Makasih manteman 🙏🏻
Simon tak mau memercayai pendengarannya. Bagaimana mungkin anak yang penurut dan pendiam, dapat berubah dalam sekejap? “Apa kau masih marah karena hari itu? Lau, Papa melakukan itu karena ingin mendidikmu. Bukan berarti Papa benar-benar tidak menginginkanmu. Tega-teganya kau berkata seperti itu pada orang yang telah membesarkanmu selama ini ….” Luara sedikit goyah oleh tatapan memelas sang ayah. Laura lalu mengepalkan tangan agar tak menjadi lemah dan dimanfaatkan hanya ketika Simon tahu apa yang dimilikinya sekarang. “Mama, kepalaku agak pusing. Bisakah Mama mengantarku ke kamar?” bisik Laura. Dia tak tahan bertatap muka dengan Simon. “Kami masuk dulu, Pa,” ujar Regina pada Adam, tak memedulikan dengan keberadaan Simon. Regina membimbing Luara penuh perhatian meninggalkan ruangan itu. Dari belakang, Laura masih dapat mendengar Simon memanggil dirinya. Laura ingin menulikan telinga, tetapi Laura tetap dapat mendengar panggilan Simon yang tampak peduli padanya. ‘Ingat, Lau … dia t
Ada-ada kelakuan Asher ketika menginginkan Laura. Wanita itu pun tak pernah bisa menolaknya. Setelah mendapat kemauannya, Asher langsung tertidur pulas. Laura masih terjaga sambil menatap wajah sang suami yang tampak kelelahan. “Tahu lelah, masih juga bermain denganku,” gumam Laura. Jika dilihat dari dekat, Asher seperti pria biasa. Rasa segan dan takut Laura pada Asher pun semakin terkikis. “Sayang ….” Laura mengikik geli dengan panggilan itu. Untuk pertama kali dan tanpa diminta, Laura memeluk suaminya hingga memejamkan mata. Tubuh Asher begitu hangat dan menenangkan jiwa. “Kau membangunkanku.” Asher berdecap-decap lidah dalam tidurnya. Laura menahan tawa agar tak membangunkan Asher. Pria yang dikenal dingin dan arogan itu, ternyata menggemaskan ketika sedang tidur. “Paman … bangun, Paman …,” bisik Laura. “Temani aku begadang malam ini.” Dia hanya berani menggoda Asher karena pria itu sedang tidur. Asher tiba-tiba menaikkan kaki Laura di atas badannya, kemudian mulai melakuk
‘Orang sepele bagi keluarga Asher Smith.’ Nora kehilangan selera makan setelah mendengar satu kalimat yang sangat menusuk jantungnya. Asher rupanya tak pernah menganggap dirinya sebagai keluarga. 'Pasti gara-gara Laura,' pikir Nora. Siapa lagi yang dapat iri dan selalu mengganggu kehidupannya jika bukan sang kakak tiri? Nora menatap tajam Laura penuh kebencian.Setelah menyelesaikan makan makan yang dilalui dengan khidmat, mereka bersama-sama duduk di salah satu ruangan untuk mengobrol santai. Beberapa sanak saudara dari Keluarga Smith pun hadir di sana, termasuk Hillary dan … Alan. “Kak Alan!” seru Laura senang. Alan tersenyum kecil dan memeluk adik kecil yang disayanginya. Setelah melewati waktu tanpa melihat Laura setiap hari, Alan telah berhasil menata hatinya. Alan kembali menganggap Laura sebagai seorang adik, seperti Emma.Namun, Asher yang melihatnya tetap tak suka. “Jangan memeluk istriku terlalu lama!” geram Asher lirih. Alan melepaskan Laura sambil menaikkan kedua tanga
“Menggelapkan dana? Bicara apa kau?” Wajah Vincent merah padam karena tak terima menantunya dituduh dengan kejam. Vincent yakin, Asher pasti yang menjebak Nora. Seperti yang diharapkan Asher, perhatian seluruh anggota keluarganya berbalik kepada Nora. Pria itu menyeringai kecil saat melihat wajah pucat keponakan iparnya. Walaupun mungkin Laura akan puas dengan tindakannya membongkar kelicikan Nora di depan semua orang, tetapi tidak dengan Asher. Dia ingin menyingkirkan Nora dan Simon sepenuhnya dari hidup Laura.“Paman … kita tahu jika Kak Laura yang mengambilnya.” Nora melihat ke arah suami dan mertuanya bergantian. “Ini tidak benar. Aku tidak pernah melakukannya.” Sebelumnya, Nora membuat kesepakatan dengan Smith Group ketika Juan hendak membawa kasus penggelapan dana ke meja hijau. Nora pun memohon ampunan dan berjanji akan membayar semua kerugian Smith Group, serta meminta Juan agar tak mengatakan perbuatannya kepada Keluarga Myers. Karena itu, Nora menagihkan semua kepada Simo
‘Ah … kenapa aku harus membuka mata?’ keluh Asher ketika ekor matanya menangkap bayangan Noah. Asher mengakhiri ciuman panasnya. Laura hendak menyerobot bibirnya lagi, tetapi Asher gegas menangkap bibir Laura dengan ibu jarinya. “Tunggulah di kamarmu. Kau tidak ingin orang lain melihat keganasanmu, bukan?” bisik Asher dengan suara berat dan menggoda. Wajah Laura sontak merah padam. Akhir-akhir ini, Laura selalu ingin merasakan bibir Asher. Dia sampai lupa diri dan tempat. “B-baik ….” Laura menunduk sambil berjalan cepat menuju kamarnya. Asher tersenyum kecil melihat tingkah menggemaskan Laura. Setelah Laura tak terlihat, Asher berjalan ke tempat persembunyian Noah. Noah berjongkok sambil bersandar pada pilar. Kepalanya menunduk selagi menatap kakinya yang mengusap-usap lantai. Kedua tangannya terpaut di belakang kepala dan sesekali mengacak rambutnya.“Noah, sedang apa kau di sini?” Noah terperanjat dan spontan berdiri. “Paman … kau dan Laura … apakah kalian ….” Noah menelan pe
BRAK! Asher membuka pintu walk-in closet dengan kencang hingga membentur dinding. Dia tak tahan mendengar pengakuan cinta Noah dan tak ingin Laura sampai memikirkan itu. “Lepaskan Laura, Noah!” bentak Asher dengan mata berkilat penuh amarah. “Paman? Kenapa Paman ada di sini?” Noah menunjuk wajah Asher, lalu melihat ke belakang badan Asher. “Ah … jadi benar kata Nora … kalian sudah berhubungan sejak kau bertunangan denganku.” Dia ganti menunjuk-nunjuk Laura. Noah tertawa, tetapi raut wajahnya menyiratkan kekecewaan. Asher menggenggam telunjuk Noah dan menariknya keluar dari kamar. “Kau mabuk dan hanya berkhayal,” geram Asher. “Kunci pintu kamarmu.” Laura langsung menutup rapat pintu kamar begitu Asher dan Noah keluar. Dadanya naik turun dengan cepat dan jelas. Tak elak, Laura sedikit terkejut oleh kedatangan dan pernyataan cinta Noah. ‘Noah … sungguh mencintaiku? Kenapa … tidak mengatakannya sejak dulu? Kenapa dia tidak mau mendengarkan penjelasanku, sebelum memutuskan rencana pe
“Membenciku? Kenapa?” Laura spontan bertanya. Dia sangat terkejut oleh pernyataan Jake. Sebelum mendapat jawaban, Jake membuka pintu di depannya. Kemudian menarik tangan Laura yang ada di lengannya agar semakin merapat. “Tidak perlu membahas masalah yang menyedihkan di hari istimewa ini. Tersenyumlah ….” Jake tersenyum begitu tepuk tangan mengiringi kedatangan mereka. Laura yang tadinya penasaran akan kalimat yang diucapkan Jake, mendadak kembali gugup. Semua orang kini menyorot dirinya. Debaran jantung Laura kian menggila begitu langkah kakinya semakin mendekat di depan altar. Asher berdiri dengan gagah menanti Laura. Tak ada senyuman di wajah Asher. Laura pikir, Asher sedang marah dengan mata menyorot tajam padanya. ‘Kenapa dia melihatku seperti itu? Apakah dia masih marah gara-gara Noah masuk ke kamar tadi malam? Tapi, itu ‘kan bukan salahku!’ Kini, Laura berdiri berhadap-hadapan dengan Asher. Mereka kemudian melakukan ritual yang sama seperti pernikahan sebelumnya. Namun, kal
Jantung Asher hampir meledak melihat reaksi Laura. Wanita itu benar-benar menggemaskan. Dia ingin sekali melahap bulat-bulat istrinya sekarang juga. Asher sampai tak sadar tengah memajukan wajahnya untuk menciumi seluruh wajah Laura. Tetapi, Laura tahu apa yang hendak Asher lakukan. Laura pun mendorong pelan pipi Asher menggunakan jari telunjuknya. “Apa yang akan kau lakukan di tempat umum seperti ini?” Asher mengerjapkan mata ketika tersadar. “Untuk menunjukkan jika kita bahagia karena saling memiliki,” kilahnya. “Juga untuk memberi peringatan pada semua wanita itu jika aku adalah milikmu. Jangan menghindar … kemarilah … kau harus berani unjuk gigi untuk mempertahankan suamimu.” Laura mencubit perut Asher karena pria itu malah semakin memajukan bibirnya. Dia malu bukan main ketika melihat beberapa tamu berbisik-bisik sambil tertawa saat melihat ke arahnya. Orang-orang yang menyaksikan mereka, menganggap jika kedua pasangan pengantin itu saling mencintai dan tak sabar melewati mal