"Sejak kapan Kay berani mengkhianati ku? aku tidak akan membiarkan siapapun memiliki mu, karena kamu dan bayimu adalah milikku" kemudian ia melepaskan tangan Bella, ia sangat marah bagaimana mungkin Kay bisa mengkhianatinya. Ia pun tak tinggal diam, ia kemudian menggenggam tangan Bella lalu membawanya masuk ke dalam kamar untuk istirahat. "Tidurlah, jangan pikirkan apapun yang merugikan aku, maksud ku jaga kesehatan mu agar anak kita tumbuh dan sehat," setelah itu ia langsung keluar dari kamar itu. "Bagaimana caranya aku pergi? tidak ada sedikit celah untuk melarikan diri" batinnya. Setelah Arland duduk di sofa, ia mengambil ponselnya lalu menghubungi Kay. Kay kaget saat melihat panggilan itu, mungkin sesuatu telah terjadi pada Bella, ia berulangkali kali mengabaikan panggilan itu, namun Arland terus memanggilnya. "Halo" "Jangan mencoba mengkhianati ku Kay, aku bisa melakukan apapun bahkan aku pun bisa menghancurkan mu" kata Arland. Mendengar ucapan Arland, Kay menggeleng kepal
"Aku tidak ingin mendengar itu lagi Bella, kau adalah milikku, hanya milikku" Arland keluar dari kamar, ia duduk di sofa, tiba-tiba bel berbunyi, ia pikir yang datang adalah Kay, ia pun segera membuka pintu. Namun yang datang bukan lah Kay, melainkan seorang pria muda membawa Pizza hutt, Arland mengerutkan keningnya karena ia merasa tidak memesan apapun. "Tunggu sebentar, mungkin saja istriku yang memesan pizza itu" ucapnya lalu masukkan ke dalam kamar. "Bella apa kamu memesannya pizza?" tanya Arland. Bella pun mengerutkan keningnya, seketika matanya melotot lalu turun dari kasur. "Ia aku ingin sekali makan pizza" ucapnya. Ia berjalan ke pintu sambil memegang perutnya, ia kemudian berbalik badan lalu melihat Arland yang sedang berdiri melipat kedua tangannya di dada sambil memperhatikan nya. "Aku tidak punya uang, bagaimana aku bisa mendapatkan pizza itu?" Arland pun tersenyum melihat Bella, dengan senang hati ia mengambil uang dari dompetnya lalu memberikan beberapa l
Mereka berdua pun ngobrol hingga Arland lupa jika ia telah mengunci Bella dalam kamar, ia melihat jam di tangannya sudah pukul 9 pagi. "Astaga, aku lupa jika Bella di dalam kamar" Kay kaget mendengar itu, mereka langsung berlari dan dengan cepat membuka pintu itu, mereka menemukan Bella terbaring pucat dan berkeringat dingin. Arland langsung mengangkatnya lalu membawanya ke sofa. "Kay tolong buatkan segelas susu, bagaimana bisa aku lupa jika kamu belum sarapan" Arland panik dan tidak tahu harus berbuat apa. Kay pun datang dengan segelas susu di tangannya. Ia juga panik melihat Bella yang sudah pucat. "Kay, tolong belikan makanan aku tidak mau jika sampai Bella sakit" "Yang membuat Bella sakit siapa? aku? hah?" batin Kay ngedumel. Ia pun pergi membeli makanan dan juga buah. Sepanjang jalan Kay terus berpikir untuk membebaskan Bella, namun ia tidak bisa berkhianat pada Arland. "Maafkan Bella, maafkan aku sungguh tidak bisa berbuat apapun untuk menolong mu." Bella berbaring lalu
Setelah Bella terlelap, Arland keluar dari kamar menemui Kay yang sedang duduk santai di sofa. Ia pun tidak bertanya apapun, ia hanya duduk sembari memikirkannya cara agar Nilesh bisa menjauhi Bella Shara. "Kau kenapa murung?" tanya Kay yang tengah asik ngemil. "Aku tidak tahu seberapa kuat cinta Bella pada Nilesh, aku tidak percaya jika Nilesh menemukan Bella di sini, dia berpura-pura menjadi pengantar Pizza, jika aku tidak mencegah Bella keluar, mungkin mereka sudah melarikan diri dariku." "Bagaimana bisa Nilesh tahu keberadaan Bella di sini?" Kay menatap Arland sambil menggelengkan kepalanya, ia sebenarnya curiga jika Bella yang memberi tahu keberadaannya pada Nilesh. Tidak mungkin Nilesh tahu jika tidak ada yang memberi tahu dirinya. "Apa sebaiknya aku membawa Bella ke apartemen yang lain?" "Jangan, biarkan saja Bella di sini. Lagi pula Nilesh tidak akan bisa membawa Bella." "Aku tidak yakin, tapi bagaimana jika dia benar-benar membawa Bella?" Kay dan Arland sama-sama berpi
Bella terbangun lalu mendapati tubuhnya tanpa pakaian, ia langsung teriak sambil menutup tubuhnya dengan selimut, Arland yang sudah terlelap sampai terbangun mendengar Bella teriak. Ia pun segera masuk kamar untuk memastikan keadaan Bella. "Ada apa Bella? kenapa kamu teriak?" Bella sampai bingung melihat Arland yang bertanya seperti itu, bagaimana mungkin ia bisa telanjang jika seseorang tidak melakukan sesuatu padanya? Ia terus berpikir namun ia tidak mendapatkan jawaban. "Kenapa aku seperti ini?" air mata Bella sudah sangat deras membasahi pipinya. Ia tidak menyangka jika dirinya mengalami hal seperti itu lagi. "Bella, aku tidak tahu apa maksudmu, katakan dengan jelas agar aku mengerti." Mendengar ucapan Arland, Bella langsung mengusirnya dari dalam kamar, ia pun segera berlari ke kamar mandi. Ia hanya merasakan tubuhnya sedikit pegal, namun ada sesuatu yang begitu plong di hatinya, namun ia tidak mengetahui itu. "Maafkan aku Bella, aku belum sanggup untuk bicara padamu, karen
"Jangan berpikir untuk bisa melarikan diri dari ku, aku akan memberi mu pelajaran jika sampai Bella kenapa-kenapa," gumam Arland. Arland mengikuti mereka kemanapun Nilesh pergi. Akhirnya Nilesh dan Bella berhenti, Nilesh menggenggam kuat tangan Bella agar tidak lepas darinya. Arland pun turun dari mobilnya, sedangkan Kay hanya melihat dari jauh apa yang akan dilakukan Arland pada Nilesh. "Beraninya kau membawa istriku lari" ucap Arland dengan suara baritonnya. Seketika Bella mundur ke belakang Nilesh, ia tidak ingin di bawa oleh Arland lagi sebagai tawanan. "Bella bukan istrimu, kau melakukan hal bejat hingga Bella seperti ini, harusnya kau malu pada dirimu, dimana cerminan dirimu? apakah seperti ini?" jawab Nilesh dengan lantang. "Bella, apa yang terjadi? mengapa kamu bisa lari dari mobil?" tanya Arland dengan tenaga saat bicara dengannya. Ia tidak mau jika Bella pergi bersama Nilesh. "Tolong lepaskan kami, aku berjanji tidak akan pernah kembali mengusik kehidupan mu,
Kay memutar otaknya agar bisa segera membawa Bella, ia kasihan pada keduanya karena keegoisan sahabatnya, lagi pula Bella bukanlah tawanan yang bisa di permainan hidupnya oleh orang yang punya kuasa dan harta. "Kay apa rencana mu?" tanya Arland saat ia terlihat merenung. "Aku tidak memikirkan apapun," jawab Kay sambil menggeleng. Arland pun tidak terlalu bertanya, karena saat ini ia harus memikirkan cara agar secepatnya ia dan Bella menikah dan mendapatkan restu mommy, jika di biarkan terlalu lama semua bisa-bisa semua orang tahu jika Bella telah mengandung sebelum menikah. "Aku akan pulang ke rumah, jika ada apa-apa kabarin saja" ucap Kay lalu ia mengambil jaket dan kunci mobilnya lalu segera berlalu dari apartemen. Ia pun tidak banyak bicara soal Bella pada Arland, ia takut jika Arland mencurigai dirinya. Arland bersandar lalu memandang ponselnya, kemudian meletakkan ponsel itu di meja, pikirannya serasa buntu untuk mendapatkan solusi agar semua baik-baik saja. "Apa yang
"Pertunangan akan segera dilaksanakan," ucap mommy saat ia telah memegang kotak berisi cincin berlian mewah. Arland mengambil cincin yang diberikan mommy, ia kemudian menatap wajah Maudy dengan rasa dendam, cinta yang selama ini ia berikan pada Maudy telah sirna saat Maudy mengkhianati nya, luka itu pun akhirnya membuat Bella hamil. Mau tidak mau Arland memasukkan cincin itu di jari manis Maudy, mereka akhirnya sah bertunangan. "Akhirnya kita bertunangan setelah waktu yang lama," ucap Maudy sambil memandangi cincin berlian di jari manisnya. "Arland masuk dulu mom, ada pekerjaan di kantor yang belum selesai." "Baiklah sayang," jawab mommy sambil mengelus pipi puteranya itu. Arland pun meninggalkan Maudy dan yang lain di ruang keluarga, ia mengunci kamarnya lalu tidur, ia tidak lagi memikirkan apapun. Keluarga Maudy pun pulang setelah acara selesai, Maudy dan keluarganya sangat senang akhirnya mereka bisa mengikat Arland agar tidak bisa menikah dengan yang lain. "Mom, ak
Dengan terpaksa, Anthony dan Nilesh tunduk pada Kay, Kay sama sekali tidak lengah, ia fokus pada Anthony, ia tidak mau gegabah. Anthony mencoba memanfaatkan Sunny, tapi Kay segera mengetahuinya, ia segera melepaskan tembakan sekali hampir mengenai Anthony, Anthony kaget lalu menunduk, ia takut di lukai oleh Kay. "Sunny adalah milikku, aku ke sini untuk mengambil apa yang menjadi milikku, kau tidak boleh menyembunyikan sesuatu yang bukan milikmu Kay, biarkan Sunny ikut denganku, tanyakan saja padanya, dia adalah milikku!" Anthony dengan bangga mengatakan itu, tapi Sunny muak mendengar ucapan Anthony. "Aku bukan milikmu, aku bukan barang, aku berhak menentukan pilihan ku, lagipula aku tidak suka padamu, aku dan Kay sudah menikah, siapa yang kau bilang milikmu? apa kau tidak merasa bersalah mengatakan hal itu?" Sunny berbohong supaya Anthony tidak mengganggunya lagi. "Kau jangan berbohong Sunny, Kay akan menikah dengan mantan kekasihnya Amanda, kenapa kau mau tinggal dengan pri
Murni tetap tenang meski Maudy memberinya beberapa pertanyaan mengenai Arland dan Bella, ia tidak mau Maudy sampai tahu jika Arland berada di rumah sakit. "Arland sendiri yang meminta Bella menemaninya, biarlah dia ikut, lagi pula mommy bisa mengurus Novia, mommy tidak kemana-mana juga," ucapnya lalu ia duduk di sofa karena selama di rumah sakit ia tidak bisa menyandarkan tubuhnya. "Pasti mereka berbohong, tidak mungkin Bella mendadak pergi dengan Arland keluar kota," gumamnya, ia masih penasaran tapi sepertinya Murni menutupi sesuatu darinya, yang anehnya lagi, Tuan Alexander segera membawa Novia masuk ke kamarnya. Murni meminta Bi Ijah membuatkan minuman dingin untuknya, tenggorokannya terasa sangat kering. "Bibi tolong buatkan minum dingin," ucap Murni dengan lembut, Bi Ijah segera ke dapur kalau membuat minuman itu. Maudy pergi ke kamarnya, ia mondar-mandir di dalam, sebab Kay juga belum kembali, ia tidak mungkin mendapatkan informasi itu dari Murni. "Kapan Kay kembali
Tuan Alexander bersiap untuk pulang ke rumah dengan Novia, sedangkan Bella dan Kay akan tinggal di rumah sakit menjaga Arland. "Mom, tolong jangan katakan apapun, aku bukan tidak percaya sama bibi, tapi Maudy akan mendesaknya sampai bibi bicara, kita harus merahasiakan ini dari Maudy sampai terbukti ia tidak bersekongkol dengan papanya dan juga Anthony." Kay sangat mewaspadai Maudy, sampai sekarang ia tidak percaya padanya meskipun Maudy selalu berbuat baik di depannya. "Sayang, kamu pulang dulu ya sama opa Oma, tapi mama mau kamu berjanji!" "Berjanji apa ma?" Novia tidak mengerti apa yang di katakan Bella padanya. "Kamu harus janji, jika Tante Maudy bertanya apapun padamu tentang papa dan mama, jangan katakan apapun ya, mama mohon ya nak," Novia diam, ia masih belum mengerti apa yang dimaksud mamanya itu. "Novia, kalau misalnya Tante Maudy bertanya, dimana papa dan mama, kamu harus bilang tidak tahu, papa dan mama bekerja ada urusan, mama mohon ya nak, supaya papa bisa
"Papa janji setelah papa pulang kita akan jalan-jalan keluar negeri," ucap Arland sambil mengelus rambut Novia. "Janji ya pa, kita akan jalan-jalan!" Novia mengingatkan janji itu supaya Arland tidak lupa. Novia kembali bermain game di ponsel, Arland merasa sedih saat Novia menagih janji padanya. Kay masih duduk di sofa, ia terlihat murung, Sunny tidak tahu harus bicara apa padanya. Kay melihat jam di tangannya sudah pukul 07.15, ia segera menghabiskan teh nya lalu beranjak. "Aku akan ke rumah sakit, tetaplah di rumah, jika ada sesuatu yang kau butuhkan katakan saja padaku," ucapnya lalu ia segera pergi. Sunny menutup pintu rapat-rapat setelah Kay pergi meninggalkan rumah, ia masuk kamar karena merasa sedih, ia khawatir jika suatu saat nanti Anthony menemukannya. "Ya Tuhan, jauhkan aku dari pria jahat itu, aku tidak ingin menjadi tawanannya, aku menyesal telah percaya padanya dulu," ucap Sunny sambil menangis, kalau bisa ia ingin tinggal bersama Kay supaya ia aman dari
"Kita harus waspada, pasti ada serangan yang akan dilakukan Arland pada kita, aku tidak mau itu terjadi!" Anthony pun mulai hati-hati dengan Arland dan Kay, mereka tidak mau menyepelekan kekuatan Arland, apalagi Kay selalu bisa membuat lawannya kalah. Bella masih menunggu Arland di rumah sakit, Arland perlahan-lahan mulai pulih tapi ia harus tetap mendapatkan pengobatan supaya ia segera pulih. Pagi hari sudah pukul 07.00, Murni dan suaminya mengajak Novia ke rumah sakit, tapi ia tidak memberitahu siapapun, termasuk Bi Ijah. Murni tetap memakai seragam sekolah pada Novia supaya tidak seorangpun yang curiga pada mereka. "Novia sayang, cepatlah nanti kita terlambat. "Iya Oma!" Maudy mendengar Murni memanggil Novia merasa heran kenapa tiba-tiba pagi ini ia yang mengantar Novia ke sekolah, ia pun segera menemui Murni yang masih ada di kamarnya, sedangkan Tuan Alexander ada di garasi. Tok... tok.... Maudy mengetuk pintu kamar Murni, Murni masih belum sempat membukanya karena
Seseorang menghalangi jalan Kay saat ia terus mengejar mobil Anthony, akhirnya ia kehilangan jejak mereka. "Sial, siapa yang berani melakukan itu?" ia sama sekali tidak bisa melihat siapa yang ada di dalam mobil itu, ia marah, memukul setir mobil lalu berputar arah. Ia pun memutuskan untuk pergi ke rumah Sunny, rumah Sunny lumayan jauh dari jalan itu, tapi hatinya masih kacau, ia marah tapi keberuntungan masih berpihak pada Anthony. Kay pun menyetir dengan pelan, tangannya masih gemetar dan ia belum bisa meredam emosinya. Ia pun akhirnya sampai di depan rumah Sunny, ia masih berada di dalam mobil sampai tangannya berhenti gemetar. "Jika terus seperti ini, aku tidak akan masuk ke dalam," batinnya. Ia menghela nafasnya berulang-ulang lalu mencoba menetralkan emosinya, tangannya perlahan berhenti gemetar lalu ia sekali lagi menghela nafasnya. Sebelum turun ia mengirim pesan pada Arland, ia mengatakan jika saat ini berada di rumah ibunya, ia selalu berbohong jika berada di ru
"Apakah ada yang tahu kau datang ke sini?" tanya Arland saat Bella masih memegang tangannya. "Tidak, aku keluar rumah diam-diam, lagi pula aku keluar jam 03.00 pagi, semua orang di rumah masih tidur." Lalu Kay keluar dari kamar itu, ia mengatakan akan segera kembali. "Aku keluar sebentar, aku akan kembali segera!" Bella menangis melihat suaminya terbaring, ia menghela nafasnya karena dadanya terasa sangat sesak. "Jangan khawatir, sebentar lagi aku akan pulih, kita pasti pulang nanti!" "Jangan bicara lagi, pulihkan dirimu dulu, akan menemani mu di sini!" Bella tidak mau meninggalkan suaminya di rumah sakit meskipun Arland menyuruhnya pulang. "Pulanglah ke rumah, Novia dan yang lainnya membutuhkan mu, lagi pula kau harus mengabari ke rumah supaya tidak ada yang khawatir." "Nanti saja, ini masih jam 04.20 bibi belum bangun," ucapnya. Bella mengambil air minum lalu diberikan pada Arland. "Minum yang banyak supaya tidak dehidrasi." Arland mengembang air mineral itu
Bella menunggu hingga subuh tapi keduanya tidak ada yang meneleponnya, ia semakin khawatir, lalu ia segera turun ke bawah duduk sofa, ia selalu membawa ponselnya kemanapun. "Tidak biasanya Arland mengabaikan panggilan ku hingga beberapa kali, pasti ada yang tidak beres dengan mereka, tapi kemana aku harus mencarinya? tidak ada yang bisaa ku tanyakan," Bella termenung di bawah sendirian, kemudian ponselnya berdering, ia segera melihatnya, panggilan itu dari Arland, ia dengan antusias segera mengangkatnya. "Halo." "Bella maafkan aku, aku tidak bisa pulang karena sekarang aku dan Kay berada di rumah sakit, aku mengalami kecelakaan, tapi tidak parah, jangan khawatir, nanti aku dan Kay akan segera pulang." Jantung Bella seolah berhenti karena mendengarkan kata kecelakaan, ia tidak mampu bicara. "Bella jangan khawatir, aku dan Kay akan segera pulang, jangan katakan pada mommy, aku tidak apa-apa!" "Dimana kalian sekarang? kenapa sejak tadi tidak ada yang mengangkat teleponku?"
"Apa kau yakin Maudy tidak terlibat saat Anthony dan Nilesh bebas? lebih baik suruh saja dia pergi dari rumah, aku yakin dia tahu banyak hal, tapi dia tidak mengatakan apapun sebelum ada orang yang bicara di rumah mengenai hal ini." Kay sebenarnya sangat mengkhawatirkan Novia, anak kecil itu selalu di ganggu oleh Anthony untuk membebaskan dendamnya pada Arland. "Kita akan memerlukan bantuannya nanti, jika dia pergi dari rumah sekarang, aku yakin Anthony akan merajalela, jadi sebagai gantinya untuk membalasnya nanti, saat Maudy masih ada di rumah!" Kay pun mengerti apa yang dikatakan Arland, ia tahu Maudy suatu saat akan berguna bagi mereka. Mereka tidak pergi ke kantor, tapi ke club untuk menenangkan diri, seperti beberapa tahun yang lalu. Kay dan Arland kembali ke club itu setelah lebih dari 6 tahun, tapi orang-orang di sana masih menyambut mereka seperti dulu, Arland duduk di kursi yang biasa mereka duduki, Kay dengan sangat senang meneguk beberapa gelas minuman yang ada d