Hati-hati, Pak... nyesel nanti 🤭
Cahaya harapan menerpa jiwa Alan. Sebuah syarat bukanlah hambatan, melainkan jalan untuk meraih tujuan. Setidaknya, Rangga mau menunjukkan cara untuk menghancurkan dinding tinggi yang menghalangi hubungan asmaranya dengan Rachel. Apa pun syarat itu, Alan yakin bisa melakukannya, kecuali jika Rangga menyuruhnya untuk melompat dari atas jurang, atau sesuatu yang tak masuk akal. “Aku akan melakukan apa pun demi bisa bersamamu ....” Alan menatap Rachel penuh kasih sayang. Rachel juga sangat bahagia karena Rangga akhirnya tak mengganggu hubungan percintaannya lagi. Menjalani hari-hari bersama Alan, membuat Rachel semakin tertarik dan menyayangi pria tampan itu. Alan bagaikan emas murni yang disimpan semakin lama, maka semakin mahal harganya dan semakin langka. Alan merupakan sosok yang sangat berarti, mengalahkan posisi emas yang teramat disukai Rachel. Namun, Rangga tak berpikir sama dengan mereka. Meski persyaratan yang akan diajukan Rangga layaknya pedang bermata dua. Hasilnya mun
“Mencicil bagaimana maksudmu, Lau? Aku hanya melahirkan dua minggu lebih awal. Untungnya, bayiku sangat gemuk dan menggemaskan.” Emma mengusap-usap pipi bayinya yang ada dalam pelukan.” Laura jadi malu sendiri sudah menuduh sembarangan. Dia menatap sinis ke arah Asher yang mendesak untuk bertanya kepada Emma. “Aku juga sempat khawatir karena hanya ingat bulan seharusnya kau melahirkan. Bayangan tanggal hari kelahiranmu terasa kabur karena aku terlalu panik,” sesal Theo. Asher mengangguk-angguk. “Dia meninggalkan ruang pertemuan seperti orang kerasukan. Aku hampir memanggil dukun atau sejenisnya tadi.” Laura meremas paha Asher yang bicara sembarangan. Namun, pasangan yang baru berbahagia menyambut bayi baru mereka justru tertawa. Melihat aura merah muda di sekitar mereka, Asher jadi tak tenang. Dia lantas mengajak Laura pulang untuk mendiskusikan masalah penting dengan sang istri. Langkah Asher terhenti di depan ruangan dokter kandungan. Dia termenung sambil memikirkan sesuatu saa
“Lihat saja, Om, rencana Ayah tidak akan berhasil. Justru terpisah jarak akan membuatku semakin merindukan Kak Alan,” tegas Rachel. Begitulah ucapan Rachel saat terakhir kali berjumpa dengan Alan di bulan itu. Nyatanya, di bulan berikutnya pun, baik Alan dan Rachel disibukkan oleh kegiatan masing-masing hingga tak bisa bertemu. Kendati demikian, Alan dan Rachel masih selalu menyempatkan berkomunikasi melalui telepon setiap malam. Intensitas komunikasi mereka pun lambat laun semakin jarang. Pekerjaan Alan semakin banyak di perusahaan barunya. Sementara Rachel juga sibuk dengan tugas-tugas kuliah. Hingga mereka akhirnya dipertemukan pada saat kelahiran putri Jake dan Carla .... Pertemuan yang telah dinantikan Alan Ruiz setelah hampir dua bulan tak melihat gadisnya secara langsung, sayangnya tak berjalan sesuai keinginan. Alan masih berdiri di ambang ruang tamu kediaman Jake. Gadis yang selalu memberikan semangat dan sesekali mengucap selamat tidur itu, saat ini sedang berbincang ak
Asher Smith, pria yang menyatakan dirinya sangat jenius dalam masalah percintaan, lantaran memiliki banyak ide brilian untuk menyenangkan Laura. Sepanjang empat tahun, Asher selalu mengajak Laura liburan di tempat-tempat tak terduga. Biarpun selalu berlagak menolak, Laura tak pernah merasa bosan karena Asher selalu memberikan kejutan lebih dari ekspektasi. Kehidupan mereka selalu dipenuhi suka cita dengan ide petualangan gila Asher Smith. Hingga satu bulan yang lalu, tepat di saat si kembar menginjak usia lima tahun, Asher dan Laura memutuskan untuk menghadirkan anggota keluarga baru, yaitu calon adik Claus dan Collin. “Aku ingin anak perempuan. Kita perlu merencanakan liburan di tempat-tempat tertentu yang katanya bisa menghadirkan bayi perempuan,” ujar Asher waktu itu. Sesungguhnya, tak ada tempat yang seperti dikatakan Asher. Kalaupun ada, hanyalah sebuah mitos yang tak terbukti kebenarannya. Asher menggunakan cara tersebut untuk mengulang bulan madu selama lima tahun terakhir
Setelah lama terdiam karena sedang konsentrasi memeriksa, Ruben menghela napas lega. “Tuan, apakah Anda sering melewatkan makan selama beberapa hari terakhir? Atau mungkin Anda terlalu sering minum alkohol tanpa makan apa pun?” Asher mengerutkan kening. “Satu bulan ini aku hampir dua puluh empat jam bercinta dengan Laura! Apa lagi yang akan aku lakukan saat bulan madu!?” Asher memang sering membeli wine dengan harga fantastis untuk menemani perjalanan bulan madu mereka. Laura pun juga sangat menikmati walaupun Asher hanya mengizinkan Laura minum tak lebih dari tiga gelas. Apalagi, Laura jadi semakin liar di ranjang setelah menenggak sedikit alkohol. Meskipun demikian, Asher tak pernah minum berlebihan. Lalu, apa hubungannya dengan kesehatan jantungnya? Asher tahu takaran tepat agar tidak berlebihan dalam mengonsumsi sesuatu. “Jangan terlalu lama menunda! Carikan donor jantung sekarang! Dan jangan bilang kepada siapa pun! Jika operasiku gagal, Laura dan anak-anak akan sangat terpu
“Claus, Papa sedang sakit. Mama harus menjaga papamu. Jangan nakal, ya, Sayang.” Laura memberi pengertian Claus yang lebih sering membantah dibanding Collin. Asher menghela napas lega karena tak mungkin ada yang percaya dengan kata-kata anak kecil. Andaikan bukan dirinya yang membuat kebohongan, Asher akan selalu mendukung dan percaya dengan pendapat kedua anak kembarnya. Tapi, tunggu sebentar ... ‘Aku tidak pernah berbohong. Laura sendiri yang bereaksi berlebihan!’ batin Asher. “Tidak, Mama. Aku sejak tadi ada di sini dan mendengar Paman Ruben bilang kalau Papa tidak boleh terlambat makan dan minum alkohol agar tidak sakit perut lagi!” Claus menjelaskan panjang-lebar karena merasa Laura tak memercayai dirinya. “Claus ....” Asher memanggil Claus dengan suara lemah. “Temani Papa tidur malam ini ....” Dia harus segera menyumpal mulut Claus dengan sesuatu agar berhenti bicara. Mata Claus berkaca-kaca karena semua orang melihatnya dengan tatapan tak percaya. Ada pula yang justru terse
Alan Ruiz menghirup udara yang terasa berbeda saat dia turun dari pesawat terbang. Dia menikmati suasana tanpa ekspresi berarti meski dadanya berdebar kencang. Tak sabar menemui gadisnya yang sebentar lagi wisuda. “Aku belum merestuimu, Alan Ruiz,” tegas Rangga. Rupanya Rangga bisa melihat gerakan kecil dan samar di bibir Alan. Dia tahu kurang-lebihnya, apa yang sedang ada di dalam benak Alan. “Aku tahu ... aku hanya senang bisa bertemu lagi dengan keluargaku,” balas Alan. “Oh, jadi kau sudah melupakan Rachel?” Rangga tersenyum miring. Alan jadi serba salah. Jika nama Rachel atau apa pun yang berhubungan dengan gadis itu muncul di antara mereka, Rangga pasti akan menyadarkan Alan bahwa dirinya belum direstui. Akan tetapi, saat Alan mengatakan rindu kepada keluarganya lebih dulu, Rangga marah kepadanya. Alan jadi bingung harus bersikap bagaimana. Dia tak bisa mengerti apa yang sebenarnya diinginkan Rangga. Meski selama empat tahun ini, mereka setiap hari berjumpa. “Tidak. Aku ha
Selagi Asher merayu Laura yang tak ingin bercinta karena kondisi sang suami yang belum pulih, Adam saat ini sedang berdiri menghadapi para tamu yang tak diundang. Adam Smith, pria yang berpengalaman dan berwibawa itu, sedang berdiri kaku di depan tamu dengan keringat dingin mengalir di tubuhnya. Dia bingung harus memulai dari mana untuk membuka acara yang seharusnya tak pernah ada. Setidaknya, bukan saat ini. Adam yakin jika Asher akan hidup lebih lama darinya. “Tuan Adam, bagaimana bisa orang segagah Tuan Asher yang sangat sehat bisa meninggal secepat ini?” celetuk rekan bisnis Adam. Adam berdeham berulang-ulang ketika beberapa orang ikut mengucap belasungkawa. Bahkan, ada beberapa wartawan datang dengan raut wajah penuh kesedihan. Asher Smith yang dikenal sebagai pria arogan itu, sebenarnya banyak membantu di berbagai bidang secara diam-diam. Banyak orang yang tertolong oleh Smith Group ketika Asher masih menjadi penguasa. Biarpun ada sebagian orang yang makan hati lantaran kat