Beranda / CEO / Gelora Hasrat sang Presdir / 328. Pengingat Masa Lalu

Share

328. Pengingat Masa Lalu

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Asher terlonjak kaget. Dia mengusap kasar telinga kanannya.

Begitu pula dengan Laura dan Hanna. Mereka berdua seakan baru saja ketahuan berbuat sesuatu yang buruk.

Dua pria yang sedang bicara dengan Laura dan Hanna mengangguk sopan kepada Asher dan Simon yang berjalan mendekat.

“Papa, biarkan saja. Laura bisa mengamuk lagi.” Asher menggertakkan gigi agar tak membentak Simon. Gendang telinganya hampir pecah karena suara keras Simon memanggil Laura.

Asher seharusnya yang marah karena melihat Laura tampak bersenang-senang dengan pria lain. Akan tetapi, dia tak mau menunjukkan kecemburuan berlebihan, karena dia juga merasakan betapa tak nyaman dan menyebalkan dicemburui atau tak dipercaya.

“Keterlaluan mereka! Pagi-pagi sudah menggoda pria-pria muda! Kau harus menegur mereka, Ash!” geram Simon.

Namun, kenapa justru Simon yang marah besar? Laura tak melakukan apa pun dengan kedua pria itu. Tak ada salahnya mengobrol dengan orang, bukan?

Apalagi, Asher mengenal dua pria itu. Kevin dan
VERARI

Laura baru tau kalau Asher ...

| 5
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Linda Ibran
segera mba lanjutannya..
goodnovel comment avatar
Dindin DD
lanjutannya ditunggu...telat ya
goodnovel comment avatar
ind ri
yuk semangat thor, lanjut lagi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gelora Hasrat sang Presdir   329. Tak Sesuai Harapan Asher

    Asher tiba-tiba teringat ekspresi dan tingkah laku Simon saat Laura membahas sang ayah. Simon marah-marah kepada Laura, tetapi tatapan matanya melewati bahunya. Dan berhenti di tempat Hanna berdiri. “Tidak. Aku hanya ingat reaksi Papa saat cemburu.” Asher tergelak. “Kau sangat mirip dengan Papa Simon ....” “Cemburu dengan siapa?” “Entahlah ....” Asher mengedikkan bahu. Sudah jelas hanya ada Laura dan Hanna di sana. “Aku akan pergi ke kantor ....” Laura tak mau beranjak dari pangkuan Asher. “Kita nanti tidak perlu liburan jauh-jauh .... Bagaimana kalau kita ke tempat seperti rencanamu semula? Bersama Rachel ....” Asher mendengus. “Tidak mau. Kau hanya akan marah-marah lagi.” “Aku ... ingin belajar menahan atau menghilangkan perasaan yang tidak benar ini,” pinta Laura. “Tidak,” tegas Asher. Setelah Asher masuk kerja, Laura segera mencari baju pasangan pemberian Rachel. Dia akan menyimpan baju itu supaya bisa digunakan saat liburan nanti. Laura sungguh-sungguh saat mengatakan in

  • Gelora Hasrat sang Presdir   330. Asher yang Kesepian

    Asher menyembunyikan kekesalannya. Liburan kali ini seharusnya dapat dilewati dengan tenang. Namun, telinganya sekarang gatal dan panas karena orang-orang di sekelilingnya bicara sendiri-sendiri dengan jarak yang dekat dengan dirinya. Bahkan, Theo dan Jake yang sebenarnya jarang bicara pun, jadi banyak mulut saat bersama istri mereka. Asher berdecak melihat Theo berlagak tahu segalanya. Menunjuk ikan satu persatu, kemudian memberi tahu Emma nama-nama ikan itu beserta kelebihannya. ‘Seperti guru TK saja,’ gerutu Asher dalam hati. “Bagaimana kau bisa tahu semua nama-nama hewan laut, Theo? Kau pintar sekali melebihi Asher Smith! Dan kau selalu berhasil membuatku semakin jatuh cinta setiap hari!” seru Emma. ‘Anak TK pun tahu nama semua binatang! Berlebihan sekali!’ Asher memaki-maki Emma dan Theo dalam hati. Arah pandang Asher beralih ke kiri, di mana Jake seperti sedang membuat dunianya sendiri dengan Carla. Betapa tidak tahu malunya tangan Jake yang sesekali meremas bongkahan belak

  • Gelora Hasrat sang Presdir   331. Rindu Bermesraan

    Laura terheran-heran melihat tingkah sang suami. Asher sejak tadi mengamati setiap sudut kapal pesiar sambil mengangguk-angguk dengan senyuman licik. Dia khawatir sekali jika Asher benar-benar akan melakukan tindakan buruk. “Kenapa kau jadi mencurigakan?” tanya Laura lirih dan takut. “Mencurigakan?” Asher menoleh ke arah suara yang membuat tubuhnya kembali merasakan hasrat yang perlu segera dituntaskan. Seringai masih menghiasi wajahnya. “Kau sejak tadi celingukan ke sana-sini. Kau memang benar-benar mencurigakan. Jangan berbuat sesuatu yang akan mencoreng nama baikmu, Sayang,” pinta Laura halus, tak mau menyinggung Asher. “Aku mencurigakan?” Asher menunjuk wajahnya sendiri. “Ha ha! Kau ini aneh-aneh saja istriku!” Asher menegakkan badan dengan sikap berwibawa. Kedua tangannya bertautan di belakang. “Interior kapal ini sangat bagus. Sangat mengagumkan.” Ekspresinya mendadak jadi serius. Sambil mengangguk-anggukkan kepala, Asher tampak benar-benar sedang mengagumi seisi kapal ters

  • Gelora Hasrat sang Presdir   332. Kebetulan yang Tidak Betul

    Setiap mendengar suara langkah kaki mendekat dari kejauhan, Asher mengintip dari sela pintu. Dia menanti Laura datang sambil memikirkan rencana menggoda sang istri tanpa kentara. Namun, Laura terlalu lama bicara dengan Rachel. ‘Atau mungkin, Laura mampir ke tempat anak-anak dulu?’ Asher menanti sambil menonton televisi. Tak ada acara atau film yang menarik perhatian. Dia menghentikan gerakan jari untuk mengganti siaran ketika melihat wajah Kevin terpampang di layar kaca. Kevin sedang memerankan drama bersama seorang wanita. Si wanita tak sengaja masuk ke kamar selagi Kevin ganti pakaian. Wanita itu memekik sambil menutup wajahnya. Asher berdecak-decak. “Drama macam apa itu? Hanya melihat dada jelek saja pura-pura tutup muka,” gumamnya. “Laura mengidolakan lelaki kerempeng seperti itu?” Biarpun badan Kevin cukup menarik dengan otot sedang, tetapi Asher merasa lebih dari sangat menarik. Dia menepuk dadanya dengan bangga. Merasa bisa menjatuhkan aktor tampan itu hanya dengan satu ka

  • Gelora Hasrat sang Presdir   333. Akhir Liburan

    Kapal pesiar mewah kecil itu memiliki pintu di setiap kamar yang tertuju di geladak kapal. Setiap lantai di luar kamar diberi penyekat sehingga tak dapat digunakan untuk lewat. Asher membuka pintu, kemudian duduk tanpa melepaskan Laura. Napas pria itu terengah-engah dan berhenti sejenak ketika Laura meronta ingin kembali ke kamar. “Sayang! Apa kau gila!?” pekik Laura. “Gila ... katamu?” geram Asher. Asher berdiri mengangkat badan Laura tanpa melepaskan penyatuan. Dia mengimpit Laura di pagar pembatas kapal. Suara pekikan Laura tak begitu terdengar oleh deru ombak yang menghantam kapal. Laura mempererat pelukan karena takut jatuh. Tubuhnya sampai menegang saat melihat ke bawah laut. Asher memejamkan mata dengan rahang mengetat oleh cengkeraman Laura di bawah sana. Tuan Naga tercekik dengan kencang dan membuat sang pemilik menggeram gemas. “Sayang ... nanti kita jatuh ....” Tak ada yang terjatuh. Hanya Asher yang jatuh ke lembah hasrat yang kian meledak-ledak. Asher Smith suka s

  • Gelora Hasrat sang Presdir   334. Pria Menyedihkan

    “Abaikan saja,” kata Jake mengalihkan perhatian semua orang. Yang membawa mobil mewah berwarna merah keluaran terbaru itu hanya Asher Smith seorang. Rachel memperhatikan Alan yang melihat mobil itu cukup lama. Apa yang terjadi? Kenapa Alan jadi terlihat sendu? Meskipun tak ada yang menyadari sedikit perubahan di raut wajah Alan, Rachel yang sedari tadi mengamatinya pun dapat menangkap gerakan kecil di wajahnya. Dia mendekati Alan karena sangat penasaran. Apakah Alan membenci Asher? Atau justru memiliki perasaan khusus kepada Laura? Rachel tak dapat menahan diri untuk bertanya, “Kak Alan, kau kenal dekat dengan Kak Laura?” “Laura sahabat adikku. Tentu saja aku mengenalnya dengan baik.” Alan tersenyum kepada Rachel seperti seorang kakak kepada adiknya. Ah ... Emma dulu juga pernah menggemaskan seperti Rachel. Sekarang, adiknya sudah dewasa dan selalu melakukan perbuatan orang dewasa tanpa mengenal tempat di rumahnya. Alan kehilangan sosok adik kecilnya yang diam-diam sangat dia sa

  • Gelora Hasrat sang Presdir   335. Figuran

    Alan memaki dalam hati. Kenapa dia harus bertemu dengan mantan tunangannya di tempat yang akan digunakan untuk menenangkan pikiran? Hillary justru semakin lahap mencium pria itu. Alan mengabaikannya dan masuk ke dalam kamar. “Siapa pria itu? Bukankah dia sedang dekat dengan Mark?” Terakhir bertemu Hillary, wanita itu jelas-jelas menggandeng mesra Mark. Sekarang, Hillary berkencan dengan pria lain lagi. “Untuk apa aku memikirkannya?” gerutu Alan sambil menghempaskan badan ke atas kasur. Tak berselang lama, Paulo dan Gerry datang membawa makanan ringan dan beberapa kaleng bir. Alan langsung keluar dari kamar supaya mereka tak perlu melihat adegan senonoh di sebelah, apalagi pelakunya adalah mantan tunangannya sendiri. “Kau kenal dengan orang-orang di sini?” tanya Alan kepada Paulo.” “Tidak. Aku hanya membeli tempat ini waktu harganya masih murah untuk disewakan. Suatu saat nanti, aku akan tinggal di sini bersama istriku, yang mungkin sedang berkencan dengan pria lain sekarang.” Pa

  • Gelora Hasrat sang Presdir   336. Tawa Lepas

    “Kak Alan, kenapa duduk sendiri di sini?” Rachel membawakan makanan ringan untuk Alan. Dave saat ini sedang mengantar Fionna ke kamar kecil. Rachel jadi punya kesempatan mencari tahu tentang kepribadian Alan. Rachel tak ingin membuat Dave berpikir bahwa dirinya sejenis gadis lain yang suka menggoda pria. Untuk saat ini, Rachel hanya penasaran kepada pria yang lebih bersinar dari emas di sampingnya. Biarpun tertarik kepada Alan, Rachel perlu menyelidiki sifat dan perilakunya. Lagi pula, Rachel hanya menyukai Alan dan belum mau berpacaran. Perjalanannya masih panjang untuk mengenal cinta. Dia ingin memilih-milih pria yang tepat menyanding dirinya kelak dan tak mau terburu-buru memutuskan bahwa ketertarikannya merupakan cinta. ‘Suka dan cinta itu berbeda,’ batin Rachel membenarkan diri sendiri. “Beginilah aku. Seperti lubang hitam di antara jutaan bintang-bintang di angkasa.” Alan terkesiap ketika menyadari dirinya tak sengaja mengungkap isi di hati. “Maksudku, aku memang suka duduk

Bab terbaru

  • Gelora Hasrat sang Presdir   441. Kehangatan Keluarga Smith

    Laura Smith berjalan keluar dari gedung perusahaan Hartley. Pekerjaannya telah usai saat menjelang jam makan siang.Sudah satu tahun Laura kembali bekerja. Laura tak perlu mengawasi Lana selama seharian penuh lagi.Lana saat ini sudah berusia hampir lima tahun, sedangkan Claus dan Collin pun sudah sekolah. Si kembar cukup bisa diandalkan menjaga adiknya meski terkadang membuatnya menangis. “Di mana Asher?” gumam Laura menanti Asher keluar dari mobil.Di tepi jalan, mobil mewah telah menanti Laura. Biasanya, Asher selalu menunggu Laura di depan pintu masuk kantor. Namun, dia tak melihat tanda keberadaan sang suami di mana-mana.“Kenapa malah anak-anak yang datang ke sini?” Laura gegas menghampiri mereka.Dua anak lelaki tampan dan berwajah serupa membuka pintu di kedua sisi mobil bagian belakang. Claus membantu adik perempuannya yang memakai gaun putih turun dari mobil. Si kembar kemudian menggandeng Lana di kanan dan kiri secara protektif. Seakan-akan tak ingin ada satu pun orang men

  • Gelora Hasrat sang Presdir   440. Hanya Asher

    Laura sudah menduga sejak awal saat dirinya melahirkan bayi perempuan. Asher pasti akan menjadi papa yang banyak membatasi pergerakan putri mereka. Dengan Rachel pun, Asher seperti ayah kandung yang selalu menegur setiap kali ada kesempatan. Laura takut membayangkan masa depan putrinya tidak akan bisa bebas, atau sulit mencari kebahagiaan yang diinginkannya karena tekanan dari Asher.Namun, kata-kata Asher yang menyatakan bahwa putri mereka tak akan berteman dengan siapa pun, Laura kali ini menyetujuinya. Setidaknya, untuk situasi sekarang.“Putri kami bahkan masih belum bisa melihat dengan jelas. Sebaiknya, kita membicarakan masalah teman bermainnya kalau dia sudah agak dewasa,” kata Laura kepada para nyonya besar yang hadir di pesta.Bukan hanya Asher yang diserang oleh tamu-tamu mereka, Laura pun demikian. Berbeda dari si kembar, jika putra mereka menjadi bagian dari Smith Group, besar kemungkinan dia bisa menduduki posisi tinggi tanpa bersusah payah, dan hanya karena menjadi suami

  • Gelora Hasrat sang Presdir   439. Hanya Milik Asher

    Lana Smith, putri pertama Asher dan Laura ditidurkan di tengah-tengah ranjang di kamar yang kini telah diubah sepenuhnya menjadi bernuansa merah muda. Asher, Claus, dan Collin tidur tengkurap mengelilinginya dan tak jenuh memandang bayi itu layaknya harta karun yang tak ternilai harganya.“Bibirnya bergerak-gerak, Papa,” bisik Collin.“Aduh … aku baru saja berkedip! Aku tidak melihatnya,” sesal Claus bermuram durja.“Nanti pasti bergerak lagi. Jangan terlalu keras bicara, Claus,” tegur Asher lirih.Claus cemberut dan hampir menyentuh pipi adik bayinya. Namun, Asher lekas mencegah dengan decapan dan menunjukkan tatapan tajam padanya.“Aku ingin menggendong adikku, Papa,” pinta Claus memelas.“Tidak boleh. Lana masih berusia dua hari lebih empat jam. Kau bisa menjatuhkan Lana.”Sejak diperbolehkan melihat bayi itu, mereka bertiga senantiasa mengamatinya dengan posisi sama. Asher mencatat setiap gerakan kecil Lana, sedangkan Claus dan Collin akan memberi tahu ketika dirinya sedang melakuk

  • Gelora Hasrat sang Presdir   438. Harapan Laura dan Asher

    Waktu berlalu dengan cepat. Perut Laura kini telah membesar dan hampir melahirkan.Asher dan Laura sepakat untuk tidak mencari tahu jenis kelamin bayi mereka karena pertentangan pendapat. Namun, dokter tetap memberi tahu bahwa bayi di dalam rahim Laura kali ini hanya ada satu.Asher meyakini bahwa bayinya berjenis kelamin perempuan, sedangkan Laura yakin bahwa anaknya lelaki. Sementara itu, orang-orang di sekeliling mereka pun memperdebatkan hal yang serupa dan tak ada yang menebak sama. Karena itu, kamar untuk bayi mereka juga dipersiapkan setengah untuk perempuan, setengah lagi untuk laki-laki.“Sayaaaang!” seru Asher dari koridor.Laura yang saat ini berada di kamar Claus dan Collin bersusah payah bangun untuk menyambut Asher yang baru saja pulang dari kerja. Simon gegas membantu Laura berdiri dan menuntunnya ke depan pintu.Rupanya, Asher masih jauh dari kamar itu dan hanya suaranya yang terlalu keras memanggil dirinya. Melihat sang istri kesulitan menegakkan badan, Asher gegas

  • Gelora Hasrat sang Presdir   437. Tawa Lepas

    “Hanna, apakah aku-”Hanna berjalan melewati Simon dan tak ingin mendengar penjelasan apa pun sekarang. Dia masih kecewa karena ternyata hanya dirinya yang menganggap Simon sebagai keluarga.Simon mengusap wajah dengan kasar, lalu berbalik menyusul Hanna. “Aku harus segera menjelaskan kesalahpahaman ini.”Hanna sudah hampir masuk ke mobil sambil bercakap-cakap dengan Laura. Melihat cara bicara Laura yang sambil melihat dirinya, Simon takut jika Hanna mengadukannya.Simon tak berani mendekat. Kemudian masuk ke pintu mobil di arah yang berlawanan dari mereka.Dalam perjalanan ke tempat wisata lain, Hanna sekali pun tak melihat Simon. Saat mengurus Claus dan Collin yang duduk di antara mereka dan harus menghadap Simon, Hanna selalu menunduk atau melihat ke arah lain.Hanna benar-benar mengacuhkan Simon sampai hari berikutnya. Dia selalu berkumpul dengan orang lain dan enggan duduk hanya berdua dengan Simon ketika mengasuh Claus dan Collin.Simon tak tahan lagi! Hari ketiga liburan merek

  • Gelora Hasrat sang Presdir   436. Spesial Simon

    Di atas pantai pasir putih yang indah, Simon sedang tertelap dan ditemani wanita yang merupakan pelayan setia putri semata wayangnya. Hanna menggeser payung besar yang menghalau sinar matahari agar tubuh Simon tak kepanasan.“Tuan Simon sedang mimpi apa? Kenapa bibirnya bergerak-gerak begitu?” gumam Hanna selagi memperhatikan wajah Simon.Simon berdecap-decap sambil tersenyum, kemudian bergumam dalam tidurnya, “Kita akan menikah ….”Hanna terkekeh geli. “Kau sudah menikah dua kali, Tuan. Saat ini, kau pasti sedang memimpikan Nyonya Callista.”“Menikah … Hanna ….” Simon kembali bergumam-gumam, membuat pemilik nama itu terkesiap.Gumaman Simon setelahnya semakin jelas. Wajah Hanna menegang ketika bibir Simon mengucap namanya berulang kali.Hanna segera berlari meninggalkan Simon sambil menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, seakan-akan tak tahan untuk meneriakkan sesuatu. ‘Apa yang baru saja aku dengar?’ batin Hanna.Selama ini, Simon selalu menganggap Hanna sebagai putrinya. Setid

  • Gelora Hasrat sang Presdir   435. Persembahan Istimewa

    Makan malam semalam menjadi peristiwa memalukan bagi Rachel. Dia tak sadar, Alan ternyata membuat lukisan cinta di sekujur tubuhnya. Hingga dirinya enggan keluar dari kamar. Sayangnya, hari ini Rachel harus menjadi pemandu untuk para tamu istimewa yang datang dari luar negeri. Dia sudah berjanji akan mengajak Laura dan Emma jalan-jalan di tempat-tempat indah di sana. “Rachel, kau tidak perlu ikut dengan kami. Sepertinya, suamimu masih mengantuk ….” Laura menyenggol lengan Rachel dari belakang sambil terkekeh pelan dan melirik ke arah Alan yang menguap lebar. “Kak Alan pasti begadang semalaman.” Emma ikut menggoda kakak iparnya. Wajah Rachel merah padam mendengar para wanita itu menggodanya. “Sebentar lagi kita sampai di pantai. Kalian pasti akan menyukainya.” Rachel buru-buru mengalihkan pembicaraan. Awalnya, Emma masih ingin menggoda Rachel. Namun, setelah melihat pemandangan indah di depannya, dia urung melakukannya. Emma segera menghampiri suami dan putrinya dan mereka berpisah

  • Gelora Hasrat sang Presdir   434. Tanda Cinta

    Melihat peluh di wajah Alan dan tercium bau familier dari tubuhnya, Rangga menjadi sangat sedih. Alan ternyata telah mendapatkan sang putri kesayangan. Rangga tak bisa menatap Alan, bukan karena membencinya, tetapi hatinya terasa aneh. Anak yang dulu selalu melompat ke sana kemari itu, kini telah sepenuhnya menjadi wanita dewasa dan dimiliki pria itu. “Aku akan memanggil Rachel dulu, Ayah. Kami akan segera menyusul!” seru Alan pada Rangga yang tak berbalik atau menjawab dirinya. “Kau seharusnya melakukan itu nanti malam …. Namanya juga malam pertama. Sekarang masih terbilang sore. Aneh kalau disebut sore pertama, bukan?” celetuk Nevan, lalu tertawa pelan. Alan memutar bola mata. “Kami tinggal mengulangi lagi nanti. Lalu, apa yang membawamu kemari?” Tawa Nevan menghilang. Dia sebenarnya hanya ingin mengajak Hillary makan makan bersama keluarga besarnya meski Asher dan Laura juga diundang sebagai tamu kehormatan. Tetapi, dia ingin sedikit menggoda Hillary dengan menuntunnya ke area

  • Gelora Hasrat sang Presdir   433. Gara-Gara Terkejut

    Alan dan Rachel sangat antusias dan bahagia menjelang pernikahan mereka. Namun, setelah menjadi pasangan resmi, mereka justru berjauhan di dalam kamar hotel.“Kau tidak jadi mandi?” tanya Alan dengan mata yang tertuju ke arah lain.Alan beberapa kali mengibaskan kerah kemeja seperti orang kepanasan meski ruangan terasa sejuk. Sementara Rachel duduk sambil menekan-nekan asal layar ponselnya. “Sebentar lagi,” balas Rachel datar dan berusaha tenang.Sejak acara pernikahan usai, Rachel ingin segera mandi. Namun, setelah sampai di kamar, dia justru sangat gugup berhadapan dengan sang suami selama hampir setengah jam.Tak tahan lagi, Rachel meletakkan ponsel dan menuju kamar mandi. Alan melirik-lirik sambil bersenandung tak jelas seraya menatap luar jendela.Dia melihat pintu kamar mandi dari pantulan kaca jendela. Rachel menutup pintu setelah melihat dirinya.Alan akhirnya bisa duduk di sofa sambil menghela napas panjang.“Malam pertama kami … akan seperti apa?” gumam Alan sambil membayang

DMCA.com Protection Status