Jangan bilang ... bapaknya Mark?
“Ya, namaku Laura. Astaga … aku lupa memperkenalkan diri. Bagaimana kau bisa mengenalku?” Laura tak ingat pernah mengenal pria bernama Mark itu. “Maaf, ingatan masa kecilku tidak begitu bagus … apa kita pernah bertemu sebelumnya?” Mark kembali tenang setelah memperlihatkan wajah terkejut yang begitu jelas. “Tidak … aku hanya pernah mendengar namamu saja. Dari kakakku … mungkin kau mengenalnya.” Rasa lega di hati Laura hanya sekejap saja. Apakah kakak Mark adalah remaja dalam ingatannya? Entahlah … yang penting, pria itu tak ada di sini sekarang. Asher bisa mencari gara-gara jika muncul pria yang dia yakini sebagai cinta pertama Laura.“Aku tidak begitu ingat masa-masa kecilku di sini.” Laura mengulang pernyataannya.“Kau mungkin bisa mengingatnya nanti. Kakakku akan datang dua hari lagi. Keluarga kami tinggal di negara lain dan selalu datang ke sini setiap kali berkunjung.” DEG! Jantung Laura seperti berhenti mendadak. Sedetik kemudian, dia merasakan dadanya berdebar hebat. Bagai
Mark sedang duduk di bangku samping rumah. Dia tampak sibuk mengetikkan sesuatu di ponsel, bahkan tak tahu ada dua makhluk lain di balik jendela yang jaraknya cukup jauh dengannya.Justru suara Asher dan Laura bicara keras yang membuatnya sadar. Dia tiba-tiba berpaling ke arah jendela saat melihat siluet bergerak di dalam. Meskipun jendela kaca itu terpantul sinar matahari sehingga mengaburkan penglihatan Mark, dia masih bisa sedikit melihat Asher berjalan tanpa busana ke arah jendela. Kening Mark berkerut, memastikan dia tak salah melihatnya.“Tidak mungkin!” Laura spontan menutup tubuh Asher bagian bawah yang tak memakai apa pun. “Aku tadi bahkan tidak lihat ada Mark di luar, Sayang.” Asher melepaskan tangan Laura dari miliknya. Dengan penuh percaya diri, pria itu berjalan ke arah jendela untuk menutup tirai rapat-rapat. Entah dia hanya ingin memamerkan miliknya yang perkasa atau untuk membuat Mark cemburu … hanya Asher yang tahu. Biarpun belum tentu Mark memiliki perasaan khusus
Pagi-pagi buta, Laura melihat Asher tidur dengan ponsel di wajahnya. Dia mengambil ponsel itu dan meletakkan di nakas. Tak sempat melihat apa yang membuat Asher betah semalaman mengamati layar ponsel. Laura harus segera menyusui Claus dan Collin, lalu memandikan mereka di ruang sebelah bersama Hanna. “Tuan Asher belum bangun, Nyonya? Apa kita akan jalan-jalan berdua saja? Sekarang sudah ada Alaina dan Alanis yang bisa membantu saya membuat sarapan.” Hanna berharap Asher tak usah ikut dengan mereka. Rasanya tak nyaman mengikuti orang yang gemar bermesraan.“Asher sedang lelah sepertinya. Biasanya dia bangun lebih dulu, tapi sekarang masih tidur nyenyak. Mari kita jalan-jalan sebentar setelah ini.” Dengan dikawal dua pengawal. Laura dan Hanna mendorong kereta bayi yang terpisah. Biasanya Laura menggunakan satu kereta bayi besar untuk bayi kembar, tetapi Claus dan Collin sudah bisa bertengkar kecil, yang berakhir dengan salah satu dari mereka menangis. Dari arah yang berlawanan, tam
Apa pun kata orang, bagi Laura, Asher merupakan suami sempurna. Tak peduli dengan penampilan atau pakaian yang dikenakan Asher, pria itu selalu tampak hebat di matanya. Namun, saat ini Asher lebih memperhatikan penampilan dari biasanya. Laura harus menunggu Asher memasukkan semua produk yang digunakan untuk melindunginya dari penuaan. “Apa kita akan menginap satu minggu?” Laura fokus melihat macam-macam barang yang dimasukkan Asher ke dalam ransel. Banyak barang serupa yang sebenarnya tak perlu dibawa. Asher tetap sibuk mengemasi barang bawaan dan tak sadar oleh sindiran halus istrinya.“Bukankah kau bilang hanya ingin jalan-jalan sampai malam ini saja? Kita tidak bisa meninggalkan Claus dan Collin terlalu lama. Kenapa kau bawa banyak barang yang tidak perlu?” sambung Laura. “Aku tahu. Kau jangan terlalu khawatir. Aku akan mengawasi Claus dan Collin setiap jam sekali dari tempat kita nanti. Lagipula, mereka anak laki-laki dan sudah sepatutnya berani.” “Tapi … mereka masih bayi ….”
“Pertama, kau mengatakan kalau pemuda itu indah. Apa kau tidak puas memiliki suami sepertiku?” tanya Asher dengan nada menyesakkan dada Laura. Wajah Asher sungguh menyiratkan terluka. Sementara Laura tak mengerti kenapa Asher bisa berpikir sejauh itu padanya. “Maksudmu apa? Aku tidak pernah mengatakan Mark indah … kapan aku bilang seperti itu?!” Nada suara Laura meninggi dan bergetar.Mata yang berkaca-kaca haru oleh kejutan indah itu hilang. Berganti rasa sedih karena tak dipercaya dan dituduh suaminya sendiri. Asher boleh cemburu, tetapi tuduhan Asher sudah sangat keterlaluan. Laura tak terima disangka sebagai wanita yang mudah jatuh cinta, sedangkan dia selalu merasa beruntung memiliki suami Asher Smith. “Apa yang kau katakan waktu di depan rumah tadi? Kau bilang, tubuh orang itu indah, bukan?” Laura mengais ingatan beberapa saat lalu. Wajahnya mengernyit karena bingung dengan maksud Asher. Dia tak melihat keberadaan Mark karena terlalu fokus melihat rumah. “Astaga … kenapa ka
Darah di wajah Laura seakan tersedot keluar hingga membuat wanita itu memucat dengan cepat. Detak jantungnya berirama kencang dan tak beraturan tatkala melihat Asher panik dan buru-buru berdiri sambil menggendongnya. “Hampir saja!” seru Asher dengan senyuman lebar. “Kau pikir ini lucu?!” bentak Laura dengan suara bergetar karena ketakutan.Laura sangat takut jika suara patahan kayu itu berasal dari rumah pohon. Ternyata kursi rotan yang mereka duduki tak kuat menampung bobot tubuh mereka berdua hingga hampir patah. “Wajah ketakutanmu memang lucu.” Asher tersenyum kecil.“Aku pikir, kita benar-benar akan jatuh!” “Ugh!” Asher mengerang tertahan. Laura memukul-mukul dada pria yang sedang menggendongnya ke arah ranjang. Gigitan marah sampai membuat pundak Asher memerah dan tercetak bekas gigitan. “Bukankah kau sudah jatuh sejak dulu?” Asher menjeda ucapannya beberapa detik. “Jatuh cinta padaku ….” Laura ternganga tak percaya mendengar kata-kata Asher yang membuatnya semakin merindin
“Aaaahhh!!” Laura menjerit keras sambil menutup matanya. Asher spontan memeluk Laura yang gemetar ketakutan ketika melihat rambut kepala berambut pirang mengambang di permukaan. Mereka pikir ada seekor binatang melompat ke dalam air.Namun, seorang pria muncul ke permukaan. Pria itu dan Asher saling bertatapan, sama-sama terkejut. Mereka mematung di tempat selama beberapa detik. “Astaga … maafkan aku … aku tidak tahu ada orang di bawah sini,” tutur pria itu. “Maaf, Nyonya, aku pasti sudah membuatmu takut. Laura sontak melihat ke depan. Ternyata, bukan binatang buas yang sekilas dilihatnya tadi sebelum menutup mata.Siapa yang tak terkejut ketika ada orang tiba-tiba muncul dari atas, di saat mereka sedang bersenang-senang?Melihat dari bentuk wajah, warna rambut dan manik mata abu-abu pria itu, Laura langsung dapat menebak bahwa pria itu mungkin saja kakak Mark yang dibicarakan kemarin. Tetapi, kenapa dia bisa tiba-tiba muncul dari tas air terjun? “Dari mana kau masuk? Ada banyak p
“Itu ...” Laura kesulitan menjawab. Dia sendiri tak tahu apa yang harus dilakukan jika calon suami idaman masa kecilnya menagih janji itu. “… hanya janji anak kecil … mana mungkin ada orang yang masih memegangnya hingga dewasa? Aneh sekali kau … dia pasti sudah melupakannya!” Benar … untuk apa Laura memikirkan sesuatu yang telah berlalu sangat lama? Bahkan, Enzo juga terlihat sudah memiliki keluarga. Laura menebak dari cincin yang melingkar di jari manis Enzo.Namun, jawaban Laura sepertinya tak membuat Asher Smith puas. Dia masih memandangi Laura dengan sorot mata menyelidik. Laura menghindari tatapan Asher. Dia selalu gugup jika menghadapi tatapan tajam itu. “Bagaimana caramu membayar janjimu? Bukankah tidak adil bagi Enzo? Dia mendengar janji itu saat sudah cukup umur. Apa kau meremehkan perasaannya?” Tunggu sebentar … kenapa Asher tak seperti orang marah ataupun cemburu buta seperti biasanya? Laura melayangkan tatapan curiga. “Kau … apa kau menyuruhku untuk menepati janji itu