Cukup lama Sunny berdiri di depan cermin, ia rasanya tidak percaya jika Bella sudah bertunangan, pertemuannya dengan Arland dan Kay membuatnya sangat gusar, saat ia mondar-mandir di depan cermin, ponsel dalam saku celananya bergetar, ia mengambil ponsel itu lalu melihat panggilan dari Nilesh. Saat ia hendak mengangkat telepon itu ia melihat pria yang mencari Bella berjalan ke arah toilet pria, membuatnya semakin gemetar, panggilan dari Nilesh pun ia abaikan. "Bagaimana ini? bagaimana jika mereka tahu aku ada disini, mati aku," gumamnya. Ia pun mematikan ponselnya supaya Nilesh tidak menelepon dirinya, ia takut jika kedua pria itu sampai menemukan dirinya. Ia pun mengingat kejadian 2 hari lalu, dimana Bella memaksa supaya mereka pindah kos, ia pun menyadari semuanya. "Jangan-jangan Bella? Ya Tuhan, Bella selama ini berbohong? Apa yang dia sembunyikan dariku dan Nilesh, aku harus mencari tahu" gumamnya, ia mengira omongan kedua pria itu benar adanya yang mengatakan jika Bella adal
Setelah 1 jam Sunny menunggu, akhirnya Bella pun pulang membawa beberapa makanan di dalam kantong kresek. "Sunny" Bella melambaikan tangan dari jauh saat ia melihat Sunny menunggunya. Sunny hanya tersenyum ia menyembunyikan kesedihannya dari Bella. "Kamu sudah lama menunggu?" Tanya Bella tersenyum. "Belum, aku juga baru pulang." Setelah membuka pintu, saat mereka akan masuk ke dalam kos, 2 orang pria langsung menutup mulut mereka, 1 orang mengunci Sunny di dalam 1 lagi membawa Bella pergi. "Sunny," Bella teriak meskipun mulutnya di tutup pakai kain, sedangkan Sunny hanya bisa melihat kepergian Bella yang semakin jauh hingga Bella hilang dari pandangannya. Air mata pun tidak terbendung dari pelupuk mata Sunny, ia segera menghubungi Nilesh tapi tidak ada jawaban. "Bagaimana ini? Siapa mereka, mengapa mereka menculik Bella?" Bella terus meronta agar terlepas dari dua pria itu, saat tangan Bella terlepas dari tangan pria itu, ia langsung menarik topeng dari wajah mereka, Bel
"Bella buka pintunya, apa yang terjadi di dalam? Arland mengetuk-ngetuk pintu itu dari luar, ia sangat khawatir karena ia tahu Bella bisa nekat untuk menyakiti dirinya seperti yang ia lakukan di apartemen. Kay menggeleng melihat kepanikan di wajah sang Tuan Muda, dulu ketika bersama Maudy, ia tidak selemah ini, namun saat mencintai Bella kehidupannya seperti kacau. Bella tidak menjawab ataupun membuka pintu kamar itu, tidak ada jawaban dari dalam kamar. "Bella buka pintunya," Arland bicara sangat lembut supaya Bella tidak mereka takut. "Bella tidak menjawab, dobrak saja pintu itu jangan-jangan dia terluka di sana," kata Kay. Arland pun semakin panik, lalu mencoba mendobrak pintu itu, sekali dua kali pintunya tidak terbuka, namun ketiga kali pintunya langsung terbuka karena Kay juga membantunya. "Bella" mereka tidak menemukan Bella di tempat tidur, mata Arland dan Kay sangat liar mencari Bella, akhirnya Kay melihat Bella tergeletak di dalam kamar mandi. "Tuan Muda" Kay syok mel
"Bi Ijah sangat takut jika kalian bertengkar Tuan, rasanya jantung bibi hampir copot" katanya lalu memegangi dadanya. "Maafkan aku Bi" kata Kay lalu merapikan pakaiannya, Arland juga merapikan bajunya yang berantakan karena bertengkar dengan sahabatnya sendiri. Setelah Bi Ijah pergi, Kay memasang wajah datar pada Arland. "Apa kau tahu seberapa besar penderitaan gadis itu? Apa kau tahu seberapa besar trauma yang ia alami karena dirimu?" Kay melontarkan banyak pertanyaan yang menyudutkan Arland, bukan karena iri atau cemburu karena Arland mendapatkan gadis secantik Bella, namun karena ia sangat kasihan terhadap gadis itu. "Aku sudah menceritakan semuanya padamu, aku akan menikahi Bella setelah ini, tapi kau sudah di luar batasan mu, kau seharusnya tidak memeluk kekasihku itu" jawab Arland dengan emosi. "Seandainya kau mengerti bahasa air mata, kau pasti mengerti luka di dalam hatinya, kau pasti akan mengerti apa yang diinginkan oleh dirinya, bukan harta dan kekayaan yang kau pun
"Beraninya kalian membohongi mommy." "Saya tidak bicara dengan kamu, silahkan pergi dari rumah saya sekarang juga" bentak Murni, Bella sangat bahagia bisa keluar dari rumah itu, tetapi untuk berjalan saja rasanya ia tidak sanggup, tiba-tiba saja tubuhnya terjatuh ke lantai, Arland dan Kay langsung membawanya ke tempat tidur, mereka dengan cepat memanggil dokter agar segera ke rumahnya. Tidak lama kemudian dokter yang berbeda datang ke rumah itu, memeriksa tubuh Bella yang terlihat lemah, sementara Murni memasang wajah tegang penuh amarah, ia sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi. "Apa yang terjadi padanya dokter" tanya Murni mendekati dokter itu. "Selamat ya buk, menantu Anda sedang mengandung" jawab sang dokter dengan senyuman bahagia. Namun bagi Murni ini adalah musibah, musibah yang dilakukan oleh anaknya sendiri. "Apa?" Murni kaget hingga langkahnya mundur tanpa ia sadari. "Dia mengandung 4 minggu, kalian harus menjaga kesehatannya, jangan sampai dia merasa stres
Bella turun dari mobil Kay lalu berlari, yang ia pikirkan bagaimana cara lepas dari mereka yang selalu membuatnya terusik, namun Kay dengan cepat menangkap Bella lalu membawanya ke dalam mobil. "Apa yang kamu pikirkan Bella? bagaimana jika sesuatu terjadi pada calon bayimu?" Kay sedikit membesarkan suaranya, ia tidak ingin Bella dan calon bayinya celaka. "Tidak perlu mengasihani aku, biarkan saja aku pergi" ucap Bella, ia sudah tidak mampu lagi untuk menangis, wajahnya nampak pucat dan beban dihatinya semakin terlihat rumit. "Aku tidak bisa membiarkan mu pergi Bella, tolong mengertilah" Kay bicara lebih pelan dan lembut, ia harus bisa membuat Bella percaya padanya agar ia bisa menanganinya dan juga Arland. Murni berusaha tetap menjodohkan Arland dengan Maudy meski Arland selalu menolaknya, "Maafkan aku mom, tapi aku tidak bisa bersama Maudy, dia pernah melukai hatiku lalu pergi dengan Antoni, apa mommy masih ingat dengan Antoni?" "Apa? Antoni yang selalu berusaha menghancu
"Sejak kapan Kay berani mengkhianati ku? aku tidak akan membiarkan siapapun memiliki mu, karena kamu dan bayimu adalah milikku" kemudian ia melepaskan tangan Bella, ia sangat marah bagaimana mungkin Kay bisa mengkhianatinya. Ia pun tak tinggal diam, ia kemudian menggenggam tangan Bella lalu membawanya masuk ke dalam kamar untuk istirahat. "Tidurlah, jangan pikirkan apapun yang merugikan aku, maksud ku jaga kesehatan mu agar anak kita tumbuh dan sehat," setelah itu ia langsung keluar dari kamar itu. "Bagaimana caranya aku pergi? tidak ada sedikit celah untuk melarikan diri" batinnya. Setelah Arland duduk di sofa, ia mengambil ponselnya lalu menghubungi Kay. Kay kaget saat melihat panggilan itu, mungkin sesuatu telah terjadi pada Bella, ia berulangkali kali mengabaikan panggilan itu, namun Arland terus memanggilnya. "Halo" "Jangan mencoba mengkhianati ku Kay, aku bisa melakukan apapun bahkan aku pun bisa menghancurkan mu" kata Arland. Mendengar ucapan Arland, Kay menggeleng kepal
"Aku tidak ingin mendengar itu lagi Bella, kau adalah milikku, hanya milikku" Arland keluar dari kamar, ia duduk di sofa, tiba-tiba bel berbunyi, ia pikir yang datang adalah Kay, ia pun segera membuka pintu. Namun yang datang bukan lah Kay, melainkan seorang pria muda membawa Pizza hutt, Arland mengerutkan keningnya karena ia merasa tidak memesan apapun. "Tunggu sebentar, mungkin saja istriku yang memesan pizza itu" ucapnya lalu masukkan ke dalam kamar. "Bella apa kamu memesannya pizza?" tanya Arland. Bella pun mengerutkan keningnya, seketika matanya melotot lalu turun dari kasur. "Ia aku ingin sekali makan pizza" ucapnya. Ia berjalan ke pintu sambil memegang perutnya, ia kemudian berbalik badan lalu melihat Arland yang sedang berdiri melipat kedua tangannya di dada sambil memperhatikan nya. "Aku tidak punya uang, bagaimana aku bisa mendapatkan pizza itu?" Arland pun tersenyum melihat Bella, dengan senang hati ia mengambil uang dari dompetnya lalu memberikan beberapa l