Bella terbangun lalu mendapati tubuhnya tanpa pakaian, ia langsung teriak sambil menutup tubuhnya dengan selimut, Arland yang sudah terlelap sampai terbangun mendengar Bella teriak. Ia pun segera masuk kamar untuk memastikan keadaan Bella. "Ada apa Bella? kenapa kamu teriak?" Bella sampai bingung melihat Arland yang bertanya seperti itu, bagaimana mungkin ia bisa telanjang jika seseorang tidak melakukan sesuatu padanya? Ia terus berpikir namun ia tidak mendapatkan jawaban. "Kenapa aku seperti ini?" air mata Bella sudah sangat deras membasahi pipinya. Ia tidak menyangka jika dirinya mengalami hal seperti itu lagi. "Bella, aku tidak tahu apa maksudmu, katakan dengan jelas agar aku mengerti." Mendengar ucapan Arland, Bella langsung mengusirnya dari dalam kamar, ia pun segera berlari ke kamar mandi. Ia hanya merasakan tubuhnya sedikit pegal, namun ada sesuatu yang begitu plong di hatinya, namun ia tidak mengetahui itu. "Maafkan aku Bella, aku belum sanggup untuk bicara padamu, karen
"Jangan berpikir untuk bisa melarikan diri dari ku, aku akan memberi mu pelajaran jika sampai Bella kenapa-kenapa," gumam Arland. Arland mengikuti mereka kemanapun Nilesh pergi. Akhirnya Nilesh dan Bella berhenti, Nilesh menggenggam kuat tangan Bella agar tidak lepas darinya. Arland pun turun dari mobilnya, sedangkan Kay hanya melihat dari jauh apa yang akan dilakukan Arland pada Nilesh. "Beraninya kau membawa istriku lari" ucap Arland dengan suara baritonnya. Seketika Bella mundur ke belakang Nilesh, ia tidak ingin di bawa oleh Arland lagi sebagai tawanan. "Bella bukan istrimu, kau melakukan hal bejat hingga Bella seperti ini, harusnya kau malu pada dirimu, dimana cerminan dirimu? apakah seperti ini?" jawab Nilesh dengan lantang. "Bella, apa yang terjadi? mengapa kamu bisa lari dari mobil?" tanya Arland dengan tenaga saat bicara dengannya. Ia tidak mau jika Bella pergi bersama Nilesh. "Tolong lepaskan kami, aku berjanji tidak akan pernah kembali mengusik kehidupan mu,
Kay memutar otaknya agar bisa segera membawa Bella, ia kasihan pada keduanya karena keegoisan sahabatnya, lagi pula Bella bukanlah tawanan yang bisa di permainan hidupnya oleh orang yang punya kuasa dan harta. "Kay apa rencana mu?" tanya Arland saat ia terlihat merenung. "Aku tidak memikirkan apapun," jawab Kay sambil menggeleng. Arland pun tidak terlalu bertanya, karena saat ini ia harus memikirkan cara agar secepatnya ia dan Bella menikah dan mendapatkan restu mommy, jika di biarkan terlalu lama semua bisa-bisa semua orang tahu jika Bella telah mengandung sebelum menikah. "Aku akan pulang ke rumah, jika ada apa-apa kabarin saja" ucap Kay lalu ia mengambil jaket dan kunci mobilnya lalu segera berlalu dari apartemen. Ia pun tidak banyak bicara soal Bella pada Arland, ia takut jika Arland mencurigai dirinya. Arland bersandar lalu memandang ponselnya, kemudian meletakkan ponsel itu di meja, pikirannya serasa buntu untuk mendapatkan solusi agar semua baik-baik saja. "Apa yang
"Pertunangan akan segera dilaksanakan," ucap mommy saat ia telah memegang kotak berisi cincin berlian mewah. Arland mengambil cincin yang diberikan mommy, ia kemudian menatap wajah Maudy dengan rasa dendam, cinta yang selama ini ia berikan pada Maudy telah sirna saat Maudy mengkhianati nya, luka itu pun akhirnya membuat Bella hamil. Mau tidak mau Arland memasukkan cincin itu di jari manis Maudy, mereka akhirnya sah bertunangan. "Akhirnya kita bertunangan setelah waktu yang lama," ucap Maudy sambil memandangi cincin berlian di jari manisnya. "Arland masuk dulu mom, ada pekerjaan di kantor yang belum selesai." "Baiklah sayang," jawab mommy sambil mengelus pipi puteranya itu. Arland pun meninggalkan Maudy dan yang lain di ruang keluarga, ia mengunci kamarnya lalu tidur, ia tidak lagi memikirkan apapun. Keluarga Maudy pun pulang setelah acara selesai, Maudy dan keluarganya sangat senang akhirnya mereka bisa mengikat Arland agar tidak bisa menikah dengan yang lain. "Mom, ak
"Apa yang harus kulakukan di sini?" Bella mondar-mandir di apartemen itu sendiri. Tiba-tiba ia berniat untuk melarikan diri sejauh-jauhnya, ia berpikir untuk meninggalkan kota besar ini lalu pergi bersama Nilesh. Ia memimpikan kehidupan pernikahan yang bahagia. Namun ia juga berpikir jika Arland tidak akan tinggal diam, bisa-bisa Arland menghancurkan hidup Nilesh. "Bagaimana jika ini adalah kesempatan yang diberikan Tuhan padaku bersama Nilesh? iya, mungkin saja inilah saatnya aku pergi," gumamnya lalu secepatnya mengambil beberapa pakaian baru yang diberikan Arland padanya. Bella dengan cepat mengemas barangnya, lalu mengambil semua uang yang diberikan Arland padanya, segera ia turun kebawah untuk mencari taksi, namun ia tidak bisa menghubungi Nilesh karena ponselnya entah dimana. "Aduh, bagaimana ini? aku harus menelepon dari mana?" batinnya sambil berpikir. Tak lama kemudian taksi pun melintas dari depannya. Setelah memberhentikan taksi ia pun segera masuk kedalam agar tidak ada
Nilesh membaringkan Bella di tikar pandan yang sudah lapuk dan hampir koyak di beberapa bagian, Bella pun berusaha agar dirinya cepat pulih lalu mereka segera pergi sejauh-jauhnya. Hampir satu jam mereka istirahat di pondok itu, Bella pun sudah mulai membaik, namun suara beberapa pria membuat Bella ketakutan, ia memegang lengan Nilesh sangat kuat. "Aku berharap itu bukanlah Arland dan anak buahnya, ya Tuhan, bagaimana jika dia datang kesini?" gumamnya dalam hati. Sesekali ia pun memejamkan matanya karena ketakutan. "Jangan takut, aku akan selalu menjagamu," bisik Nilesh agar Bella merasa tenang. Namun disaat mereka berusaha diam, tiba-tiba perut Bella muat, ia tidak tahan untuk tidak muntah, ia pun menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara. tapi dia tetap saja mengeluarkan suara sampai beberapa pria itu menghampiri pondok yang mereka tempati saat ini. tok tok tok Suara ketukan itu sangat kuat terdengar di telinga Bella dan Nilesh, mereka terdiam dan tidak bicara apapun, sam
"Tidak ada yang kurang dari dirimu, hanya saja aku tidak bisa mencintaimu, bagaimana bisa kamu berpikir aku akan mencintaimu? sedangkan yang pertama kali kau berikan adalah rasa benci! bukan hanya itu, untuk dekat denganmu saja aku tidak sudi, lalu bagaimana aku bisa mencintai?" Bella bicara dengan tegas, ia membalas tatapan tajam itu dengan penuh amarah, bahkan amarah di dalam hatinya seperti sudah membara. "Aku akan memberikan semuanya, akan ku pastikan tidak ada yang kurang selama kau bersamaku!" ucap Arland dengan nada suara pelan karena ia tahu Bella sedang dilanda amarah. "Berhentilah menggangguku, jangan sampai aku kehilangan calon bayiku karena ulahmu!" Bella pun mengambil handuk lalu melilitkannya di badannya. Ia segera mendorong Arland keluar dari kamar itu, Arland tidak berdaya ia hanya mengikuti kemauan Bella. Bella segera memakai baju, kemudian ia duduk di atas ranjang sambil merenung. Ia bahkan tidak selera untuk makan, meskipun perutnya begitu lapar tetapi ia sama
Arland menatap Kay yang tengah berjalan mendekatinya. Kay mengerti jika Arland akan marah padanya. Tetapi ia mencoba mengalihkan pembicaraan saat mereka duduk berdua. "Sebelum pernikahan ku dengan Bella dilangsungkan, aku ingin mengakhiri semua kepura-puraan Maudy," ucap Arland tanpa basa-basi, ia sebenarnya tahu jika Kay ingin mengalihkan pembicaraan Lebih dulu. "Rencana apa lagi yang dimainkan Maudy? kemungkinan dia berkerja sama dengan Antoni untuk menghancurkan perusahaan." "Aku tahu, lagi pula aku tidak ingin menikah dengannya. Aku menyuruhmu untuk menyadarkan mommy, Maudy dan keluarganya hanya menginginkan uang dan kekuasaan." Mereka berdua pun berusaha mencari solusi supaya rencana Maudy segera diketahui oleh Murni. Tetapi sebelum mereka selesai bicara, ponsel Arland berdering ia pun melihat ternyata Murni yang meneleponnya. "Hello mom." "Arland cepatlah pulang, Maudy ada di rumah kalian harus segera memilih baju untuk acara pernikahan." Arland langsung mematika