Coba dari dulu punya pikiran seperti itu ...
Permintaan Noah tersebut segera disampaikan kepada Asher. Pria yang sedang mengelus-elus perut Laura yang sedikit menonjol, terganggu oleh dering dari ponselnya “Ada telepon.” Laura mendorong kepala Asher yang justru semakin menempel di perutnya. “Aku sedang bulan madu. Tidak ada yang bisa menggangguku.” Bunyi ponsel kembali terdengar. Laura kesal karena Asher tetap tak mau menerima panggilan itu. “Cepat angkat teleponmu ... aku tidak akan mengizinkanmu mengunjungi bayi kita kalau ponselmu terus berbunyi karena kau mengabaikannya terus-menerus.” Asher menegakkan badan setelah diancam Laura. Dengan malas, dia mengambil ponsel di nakas. Nama Theo tertera di layar depan. Sesaat kemudian, panggilan terputus sebelum dia menjawabnya. Namun, Theo memanggilnya lagi. “Ada apa?” tanya Asher dengan nada kesal. Laura tak suka melihat Asher bicara dingin dan angkuh seperti itu. Tangannya bergerak membelai titik-titik sensitif suaminya untuk membuatnya tenang. “Ough … Sayang … jangan nakal.
“Tentu saja tidak.” Asher mencoba meraih kepala Laura untuk diusap seperti biasa, tetapi Laura mengelak dan bergeser ke samping. “Kau tidak mau disentuh?” “Kau sudah meragukanku. Apa yang kau katakan kemarin saat kita berurusan dengan Celine? Kau bilang, kita hanya akan hidup sambil memikirkan masa depan. Noah adalah bagian dari masa laluku dan dia sudah tidak lagi berhubungan denganku, kecuali hanya keponakan iparku. Aku tidak mungkin kembali dengannya walaupun dia menggodaku.” Asher menggertakkan gigi karena gugup. Dia seakan-akan sedang menjilat ludahnya sendiri karena dia yang mengatakan tak ingin membahas masa lalu, namun dia sendiri khawatir dengan pria dari masa lalu istrinya. Tapi, bukankah Laura juga curang? Laura seenaknya sendiri mengorek masa lalu Asher. Tetapi, giliran sedang membahas masa lalunya sendiri, Laura langsung berkata jika Noah sudah tak berhubungan lagi dengannya.“Bukan begitu … kau hanya salah paham. Kau tidak mendengar semua percakapan ku, bukan?” Asher b
“Sayang sekali, Noah, wanita yang kau cintai sekarang sudah menjadi bibi iparmu. Mulai sekarang, cintailah Laura sebagai bibimu, bukan sebagai wanita yang dulu kau kenal.” Noah mengepalkan tangan tanda menahan kemarahan yang luar biasa. Dia tahu, tak mungkin bisa melawan Asher sekarang. Noah tak boleh gegabah dan harus bersabar menerima apa pun yang dikatakan pamannya. “Aku akan mencobanya.” “Bagus.” Asher mengangguk biarpun dia bisa melihat ketidaktulusan dari raut wajah Noah. “Aku dengar, kau ingin bercerai dengan istrimu?” “Kakek yang memberi tahu Paman? Aku belum tahu pasti, tetapi aku benar-benar sedang memikirkannya. Tidak akan ada bagusnya jika aku harus tetap mempertahankan pernikahan yang hanya dilandasi dengan paksaan. Aku ingin menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya.” Noah berniat menyindir Asher yang menurutnya telah memaksa Laura menikah. Akan tetapi, Asher segera membalik ucapannya. “Kau seharusnya memikirkan itu lebih cepat, Noah. Kenapa kau baru sadar ketika semu
Setelah kejadian malam itu, Nora selalu membujuk Noah untuk mengulang lagi malam pertama mereka. Dia masih berpikir jika Noah sudah melakukan hubungan suami-istri dengannya. Akan tetapi, Noah justru semakin menjauh. Nora merasa jika Noah tak puas dengan pelayanannya sehingga Noah enggan melakukan lagi dengannya. Dia sampai mengunjungi beberapa tempat untuk belajar cara memuaskan suami. Sayangnya, Noah mungkin sudah terlanjur kecewa dan enggan menyentuhnya. Sang suami hanya bersikap baik padanya ketika berada di depan orang-orang. Setelah mereka kembali ke apartemen, Noah kembali lagi mendiamkan Nora sepanjang waktu. Dan sekarang, selagi mereka menginap di kediaman Smith, Nora ingin memperbaiki hubungannya dengan Noah. Namun, apa yang didengarnya sekarang? ‘Noah masih mencintai Laura? Jadi … bukan karena dia tidak suka dengan pelayananku?’ Nora mengepalkan kedua tangan penuh amarah. “Lau, kita masih punya kesempatan untuk memperbaiki ini semua. Aku tahu, kau juga mencintaiku. Kita
Wajah Noah kembali bersemangat setelah mendengar usulan Alice. “Kau … pintar sekali. Tidak rugi aku mendaftarkan kau ke sekolah bergengsi.” “Tentu saja! Jangan lupakan aku ketika kau sudah mendapatkan tujuanmu.” Alice mengangkat kedua bahu dengan bangga. Noah menegakkan badan menatap Alice penuh kekaguman. Biarpun Noah telah melakukan hal yang bejat padanya, tetapi Alice tetap membantunya. “Bagaimana dengan ujianmu? Kau bisa langsung mendaftar kuliah setelah lulus, bukan? Atau kau ingin langsung bekerja di perusahaanku saja?” tawar Noah karena sungguh berterima kasih padanya. “Ujian akan dilaksanakan minggu depan. Berkat kau, aku hanya perlu menghadiri beberapa kelas saja. Bagaimana kalau aku bekerja di tempatmu sambil kuliah?” “Itu ide yang bagus.” Tak ada salahnya menjadikan Alice sebagai orang kepercayaannya. Setelah mengenalnya lebih dekat, Noah tahu jika Alice pintar dan memiliki potensi untuk berkembang. “Aku akan menjadikanmu sekretarisku atau asisten pribadi.” “Aku ingin
Langit mulai gelap, Asher belum juga pulang. Padahal, Asher mengatakan hanya sebentar pergi ke kantor. Laura mulai cemas karena ponsel Asher tak dapat dihubungi. “Ada apa, Kakak? Kenapa kau sangat khawatir?” cibir Nora yang tahu di mana Asher sekarang. Kata-katanya seolah memedulikan Laura, tetapi wajah Nora menunjukkan sebaliknya. “Bukan urusanmu!” ketus Laura. “Apa kau sedang menanti kepulangan Paman Asher? Setia sekali kau. Masuklah ke dalam. Paman Asher mungkin sedang sibuk … dengan wanita lain.” ‘Suamimu tidak akan pulang malam ini. Noah pasti sudah berhasil menjebak Asher agar bisa bermalam dengan seorang wanita. Rasakan kehancuranmu sebentar lagi, Laura!’ Nora bersorak penuh kemenangan dalam hati. Semalam, Noah mengatakan akan menjebak pamannya agar seolah-olah menghabiskan malam panas dengan wanita lain. Nora awalnya menolak karena takut jika setelah Laura berpisah dengan Asher, maka Noah akan kembali bersama Laura. Namun, Noah berhasil membujuk dan meyakinkan Nora bahwa
Nora terbelalak kaget melihat pria di depannya. Bagaimana mungkin dia ada di sini? Asher Smith seharusnya sedang tidur bersama wanita lain sekarang! “Sayang ….” Laura gegas melingkarkan tangan di lengan Asher. “Kenapa kau pulang larut malam? Aku dan Mama menunggumu di depan sejak tadi.” Asher tersenyum kecil pada istrinya. “Aku sibuk sekali. Kita bicara nanti …” Asher menoleh ke arah Nora. “… setelah perempuan ini menjawab pertanyaanku.” Nada suara Asher berubah begitu melihat Nora. Nora masih tercengang oleh kedatangan Asher. Apakah Noah gagal melancarkan rencana mereka? Kenapa Asher bisa pulang malam ini? Dan … di mana suaminya sekarang? Segala pertanyaan di benak Nora menghilang begitu mendengar suara tegas Asher. “Apa yang tadi akan kau lakukan?! Kau ingin menampar istriku, ha?!” bentak Asher penuh amarah. “T-tidak, Paman. Aku tidak akan melakukan apa pun. M-mana berani aku berbuat seperti itu,” sanggah Nora dengan wajah pucat pasi. Asher tampak sangat menyeramkan setiap kal
“Ough … aku tidak bisa berhenti. Maafkan aku,” bisik Noah setelah pergulatan panas dengan Alice. “Apa yang terjadi padamu? Kau bilang ingin membantu hidupku, tapi jika kau seperti ini terus, aku bisa benar-benar mengandung anakmu,” isak Alice. Noah sedikit merasa bersalah. Hanya sedikit … karena tubuh Alice benar-benar membuat Noah lepas kendali. “Ini karena obat sialan itu,” kilah Noah. Efek obat tersebut sebenarnya sudah hilang sejak berjam-jam lalu. Tetapi, Noah menggunakan kesempatan tersebut untuk menikmati tubuh gadis yang saat ini dalam pelukannya. “Kau tidak sengaja membuat kesalahan dengan memberiku obat itu, bukan?”Noah menatap nanar dinding kamar hotel. Dia mau tak mau meragukan Alice. Selama ini, semua orang berusaha mengatur hidupnya, mengkhianatinya, dan memanfaatkan dirinya. Alice mendorong Noah menjauh. “Kau gila?! Untuk apa aku merugikan diriku sendiri di saat kau tidak akan pernah mau bertanggung jawab padaku! Aku benar-benar tidak tahu, kenapa jadi kau yang mi