Home / Romansa / Gelora Hasrat sang Presdir / 391. Acara Tak Terduga

Share

391. Acara Tak Terduga

Author: VERARI
last update Last Updated: 2024-03-06 13:49:09
Alan Ruiz menghirup udara yang terasa berbeda saat dia turun dari pesawat terbang. Dia menikmati suasana tanpa ekspresi berarti meski dadanya berdebar kencang. Tak sabar menemui gadisnya yang sebentar lagi wisuda.

“Aku belum merestuimu, Alan Ruiz,” tegas Rangga.

Rupanya Rangga bisa melihat gerakan kecil dan samar di bibir Alan. Dia tahu kurang-lebihnya, apa yang sedang ada di dalam benak Alan.

“Aku tahu ... aku hanya senang bisa bertemu lagi dengan keluargaku,” balas Alan.

“Oh, jadi kau sudah melupakan Rachel?” Rangga tersenyum miring.

Alan jadi serba salah. Jika nama Rachel atau apa pun yang berhubungan dengan gadis itu muncul di antara mereka, Rangga pasti akan menyadarkan Alan bahwa dirinya belum direstui.

Akan tetapi, saat Alan mengatakan rindu kepada keluarganya lebih dulu, Rangga marah kepadanya.

Alan jadi bingung harus bersikap bagaimana. Dia tak bisa mengerti apa yang sebenarnya diinginkan Rangga. Meski selama empat tahun ini, mereka setiap hari berjumpa.

“Tidak. Aku ha
VERARI

Sebuah kalimat yang berganti atau dihilangkan satu kata saja bisa berubah menjadi hoax. 'Aku suka baju kamu ....' (kata 'baju' ternyata nggak kedengaran) jadi ... 'Aku suka kamu ....' 👻

| 4
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Zuriana Hamzah
hahhaha .. terhibur kali ni.. tp aku harap Nathan dan asher akan baik semula seperti nora yg telah berubah
goodnovel comment avatar
Aulia Amanda Sucipto
bener2 mas Asher ni, disaat orang2 heboh diluar, dia malah bergairah ke istrinya ...‍♀️
goodnovel comment avatar
Deren
gegara berita simpang suir jadi riweh sekota sebangsa dan senegara. wkwkw
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gelora Hasrat sang Presdir   392. Pertemuan

    Selagi Asher merayu Laura yang tak ingin bercinta karena kondisi sang suami yang belum pulih, Adam saat ini sedang berdiri menghadapi para tamu yang tak diundang. Adam Smith, pria yang berpengalaman dan berwibawa itu, sedang berdiri kaku di depan tamu dengan keringat dingin mengalir di tubuhnya. Dia bingung harus memulai dari mana untuk membuka acara yang seharusnya tak pernah ada. Setidaknya, bukan saat ini. Adam yakin jika Asher akan hidup lebih lama darinya. “Tuan Adam, bagaimana bisa orang segagah Tuan Asher yang sangat sehat bisa meninggal secepat ini?” celetuk rekan bisnis Adam. Adam berdeham berulang-ulang ketika beberapa orang ikut mengucap belasungkawa. Bahkan, ada beberapa wartawan datang dengan raut wajah penuh kesedihan. Asher Smith yang dikenal sebagai pria arogan itu, sebenarnya banyak membantu di berbagai bidang secara diam-diam. Banyak orang yang tertolong oleh Smith Group ketika Asher masih menjadi penguasa. Biarpun ada sebagian orang yang makan hati lantaran kat

    Last Updated : 2024-03-06
  • Gelora Hasrat sang Presdir   393. Suka

    Di kediaman Smith, Rangga sejak tadi juga mencari-cari keberadaan Rachel. Dia mendapat firasat buruk sejak Alan menghilang dari pandangannya. “Sabar, Mas .... Mungkin Rachel sedang bersama Tuan Asher dan Laura.” Vina menepuk-nepuk lembut lengan sang suami. Rangga dan Vina gegas menuju kamar Asher. Beruntung, Laura tak mau melayani Asher. Jika tidak, Rangga mungkin akan melihat mereka karena pintu tak terkunci, dan ayah Rachel itu menerobos masuk ke dalam tanpa mengetuk pintu. “Tidak ada ....” Rangga semakin terlihat marah. “Mereka tidak ada di sini!” “A-ada apa, Tuan Rangga?” tanya Laura panik karena Asher masih menarik-narik dirinya. “Lepaskan aku ...,” bisiknya kepada Asher. Sudah sampai di kamar Asher, Vina tak enak hati kalau tidak menjenguk terlebih dulu. Dia menyeret Rangga duduk di dekat ranjang Asher. Asher memijat pelipisnya karena tak jadi bersenang-senang dengan sang istri. Rasa nyeri di perutnya masih sesekali terasa dan dia tetap menginginkan Laura. Rasa tak nyaman

    Last Updated : 2024-03-07
  • Gelora Hasrat sang Presdir   394. Hilang

    Alan teringat kenangannya di masa lalu. Ketika seorang wanita pertama kali mencium pipinya. Rasanya begitu menyenangkan hingga membuat dirinya menginginkan ciuman terus-menerus dari wanita itu. Dia bersikap manis dan patuh agar mendapat ciuman di pipi atau kecupan singkat di bibirnya. Bibir wanita itu terasa empuk dan membuat hatinya terasa hangat. Lambat laun, para wanita lain datang dan juga ingin mencium pipinya. Alan jadi tak suka dengan ciuman di pipi. Oleh karena itu, setiap kali wanita itu akan mencium pipinya, Alan menolak dengan tegas. Namun, wanita itu sepertinya terobsesi dengan Alan. Karena hingga sekarang, dia tetap selalu mencuri-curi ciuman di pipinya. Wanita itu adalah Pamela Ruiz, ibu kesayangan Alan. Wanita pertama yang mencium pipinya. Anehnya, sekarang Alan sangat bahagia ketika pipinya merasakan bibir wanita lagi. Perutnya berdesir hingga menjalar di sekujur tubuh. Alan Ruiz mendadak menginginkan ciuman lain di pipi dan bibirnya. Seperti Pamela dan para wanit

    Last Updated : 2024-03-07
  • Gelora Hasrat sang Presdir   395. Kekasih

    Beberapa menit lalu sebelum Alan datang .... “Oh, kenapa ada cincin di sini?” Rachel mengambil cincin itu dari saku jas Alan. Alan sebelumnya mencengkeram kotak perhiasan kecil itu hingga rusak dan tak dapat ditutup. Juga karena sudah lama berada di saku Alan dan dibawa ke mana-mana, kotal kecil hitam itu jadi rapuh. Rachel memutar cincin itu dan melihat tulisan di bagian dalam. Kedua alisnya terangkat begitu membaca namanya terukir di sana. “Apa ini untukku?” Rachel tersenyum kecil membayangkan Alan malu-malu akan memberikan cincin itu. Lalu, angin mulai bertiup kencang sehingga jas Alan berkibar-kibar. Kotak perhiasan rusak itu terjatuh di pasir. Rachel memakai cincin itu agar tak terjatuh dan hilang di pasir. Sementara dia memungut kotak perhiasan dan mencoba memperbaikinya. Rachel pikir, dia tak sengaja merusak kotak itu. Di saat Alan terlihat dari kejauhan, Rachel dengan panik menyatukan kotak perhiasan itu meski tak berhasil. Dia buru-buru melepas cincin dari jari manisnya

    Last Updated : 2024-03-08
  • Gelora Hasrat sang Presdir   396. Belajar Dulu

    “Kak Alan tidak sedang menganggapku sebagai Kak Laura, bukan?” Rachel tahu betapa Alan menyayangi Laura, setelah dia mendengar cerita dari Emma. Hampir jarang ada pria yang mau menikahi wanita yang sedang mengandung anak dari pria lain jika bukan karena cinta. Rachel penasaran, apakah Alan masih menyimpan sedikit perasaan cinta kepada Laura? “Benar. Aku dulu pernah mengajak Laura ke tempat ini. Tetapi, saat bersamamu, aku sungguh lupa pernah ke tempat ini bersama Laura. Aku sempat teringat di saat bus yang membawa kita ternyata menuju tempat ini tadi, tetapi langsung lupa dalam beberapa detik.” Dari pengalaman teman-temannya yang memiliki kekasih, Alan biasanya mendengar kebohongan kecil teman-teman prianya kepada kekasih mereka. Bukan karena benar-benar ingin berbohong. Namun, para wanita itu sepertinya lebih suka mendengar kebohongan yang membuat hati mereka tenang. Ada pula pria yang jujur dan tak menutup-nutupi apa pun sesuai permintaan kekasihnya. Hasilnya, wanita itu akan tet

    Last Updated : 2024-03-08
  • Gelora Hasrat sang Presdir   397. Domba Melawan Dua Predator

    Silau …. Alan menutup wajah dengan lengannya. Dia tak bisa melihat apa pun, kecuali cahaya di sekelilingnya. Meski dia masih merasakan tangan Rachel dalam genggamannya. Apakah dirinya sedang bermimpi seperti yang sudah-sudah. Jika benar, Alan akan sangat kecewa. Namun, suara orang-orang berdatangan mulai menyadarkan dirinya. Alan Ruiz dan Rachel kini berdiri di tengah sorotan cahaya layaknya dua pemeran utama dalam sebuah panggung besar. “Ketemu juga kalian!” seru suara pria yang familier. Orang-orang yang merupakan pengawal Rangga mulai berdatangan mengelilingi Alan dan Rachel. Seolah mereka adalah kriminal yang telah lama dicari-cari dan tak akan membiarkan mereka kabur. Dion sedang berjalan ke arah mereka dengan langkah tegap. Dia menghela napas panjang dan melambaikan tangan agar anak buahnya mematikan lampu sorot tersebut. Jika bukan karena Rangga yang menyuruh mereka ikut mencari keberadaan Rachel dan Alan, Dion tak akan kesulitan. Dengan banyaknya orang yang melapor padan

    Last Updated : 2024-03-09
  • Gelora Hasrat sang Presdir   398. Ketegasan

    Asher Smith tak pernah membenci Alan Ruiz. Biarpun Asher sempat cemburu ketika teringat Alan pernah melamar Laura, tetapi Asher tahu jika Alan bukan pria tak tahu malu yang akan berusaha merebut istrinya. Akan tetapi, ketika melihat pemandangan di depannya, Asher rasanya ingin tertawa. Alan bicara dengan tegas. Namun, setelah semua orang terdiam, wajahnya kembali tegang, bibirnya pun gemetaran. Sungguh, Asher tak membenci Alan. Tetapi, Asher tak keberatan menyaksikan Alan dipukul Rangga Cakrawala atas kekurangajarannya. Gara-gara Alan, citra Asher sebagai orang tua yang mengasuh Rachel selama Rangga tak ada menjadi hancur. Berjam-jam dia bicara sampai mulutnya pegal, tetapi Alan dengan mudah merusaknya. Selain itu, Asher sempat diabaikan saat mengomentari Alan. “Wah, berani sekali kau, Alan Ruiz! Kalian katanya pergi ke pantai … jangan-jangan, kau ingin meniruku dan Laura? Kau pasti ingin merasakan sensasi mendebarkan dengan Rachel di pantai,” tuduh Asher. Entah mengapa, Asher sel

    Last Updated : 2024-03-09
  • Gelora Hasrat sang Presdir   399. Tersembunyi

    Laura menyeret Asher keluar dari kamar itu. Dia tahu jika Asher masih ingin mendengarkan pembicaraan mereka. Asher bukan lagi mengkhawatirkan Rachel. Laura bisa melihat dengan sangat jelas dari sorot mata sang suami yang berbinar-binar jika dia sedang menanti kegemparan yang akan terjadi. “Sebentar lagi makan malam. Kita harus mencari Claus dan Collin, Sayang! Mereka pasti bermain petak umpet bersama Papa dan Hanna.” “Kakiku lemas, tidak bisa bergerak. Sebentar lagi, biar ototku lemas dulu,” dalih Asher. Laura mencebik kesal. “Kau hanya ingin ikut campur, bukan? Berikan mereka privasi, Sayang.” Laura berusaha keras menyeret badan Asher yang katanya masih lemah tak berdaya. “Kau ini … aku harus menjaga Rangga, kalau-kalau dia mau memukul Alan,” gerutu Asher sepanjang jalan. Langkah Asher terhenti ketika melihat Simon terhimpit di antara dua lemari besar bersama Hanna. “Sedang apa lagi mereka?” tunjuk Asher. “Mereka sedang bermain … petak umpet.” Laura menjawab dengan ragu. Sebab,

    Last Updated : 2024-03-10

Latest chapter

  • Gelora Hasrat sang Presdir   441. Kehangatan Keluarga Smith

    Laura Smith berjalan keluar dari gedung perusahaan Hartley. Pekerjaannya telah usai saat menjelang jam makan siang.Sudah satu tahun Laura kembali bekerja. Laura tak perlu mengawasi Lana selama seharian penuh lagi.Lana saat ini sudah berusia hampir lima tahun, sedangkan Claus dan Collin pun sudah sekolah. Si kembar cukup bisa diandalkan menjaga adiknya meski terkadang membuatnya menangis. “Di mana Asher?” gumam Laura menanti Asher keluar dari mobil.Di tepi jalan, mobil mewah telah menanti Laura. Biasanya, Asher selalu menunggu Laura di depan pintu masuk kantor. Namun, dia tak melihat tanda keberadaan sang suami di mana-mana.“Kenapa malah anak-anak yang datang ke sini?” Laura gegas menghampiri mereka.Dua anak lelaki tampan dan berwajah serupa membuka pintu di kedua sisi mobil bagian belakang. Claus membantu adik perempuannya yang memakai gaun putih turun dari mobil. Si kembar kemudian menggandeng Lana di kanan dan kiri secara protektif. Seakan-akan tak ingin ada satu pun orang men

  • Gelora Hasrat sang Presdir   440. Hanya Asher

    Laura sudah menduga sejak awal saat dirinya melahirkan bayi perempuan. Asher pasti akan menjadi papa yang banyak membatasi pergerakan putri mereka. Dengan Rachel pun, Asher seperti ayah kandung yang selalu menegur setiap kali ada kesempatan. Laura takut membayangkan masa depan putrinya tidak akan bisa bebas, atau sulit mencari kebahagiaan yang diinginkannya karena tekanan dari Asher.Namun, kata-kata Asher yang menyatakan bahwa putri mereka tak akan berteman dengan siapa pun, Laura kali ini menyetujuinya. Setidaknya, untuk situasi sekarang.“Putri kami bahkan masih belum bisa melihat dengan jelas. Sebaiknya, kita membicarakan masalah teman bermainnya kalau dia sudah agak dewasa,” kata Laura kepada para nyonya besar yang hadir di pesta.Bukan hanya Asher yang diserang oleh tamu-tamu mereka, Laura pun demikian. Berbeda dari si kembar, jika putra mereka menjadi bagian dari Smith Group, besar kemungkinan dia bisa menduduki posisi tinggi tanpa bersusah payah, dan hanya karena menjadi suami

  • Gelora Hasrat sang Presdir   439. Hanya Milik Asher

    Lana Smith, putri pertama Asher dan Laura ditidurkan di tengah-tengah ranjang di kamar yang kini telah diubah sepenuhnya menjadi bernuansa merah muda. Asher, Claus, dan Collin tidur tengkurap mengelilinginya dan tak jenuh memandang bayi itu layaknya harta karun yang tak ternilai harganya.“Bibirnya bergerak-gerak, Papa,” bisik Collin.“Aduh … aku baru saja berkedip! Aku tidak melihatnya,” sesal Claus bermuram durja.“Nanti pasti bergerak lagi. Jangan terlalu keras bicara, Claus,” tegur Asher lirih.Claus cemberut dan hampir menyentuh pipi adik bayinya. Namun, Asher lekas mencegah dengan decapan dan menunjukkan tatapan tajam padanya.“Aku ingin menggendong adikku, Papa,” pinta Claus memelas.“Tidak boleh. Lana masih berusia dua hari lebih empat jam. Kau bisa menjatuhkan Lana.”Sejak diperbolehkan melihat bayi itu, mereka bertiga senantiasa mengamatinya dengan posisi sama. Asher mencatat setiap gerakan kecil Lana, sedangkan Claus dan Collin akan memberi tahu ketika dirinya sedang melakuk

  • Gelora Hasrat sang Presdir   438. Harapan Laura dan Asher

    Waktu berlalu dengan cepat. Perut Laura kini telah membesar dan hampir melahirkan.Asher dan Laura sepakat untuk tidak mencari tahu jenis kelamin bayi mereka karena pertentangan pendapat. Namun, dokter tetap memberi tahu bahwa bayi di dalam rahim Laura kali ini hanya ada satu.Asher meyakini bahwa bayinya berjenis kelamin perempuan, sedangkan Laura yakin bahwa anaknya lelaki. Sementara itu, orang-orang di sekeliling mereka pun memperdebatkan hal yang serupa dan tak ada yang menebak sama. Karena itu, kamar untuk bayi mereka juga dipersiapkan setengah untuk perempuan, setengah lagi untuk laki-laki.“Sayaaaang!” seru Asher dari koridor.Laura yang saat ini berada di kamar Claus dan Collin bersusah payah bangun untuk menyambut Asher yang baru saja pulang dari kerja. Simon gegas membantu Laura berdiri dan menuntunnya ke depan pintu.Rupanya, Asher masih jauh dari kamar itu dan hanya suaranya yang terlalu keras memanggil dirinya. Melihat sang istri kesulitan menegakkan badan, Asher gegas

  • Gelora Hasrat sang Presdir   437. Tawa Lepas

    “Hanna, apakah aku-”Hanna berjalan melewati Simon dan tak ingin mendengar penjelasan apa pun sekarang. Dia masih kecewa karena ternyata hanya dirinya yang menganggap Simon sebagai keluarga.Simon mengusap wajah dengan kasar, lalu berbalik menyusul Hanna. “Aku harus segera menjelaskan kesalahpahaman ini.”Hanna sudah hampir masuk ke mobil sambil bercakap-cakap dengan Laura. Melihat cara bicara Laura yang sambil melihat dirinya, Simon takut jika Hanna mengadukannya.Simon tak berani mendekat. Kemudian masuk ke pintu mobil di arah yang berlawanan dari mereka.Dalam perjalanan ke tempat wisata lain, Hanna sekali pun tak melihat Simon. Saat mengurus Claus dan Collin yang duduk di antara mereka dan harus menghadap Simon, Hanna selalu menunduk atau melihat ke arah lain.Hanna benar-benar mengacuhkan Simon sampai hari berikutnya. Dia selalu berkumpul dengan orang lain dan enggan duduk hanya berdua dengan Simon ketika mengasuh Claus dan Collin.Simon tak tahan lagi! Hari ketiga liburan merek

  • Gelora Hasrat sang Presdir   436. Spesial Simon

    Di atas pantai pasir putih yang indah, Simon sedang tertelap dan ditemani wanita yang merupakan pelayan setia putri semata wayangnya. Hanna menggeser payung besar yang menghalau sinar matahari agar tubuh Simon tak kepanasan.“Tuan Simon sedang mimpi apa? Kenapa bibirnya bergerak-gerak begitu?” gumam Hanna selagi memperhatikan wajah Simon.Simon berdecap-decap sambil tersenyum, kemudian bergumam dalam tidurnya, “Kita akan menikah ….”Hanna terkekeh geli. “Kau sudah menikah dua kali, Tuan. Saat ini, kau pasti sedang memimpikan Nyonya Callista.”“Menikah … Hanna ….” Simon kembali bergumam-gumam, membuat pemilik nama itu terkesiap.Gumaman Simon setelahnya semakin jelas. Wajah Hanna menegang ketika bibir Simon mengucap namanya berulang kali.Hanna segera berlari meninggalkan Simon sambil menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, seakan-akan tak tahan untuk meneriakkan sesuatu. ‘Apa yang baru saja aku dengar?’ batin Hanna.Selama ini, Simon selalu menganggap Hanna sebagai putrinya. Setid

  • Gelora Hasrat sang Presdir   435. Persembahan Istimewa

    Makan malam semalam menjadi peristiwa memalukan bagi Rachel. Dia tak sadar, Alan ternyata membuat lukisan cinta di sekujur tubuhnya. Hingga dirinya enggan keluar dari kamar. Sayangnya, hari ini Rachel harus menjadi pemandu untuk para tamu istimewa yang datang dari luar negeri. Dia sudah berjanji akan mengajak Laura dan Emma jalan-jalan di tempat-tempat indah di sana. “Rachel, kau tidak perlu ikut dengan kami. Sepertinya, suamimu masih mengantuk ….” Laura menyenggol lengan Rachel dari belakang sambil terkekeh pelan dan melirik ke arah Alan yang menguap lebar. “Kak Alan pasti begadang semalaman.” Emma ikut menggoda kakak iparnya. Wajah Rachel merah padam mendengar para wanita itu menggodanya. “Sebentar lagi kita sampai di pantai. Kalian pasti akan menyukainya.” Rachel buru-buru mengalihkan pembicaraan. Awalnya, Emma masih ingin menggoda Rachel. Namun, setelah melihat pemandangan indah di depannya, dia urung melakukannya. Emma segera menghampiri suami dan putrinya dan mereka berpisah

  • Gelora Hasrat sang Presdir   434. Tanda Cinta

    Melihat peluh di wajah Alan dan tercium bau familier dari tubuhnya, Rangga menjadi sangat sedih. Alan ternyata telah mendapatkan sang putri kesayangan. Rangga tak bisa menatap Alan, bukan karena membencinya, tetapi hatinya terasa aneh. Anak yang dulu selalu melompat ke sana kemari itu, kini telah sepenuhnya menjadi wanita dewasa dan dimiliki pria itu. “Aku akan memanggil Rachel dulu, Ayah. Kami akan segera menyusul!” seru Alan pada Rangga yang tak berbalik atau menjawab dirinya. “Kau seharusnya melakukan itu nanti malam …. Namanya juga malam pertama. Sekarang masih terbilang sore. Aneh kalau disebut sore pertama, bukan?” celetuk Nevan, lalu tertawa pelan. Alan memutar bola mata. “Kami tinggal mengulangi lagi nanti. Lalu, apa yang membawamu kemari?” Tawa Nevan menghilang. Dia sebenarnya hanya ingin mengajak Hillary makan makan bersama keluarga besarnya meski Asher dan Laura juga diundang sebagai tamu kehormatan. Tetapi, dia ingin sedikit menggoda Hillary dengan menuntunnya ke area

  • Gelora Hasrat sang Presdir   433. Gara-Gara Terkejut

    Alan dan Rachel sangat antusias dan bahagia menjelang pernikahan mereka. Namun, setelah menjadi pasangan resmi, mereka justru berjauhan di dalam kamar hotel.“Kau tidak jadi mandi?” tanya Alan dengan mata yang tertuju ke arah lain.Alan beberapa kali mengibaskan kerah kemeja seperti orang kepanasan meski ruangan terasa sejuk. Sementara Rachel duduk sambil menekan-nekan asal layar ponselnya. “Sebentar lagi,” balas Rachel datar dan berusaha tenang.Sejak acara pernikahan usai, Rachel ingin segera mandi. Namun, setelah sampai di kamar, dia justru sangat gugup berhadapan dengan sang suami selama hampir setengah jam.Tak tahan lagi, Rachel meletakkan ponsel dan menuju kamar mandi. Alan melirik-lirik sambil bersenandung tak jelas seraya menatap luar jendela.Dia melihat pintu kamar mandi dari pantulan kaca jendela. Rachel menutup pintu setelah melihat dirinya.Alan akhirnya bisa duduk di sofa sambil menghela napas panjang.“Malam pertama kami … akan seperti apa?” gumam Alan sambil membayang

DMCA.com Protection Status