan sekitar. Banyak teman kuliah menyukai Nicho terlebih wanita. Bagi mereka, Nicho adalah malaikat tampan dikirim dari surga untuk menyegarkan pandangan mereka. Bahkan banyak wanita dengan berani mengajaknya “one night stand” bersama tapi Nicho tak mudah tergoyahkan. Sungguh Marc
20 menit sebelumnya.Lily memandang pelataran Villa tempat tinggalnya, berharap seseorang datang yaitu Nicho. Wajahnya sembab dan terus menangis. Pikirannya sungguh kacau saat ini.Saat mobil ferrari masuk pelataran rumah dan masuk garasi. Lily tahu betul mobil siapa itu, mencoba berlari menuju ruang tamu namun suara "bip" menghentikan langkahnya.Suara ponsel bertanda pesan masuk membuat Lily mau tak mau harus membuka dulu siapa yang mengirim pesan.Lily terbelalak kaget saat membaca pesan dari Lila.{Lily, aku ingin memberitahukan satu hal penting kepadamu. Ternyata kak Nicho bukan saudara kandung kita. Aku sudah lama memendam rasa padanya, jadi tak mengapa kan jika aku menyatakan perasaanku padanya? Kamu tidak menyukainya kan? Kamu sendiri yang bilang tidak menyukainya jadi aku berhak memilikinya.}Lily terduduk lemas di ranjang. Kenyataan yang ditutupi dan dihiraukan ternyata benar adanya. Lalu, mengapa hatinya sakit sekali saat Lila akan memberitahukan perasaannya pada Nicho? Ken
Ucapan Nicho begitu lugas dan dibuat manja membuat Lily seketika meremang. [Kamu bicara apa sih Kak? Ya sudah aku mau tidur.]Panggilan berakhir membuat Nicho tersenyum. Sukses membuat Lily malu dan menutup teleponnya. Membayangkan bagaimana reaksi Lily saat ini.DI sisi lain, Lily membenamkan kepala pada bantal, merasa menyesal telah memberitahukan keadaan orang tuanya saat ini. Yang membuatnya tak berhenti tersenyum adalah Nicho tak jadi pergi meninggalkannya. Lily mencoba memejamkan mata, berharap mimpi indah menghampirinya.***Nicho bersandar pada tembok jauh dari kamar Lila.“Sedang apa Anda di sini?”“Oh, Anda Dokter Zico. Aku sedang menghilangkan penat saja.”Zico memandang kamar Lila. “Apakah Lila sudah tidur?”Nicho menggeleng. Tiba tiba ponselnya bergetar tanda pesan masuk.{Nicho tolong!?!? Aku dalam bahaya.}Nicho melotot membaca pesan tersebut membuat Zico heran. “Ada apa Nicho?”“Oh tidak apa apa. Maaf aku harus kembali ke kamar Lila.”Nicho melihat Lila telah tertidur.
“Saat kalian berpamitan untuk pergi ke Italy?”Dilon mengangguk membenarkan.Flashback 11 tahun yang lalu.“Ayo Dilon kita bersiap pergi sebelum ayahmu, Bastian menemukan kita,” ucap Sienna mengepak barangnya tergesa. Dilon yang bingung tetap mengikuti perintah ibunya, membawa barang barang miliknya. Saat memandangi fotonya bersama Sienna dan seorang lelaki memakai emblem putih, Dilon menitihkan air mata dan menyabet poto tersebut, memasukkan ke dalam tas ranselnya.Sienna dan Dilon pergi ke kediaman Brams untuk berpamitan, sebelumnya Sienna sudah menghubungi semua anggotanya untuk berkumpul di kediaman Brams termasuk Alexa dan Diego serta anaknya.“Maaf aku mengundang kalian untuk berkumpul secara mendadak,” ucap Sienna membuka pembicaraan.“Ada apa Sienna, kenapa mendadak sekali. Bukankah suamimu baru saja meninggal dan dikuburkan kemarin? Hah?” tanya Sarah yang tak terima keputusan Sienna.Sienna sungguh ingin mengatakan alasannya namun dia tak bisa, ada nyawa Dilon yang dipertaruh
Di tempat persembunyian Alex.“Alex, Alex. Di mana kamu?”Marco datang sendirian mencari Lila. Namun tak ada seorang pun di sana.Saat hendak berbalik, ada dua bodyguard muncul. “Anda mencari tuan Alex?”“Ya, di mana Tuan kalian, aku ingin memberinya pelajaran karena menculik anakku.”“Dia ada di suatu tempat dan sedang merekamnya untukmu.”Pengawal memberi tanda pengawal lain untuk menekan tombol live.“Ah, ah, yes ah.”“Damn it,”Plak. Plak.Di layar memperlihatkan Alex mengungkung Lila dan Lila menikmatinya.“Astaga!”Ponsel segera dijauhkan dari Marco.Marco tercengang, menutup mulut tak paham dengan yang Lila lakukan. “Di mana anakku? Di mana mereka saat ini?” tanya Marco berapi-api, tangannya mengepal hingga urat nadi kelihatan.“Tunggu saja di rumah, pak Tua. Besok anakmu akan pulang dengan sendirinya dalam keadaan sehat tak kekurangan apapun dan mungkin saja dia membawa bonus cucu untuk Anda, ha, ha, ha.” Ejek salah satu pengawal.“Kurang ajar kalian! Aku tak akan membiarkan k
“Ada Dokter di sekap di dalam?” teriak Lily membuat satpam dan perawat datang mengerumuni.“Ada apa?” tanya satpam.“Ada Dokter diikat di dalam dan pintunya terkunci.”Satpam tersebut segera mencari kunci cadangan semua pintu dan berhasil membuka pintunya.Ceklek.“Dokter.”“Apa yang terjadi? Di mana Lila, anakku?” tanya Catlyn.Lily sibuk membuka lakban dan ikatan di tangan dan kaki Zico.“Maaf Nyonya, aku tadi baru ingin bertanya keluhan Nona Lila, tiba-tiba ada yang membekam Nona Lila berbarengan dengan orang memukul kepalaku sehingga aku tak sadarkan diri.”“Oh my God,” lirih Catlyn.“Jadi Lila diculik? Siapa yang menculiknya?” tanya Lily sedangkan Catlyn sudah menangis histeris dan menghubungi sang suami.[Halo sweety. Ada apa?][Marco, Lila. Lila diculik?][Apa? Di mana kalian sekarang?][Kami di rumah sakit.][Kamu tenang sweety, aku akan menyelamatkan Lila, pasti Alex pelakunya.][Entahlah Marco, aku sungguh bingung saat ini, hiks hiks.][Kamu tenang dan pulanglah! Aku akan me
"Jadi Mommy melihat tanda di leherku?"Lagi lagi Catlyn mengangguk.Sebenarnya Catlyn ingin sekali menanyakannya pada Lily, tapi melihat anaknya demam tadi, diurungkannya. Ibu mana yang tega melihat anaknya sakit, tapi masih bertanya tentang hal itu? Seolah mengorek privasinya."Maaf mommy," lirih Lily tertunduk."Mommy tahu karena mommy juga pernah muda, tapi ...."Lily menggeleng."Semua tak seperti yang Momny bayangkan."Catlyn mengangguk dan mengelus pundak Lily pelan. "Kamu sudah dewasa, Sayang. Kamu pasti bisa membedakan mana cinta dan mana nafsu. Namun, untuk saat ini fokuslah pada siapa lelaki yang merenggut kesucianmu. Setelah itu kamu baru bisa melanjutkan hidupmu. Jika tidak, kamu akan dibayang-bayangi rasa bersalah terhadap kekasihmu saat ini.""Terima kasih, Mommy," ucap Lily sambil memeluk tubuh ibunya."Sudah-sudah, tidurlah."Lily pergi ke kamar dengan perasaan lega, seperti ada batu yang dari tadi menghimpitnya dan kini batu itu menghilang sehingga hidupnya terasa san
"Ada apa?”Marco melihat Lily sekilas. “Apa Lily sakit?”Catlyn menempelkan punggung tangan di kening Lily. “Astaga, panas sekali. Lily demam.”Marco segera mengambil se-baskom air dingin dan waslap.“Biar aku saja sweety, aku akan mengganti pakaiannya dulu,” ucap Catlyn mengambil alih baskom di tangan Marco.“Baiklah jika itu maumu. Aku akan kembali ke Kantor. Nanti kabari aku jika demam Lily sudah mereda. Ok.”“Cup.”Marco mencium kening Catlyn dan pergi meninggalkan kamar Lily.Catlyn segera melepas sweeter, tanktop dan jeans yang dipakai Lily. Dengan perasaan campur aduk, Catlyn memakaikan piyama di tubuh Lily.“Kakak.”“Kakak.”Lily mengingau memanggil manggil kakak.“Kakak!?”Catlyn semakin cemas. Takut terjadi sesuatu pada Lily. Dengan telaten Catlyn mengompres, berharap buah hatinya segera membaik dan demamnya segera menghilang.“Lily kenapa, Mom?” tanya Lila mendekat.“Dia demam.”Catlyn sengaja memakaikan baju tidur dan mengancingkan bagian atas agar bekas gigitan tak terlih
"Kamu menghubungi siapa? Katanya pusing malah sibuk main ponsel," ejek Lila.Dengan terpaksa Lily mematikan ponselnya dan bersandar pada jok mobil serta memejamkan mata. Marco dan Catlyn menengok sekilas, mendengar ocehan Lila.Di tempat lain.Nicho menunduk. "Saat itu Alex telah memberinya obat perangsang dan hampir memperkosa Lily. Aku hanya berniat menolong Lily sebagai adikku namun aku kalah, aku kalah saat dia menyerangku akibat obat laknat itu. Akalku tak bisa menolaknya. Saat dia bergerak seperti cacing kepanasan, butuh pelampiasan, aku tak sanggup melihatnya. Terlebih dia bukan adik kandungku. Jika saja dia adik kandungku, mungkin aku akan memukulnya agar dia pingsan saja."Nicho meneteskan air mata. Dia punya alasan untuk melakukan hal hina itu dan setidaknya dia sudah menceritakan alasannya.Akh."Aku menyesal Ayah?""Menyesal pun tak ada gunanya. Nasi sudah menjadi bubur. Sekarang kamu harus bersiap menghadapi Marco dan kekecewaan Catlyn serta kebencian dari Lily.""No Ayah
Emph.Nicho menarik masuk Lily ke dalam bilik dan mencium Lily penuh cinta. Disesap lagi bibir candu yang sebentar lagi tak dirasakan.“Ah, kakak.”Nicho menyesap leher jenjang dan memberi tanda kepemilikan di sana membuat Lily merasakan debaran gairah.Nicho menutupi leher Lily dengan Sweater.“U’ re my mine."“Eph.”Nicho kembali menciumnya. Merapatkan tubuh yang kini dibakar api gairah. Jika tak memegang janjinya sendiri, saat ini Nicho pasti mengungkung Lily di sini. Dengan terpaksa Nicho melepas pagutannya. Jam tangan menunjukkan tinggal lima menit lagi waktu yang dimiliki.“Aku harus pergi Lily.”Cup.Nicho mengandeng Lily keluar toilet wanita bersama. Mententeng koper yang ditinggal di luar toilet.“Aku pergi!”Nicho tersenyum bahagia, memakaikan topinya pada kepala Lily dan membenarkan sweaternya. Sedangkan Lily hanya mengangguk, memaksakan senyum dan merelakan kepergian Nicho. Saat Nicho berbalik menyeret koper, tiba tiba ....Plak.Tamparan keras menyapa pipi mulus Nicho ta
Tok, tok, tok.Ketukan kaca tebal mengusik tidur Lily.Dirinya mengerjap dan mendapati Nicho berdiri di balkon.Lily berjalan mendekat dan membuka kunci pintu kaca.Srekh.Kaca bergeser, menampakkan sosok cantik meski rambut acak acakan.Cup."Kenapa lama sekali membuka pintunya? Aku kedinginan."Nicho segera masuk setelah mencium bibir Lily sekilas. Lily segera menutup dan mengunci serta menggeser tirai."Kenapa Kakak ke sini?" tanya Lily berbisik, duduk berdua di kaki ranjang.Meski kamar Lily kedap udara namun tetap saja dirinya takut orang tuanya memergokinya."Aku menunggu dari tadi namun Daddy dan Mommy tak berolahraga malam, mungkin mereka lelah."Lily memutar bola mata jengah. Bisa bisanya Nicho datang larut malam hanya menceritakan tentang pengintaian orang tuanya."Lily, bagaimana kalau kita saja yang berolahraga malam?" tanya Nicho mendekatkan tubuhnya.Lily segera menggeleng tegas. Memilin piyama, merasakan gugup yang tak terkira. 'Bagaimana jika Nicho memaksa dan aku tak b
"Apa?"Lily melotot, mendengar ucapan kakaknya yang sangat vulgar dan mesum."Mau tidak?""No."Lily menggeleng pasti.Mengingat terakhir kalinya Lily melihat adegan panas orang tuanya, tubuhnya langsung bereaksi aneh, sukses membuatnya bergidik ngeri.Lily pergi meninggalkan Nicho yang tersenyum smirk. Menghempaskan tubuh lelah pada kasur empuknya. Tiba tiba ….BipSebuah pesan masuk, seketika Lily melotot membaca pesan tersebut.{Lily, nanti jam 23.00 aku akan masuk lewat balkon. Jangan kunci dinding kacanya. Ok.}"Dasar Nicho gila. Aku tak akan membuka pintu balkon untukmu," umpat Lily.Detik berikutnya pesan terhapus. Nicho sengaja menghapus pesan takut jika ada yang membacanya.Nicho tersenyum melangkahkan kaki dan ingin tidur siang sejenak.Di tempat lain.Alex telah mendengar kabar jika Lila keluar Rumah Sakit.Peluang bertemu semakin kecil mengingat Lila dilindungi Marco dan Nicho.Dirinya harus mencari cara agar bisa bertemu sang pujaan hati."Apa aku culik saja dia?" gumam