Kasihan Asher ... ketahuan ....
“Tanyakan apa pun, asalkan bukan tentang masa lalu lagi.” Laura menyuruh Asher duduk di sebelahnya. Air semakin tinggi dan membasahi mereka. Asher ingin segera menyergap Laura, tetapi dia ingin mendengar pertanyaan Laura lebih dulu. Akan tetapi, Laura justru duduk di pangkuannya. Laura menggerakkan pinggul dan menggoda kejantanan suaminya. “Ugh … kenapa kau tiba-tiba seperti ini?” Asher memejamkan mata selagi menikmati perbuatan Laura. Dia pura-pura terkejut, padahal sudah mengharapkan sejak tadi. Laura mencium Asher tanpa menjawab. Dia terus-terusan menggoda hingga Asher tak tahan ingin segera menyatukan tubuh mereka. “Cepat masukkan, Sayang,” pinta Asher dengan suara rendah. Bukan menuruti kemauannya, Laura justru menghentikan gerakan. Asher menggoyangkan pinggulnya, tetapi Laura bergeming. Sesaat kemudian, Laura tiba-tiba keluar dari bak mandi sambil menyambar handuk untuk menutupi badannya.“Apa yang kau lakukan?” Asher sontak berdiri. Laura memandangi suaminya dari atas kep
“Apa kau tidak bisa melihatku?!” bentak Laura. Dia merasa sedih melihat cinta Asher yang begitu besar padanya sampai tak memikirkan dirinya sendiri. Asher melihat tubuh dan pakaian Laura yang tak basah sedikit pun. Hanya kaki Laura saja yang terkena cipratan air hujan dari pinggiran payung. Laura lantas merebut handuk dari tangan Asher yang terdiam dan tak bergerak sedikit pun. Asher sendiri heran, kenapa bisa sangat panik hingga tak melihat dirinya sendiri yang basah kuyup?“Kau sendiri kebasahan seperti ini, tetapi malah mengkhawatirkanku.” Laura mengeringkan rambut Asher yang basah seraya menyeka air matanya. “A-aku tidak mengkhawatirkan kau! Apa kau tidak ingat? Bayi kita ada di perutmu!” sanggah Asher yang tak ingin dianggap gila karena melupakan segalanya demi Laura. ‘Teruslah mengelak … aku sudah tahu perasaanmu,’ batin Laura. “Ya, ya … kau hanya mengkhawatirkan bayi kita.” Laura membeo ucapan Asher. “Tapi, kau juga tidak boleh sampai mengabaikan dirimu sendiri seperti ini!
“Maaf.” Suara Laura sangat lirih hingga menyerupai bisikan. Laura jadi merasa bersalah karena Asher tampak sangat marah padanya. Dia mengakui bahwa dirinya telah keterlaluan karena mencampuri masa lalu Asher terlalu banyak. Pun sampai mendengarkan masalah pribadi antara Asher dan Celine secara diam-diam. Di samping itu, Laura menjadi ragu oleh kata-kata Asher kepada Celine tentang dirinya. Jika Asher memang mencintainya, pria itu tak akan mungkin marah-marah padanya. Bukan pernyataan cinta dari Asher yang Laura dapatkan. Tetapi, Asher yang justru mendiamkan Laura. Hingga hujan reda, malam pun menyapa, Asher tetap tidur di ranjang tanpa mengucap sepatah kata pun. Meskipun Laura tahu, Asher tak benar-benar sedang tidur. “Apa kau akan terus marah dan mendiamkan aku? Maafkan aku …,” sesal Laura. “Aku lapar dan kita belum makan malam ….” Asher menghela napas panjang, kemudian bangun dan berjalan mengambil ponselnya. Tak berselang lama, beberapa bawahan Asher mengetuk pintu rumah merek
“Aku mencintaimu, Laura Smith.” Asher mengulang pernyataannya. Gemuruh di dada Asher lebih kencang daripada sambaran petir di luar rumah bulan madu. Asher benar-benar gugup setengah mati setelah mengucapkannya. Asher tanpa sadar mengorek ingatannya tentang hubungannya bersama Celine. Bagaimana dia dulu menyatakan cinta pada Celine? Sialnya, Asher tak menemukan ingatan tentang kejadian itu! Dia baru sadar, selama berhubungan dengan Celine, tak sekali pun Asher mengatakan kata-kata cinta padanya. Asher hanya memberi perhatian kepada Celine karena wanita itu merupakan kekasihnya. Dan setiap kali Celine menyatakan cinta, Asher hanya menjawab, ‘aku juga.’ Pria itu frustrasi karena tak bisa memulai hal-hal asing yang tak pernah dilakukannya. Banyak wanita menyatakan cinta padanya, tetapi dia belum pernah mengatakan sekali pun pada wanita. Agaknya, Asher selalu ingin mendengar Laura mengungkap isi hatinya terlebih dulu karena dia tak tahu cara mengutarakan perasaannya. Hal-hal rumit yan
Suasana berbeda terjadi di sebuah kamar milik pasangan yang belum lama ini menikah. Pagi-pagi buta, Nora sudah marah-marah karena rencana bulan madunya dibatalkan suaminya secara sepihak. Dia sudah menanti-nanti hari ini, tetapi Noah malah sibuk menyelesaikan urusan penting perusahaan. “Kenapa kau tiba-tiba menunda bulan madu kita? Sudah cukup kau tidak pernah menyentuhku, kita tidak bisa terus seperti ini! Aku istrimu, Noah! Tolong … hargai perasaanku.” Sejak semalam Noah tak pulang, Nora sudah mempersiapkan pakaian-pakaian baru yang sengaja dibelinya untuk menarik perhatian Noah. Kain-kain dengan potongan mini, lingerie, bahkan dalaman dengan warna-warna menantang sudah tertata rapi di dalam kopernya. Namun, apa yang terjadi? “Justru karena kau istriku … kau seharusnya mengerti dengan kesibukanku. Banyak waktu untuk kita bulan madu nantinya. Tetapi, proyek baruku tidak dapat ditunda.” Proyek yang dikatakan Noah tersebut memang penting untuk perusahaan Myers, tetapi semua itu bisa
Pesan singkat dengan foto Nora dan Noah membuat Laura berang. Bukan karena dia cemburu, melainkan kata-kata Nora telah menghina suaminya. Siapa bilang Asher hanya pria tua yang hanya menginginkan tubuhnya saja? Asher sudah mengatakan seratus kali bahwa dia mencintai Laura! Saat Laura membaca ponsel itu, dia dan Asher masih duduk di kamar sambil melihat hujan. Karena gerimis senantiasa membasahi Pulau Hughes, mereka berdua terus berdiam diri di rumah, saling menghangatkan tubuh dan hati. Asher pun ikut membaca pesan dari Nora tersebut. “Wanita gila! Haruskah aku membuangnya ke negara lain agar kau tidak perlu lagi melihatnya?” “Tidak perlu, Sayang. Aku akan mengurus Nora sendiri. Kau tidak perlu membantuku.” Asher tersenyum senang. Setelah Laura tahu tentang perasaannya, wanita itu semakin berubah setiap harinya. Laura menjadi wanita yang penuh semangat dan tak terlihat ketakutan dari sorot matanya. “Baiklah. Aku percaya padamu. Kau bisa minta apa pun untuk membalas adik tiri yang
Nora senang bukan main, bukan hanya masakannya mendapat pujian dari Noah, setelah mereka masuk kamar, Noah juga menyuruhnya menyiapkan air hangat untuk mandi. Benar-benar tak seperti Noah sebelumnya. Apa yang membuat Noah tiba-tiba berubah? Apakah Noah sudah mulai mencintai dirinya? Entahlah … Nora tak mau ambil pusing mencari tahu perubahan Noah. Kali ini, Nora tak akan bersikap gegabah. Dia pun telah merencanakan kejutan bagi suaminya. Semua makanan yang telah disantap Noah telah diberi obat khusus untuk meningkatkan hasrat suaminya. Biarlah Noah yang mulai mendekatinya lebih dulu. Nora bertekad akan mendapatkan Noah malam ini juga. Dia lebih leluasa menjebak Noah karena tak ada Ariana yang selalu mengawasi dirinya. Dia pun tak mau lagi kalah oleh kemesraan yang ditunjukkan Laura dengan suaminya. Di lain sisi, Noah juga sudah tak mampu lagi menahan rasa ingin tahu tentang kehamilan Laura. Dia harus cepat-cepat mencari tahu kejadian malam itu melalui istrinya. Setelah mandi, Noa
“Tidak … aku ingin mendengar kau memaafkanku terlebih dulu. Lalu aku akan pergi dari sini,” tegas Noah. Noah tak ingin bersikap pengecut dengan pergi meninggalkan Alice begitu saja setelah menodainya. Setidaknya, dia tak ingin dihinggapi rasa bersalah dan ingin mendengar Alice memaafkan perbuatannya. “Apa kau pikir perbuatanmu dapat dimaafkan begitu saja?” Alice masih sesenggukan biarpun air matanya telah mengering. “Kenapa kau mendatangiku dan tidak pulang menemui istrimu?” “Alice … aku sungguh menyesal … aku baru saja mengetahui fakta bahwa istriku ternyata wanita jahat yang merusak hidupku. Dialah yang memberiku obat perangsang itu. Dan aku tidak sudi menyentuhnya.” “Dan kau malah menyentuhku yang bukan siapa-siapamu?” geram Alice tak mau menerima alasan Noah. Walaupun dia sedikit terkejut karena rumah tangga Noah tak sebaik yang dipikirnya. “Bagaimana kalau aku sampai hamil?” Noah tersentak oleh pertanyaan Alice. Dia tak sadar menumpahkan benihnya di rahim gadis itu karena bar