Karena merasa di abaikan oleh Arland, Maudy jadi kesal, lalu ia ingin pergi dari ruangan Arland, Arland tidak mengatakan apapun padanya sehingga Maudy semakin kesal dan merasa tidak dianggap sama sekali. "Aku sudah membantu mu Arland, tapi kau masih saja tidak menganggapku ada di sini, aku ada di hadapan mu," batinnya kesal. Arland sangat sibuk dengan urusannya, lalu Maudy tiba-tiba saja hilang dari pandangannya, ia tidak tahu kapan Maudy keluar. "Kemana dia?" gumam Arland lalu segera ia mengerjakan tugasnya. Maudy masuk ke ruangan Kay, ia melihat Kay duduk sambil berkerja. Tok.... tok... tok... "Masuk," ucap Kay tanpa melihat siapa yang ada di hadapannya. "Kay boleh aku duduk?" tanya Maudy sehingga ia kaget, ia tidak menyangka jika Maudy yang datang menemuinya. "Duduk saja." Kay tetap melanjutkan pekerjaannya, sedangkan Maudy duduk sambil menatapnya. "Kay apa kau sudah makan siang?" "Tidak!" "Aku ingin makan bersamamu siang ini kalau kau tidak keberatan!" "M
Saat sudah sore, Kay membangunkannya lalu menyuruh Maudy pulang lebih dulu, karena ia masih ada pekerjaan lain. "Maudy pulanglah lebih dulu, nanti aku segera menyusul mu di rumah!" ucapnya, Maudy pun lebih dulu pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Setelah itu ia pun pulang ke rumah sendirian, lalu Kay melanjutkan pekerjaannya. Setibanya di rumah, Maudy segera mandi lalu duduk di ruang tamu, ia melihat Bi Ijah duduk sambil makan cemilan. "Bibi boleh aku duduk di sini?" tanya Maudy saat ia sudah berada di samping Bi Ijah. "Duduk saja." Maudy duduk lalu ia di tawarin cemilan oleh Bi Ijah tapi ia menolaknya. "Tidak bibi, aku sudah makan dengan Kay tadi," tanpa sengaja Bella mendengarnya, ia sedikit ragu, lalu segera masuk ke kamarnya, ia mencari ponselnya lalu menghubungi Arland yang masih berada di kantor. Tut..... Panggilannya tidak diangkat oleh Arland, lalu ia meletakkan ponselnya di atas ranjang. Tak lama setelah itu, Arland segera meneleponnya. "Halo."
Paginya, Maudy tiba-tiba sakit, entah apa yang ia pikirkan sehingga seluruh tubuhnya menggigil. Untung saja ketika Bi Ijah masuk ke kamarnya, ia melihat Maudy menggigil lalu menyelimuti tubuhnya. "Ada apa nona Maudy? kenapa seperti ini?" tanya Bi Ijah panik, ia segera memanggil Bella yang masih berada di kamarnya. "Bibi jangan katakan pada siapapun, aku tidak mau menyusahkan mereka," ucap Maudy sambil memegang tangan Bi Ijah. "Tidak apa-apa nona Maudy, bibi harus memanggil Bella." Bi Ijah tidak mendengarkan apa yang di katakan Maudy, ia tidak mungkin membiarkan Maudy dalam bahaya. "Bella." Bi Ijah memanggilnya dari luar kamar, mungkin Bella masih berbaring sehingga lama membuka pintu. "Bella," sekali lagi ia memanggil, tak lama kemudian Bella pun keluar dari kamarnya, ia melihat wajah Bi Ijah sangat panik. "Ada apa bibi?" tanya Bella lalu ia memegang tangan Bi Ijah. "Nona Maudy menggigil, wajahnya pucat!" "Dimana dia?" Bi Ijah dan Bella segera berlari ke kamarnya, mereka m
Arland menatapnya bingung, ia tidak tahu apa yang di maksud Kay. "Melakukan apa? biasanya kau mampu melakukan apapun dalam sekejap," ucap Arland. "Ini berbeda, aku benar-benar bingung." Arland memperhatikan perubahan Kay sekejap, tidak seperti biasanya. Arland pun kembali ke ruangannya, dan berharap ketika di rumah nanti Kay menceritakan semuanya padanya. Kay melakukan pekerjaannya, ia banyak melakukan kesalahan hari ini, mungkin karena memikirkan Maudy dan juga Sunny. Setelah pulang dari kantor, Kay masih saja diam, Arland mengajaknya bicara tapi ia hanya menjawab sekedarnya saja. "Ada apa dengannya?" gumam Arland, ia masih memperhatikan sikap Kay. Setelah sampai di rumah, Kay langsung memasuki kamarnya, ia segera berbaring di ranjang. Bella dan yang lainnya tidak terlihat saat ia keluar dari kamar, hanya ada Novia juga Bi Ijah duduk di depan tv. "Bibi, di mana semua orang?" "Di kamar nona Maudy, dia kasihan sekali, tidak mau di bawa ke rumah sakit, akhirnya Bel
Bella masih diam saja, Bi Ijah pun sampai memegang tangannya lalu Bella melihatnya. "Aku baik-baik saja," ucap Bella lalu ia keluar, ia segera masuk ke kamarnya menemui Arland. "Mungkin nanti Kay akan menikah dengan Maudy!" "Dari mana kau tahu?" "Lihat saja apa yang dilakukan Kay padanya, ia sangat perhatian pada Maudy!" "Biarkan sajalah, asalkan Maudy bisa berubah menjadi wanita baik apa salahnya?" Bella diam saja, lalu bagaimana dengan nasib Sunny? ia berjanji akan membantu Sunny supaya bisa menikah dengan Kay, tapi nyatanya Kay memberi perhatian lebih pada Maudy. "Kenapa kau merasa gusar seperti itu saat Kay sangat perhatian pada Maudy?" "Aku tidak tahu, perasaanku mengatakan jika Maudy hanya berpura-pura supaya Kay menikah dengannya nanti." "Jangan khawatir, Kay pasti mempertimbangkan apa yang akan dia lakukan, Kai tidak pernah gegabah dalam melakukan hal yang akan mengubah hidupnya, aku mengenalnya sejak dulu, tidak usah mengkhawatirkannya!" Arland bingung me
"Jangan berlebihan seperti itu, aku hanya melakukan yang menurutku baik!" ucap Kay. Arland pun memeluk Kay, ia harusnya belajar dari Kay, ketulusan dan keikhlasan yang tiada batas. "Ayo masuk, kita makan dulu," ajak Arland, tapi Kay tidak selera makan saat ini. "Jangan menyiksa dirimu seperti itu, kau harus makan supaya bisa melakukan kebaikan yang lain," ucap Arland. Kay pun akhirnya masuk lalu mereka segera ke meja makan, tidak ada siapapun yang terlihat di ruangan itu, bahkan Novia tidak ada di depan tv. "Kemana mereka?" "Aku tidak tahu," jawab Arland, mereka segera makan, Kay setelah makan langsung menuju kamar Maudy, ternyata semua orang di sana. "Lho, semua orang di sini!" ucap Kay saat ia berada di dalam. "Iya, Maudy yang meminta kami semua ke sini!" Kay seketika menatap Maudy, ia pikir sesuatu telah terjadi padanya. "Ada apa denganmu Maudy?" "Tidak apa-apa," jawabnya singkat. "Lalu kau meminta semua orang ke sini?" "Aku tidak mau sendirian," Maudy lan
Seperti biasa Kay akan melakukan aktivitas sehari-hari, ia akan ke kantor bersama dengan Arland dan juga Tuan Alexander. Bella mengantar Novia ke sekolah, lalu yang lain di rumah untuk beres-beres. Dokter yang menangani Maudy datang untuk mencabut infus karena ia sudah lebih baik. Dokter itu memberi vitamin untuknya, setelah dokter itu pergi Bella yang baru saja kembali dari sekolah langsung menemuinya di kamar, ia melihat Maudy duduk di depan meja rias. "Bagaimana keadaan mu Maudy?" "Lihatlah, sudah lebih baik, aku hanya perlu istirahat saja." "Oh ya kapan rencanamu menikah dengan Kay?" Bella langsung bicara tanpa basa-basi padanya, karena ia tahu Maudy akan berbohong padanya. "Tidak ada pernikahan, Kay hanya melakukan kebaikan saja, bukankah dulu dia juga melakukannya padamu saat Arland luka ingatan?" Maudy mengingatkan hal kejam yang ia lakukan pada Bella beberapa tahun lalu. Bella menatapnya dengan tajam, itu semua terjadi karena ulah Maudy yang selalu ikut campur
Arland merasa senang karena ikan yang di masak oleh istrinya sangat lezat, ia menghabiskan satu ekor ikan sendirian, Bella dan Murni senang melihat Arland makan lahap. "Terimakasih, ikan ini sangat enak, lain kali masakin lagi seperti ini," ujar Arland sambil tersenyum. Kay juga senang melihat Arland makan dengan lahap, setelah makan semuanya meninggalkan meja lalu sibuk masing-masing seperti biasanya. Bella mengajak Novia masuk ke kamarnya, sementara Arland dan yang lainnya duduk di sofa depan tv sambil menonton film. "Mama, Novia punya tugas dari dari Miss di suruh membawa makanan supaya berbagi dengan teman yang membutuhkan makanan, Novia harus bawa banyak ma, supaya temen-temen di jalanan makan sampai kenyang," ucapnya lalu ia duduk di atas ranjang, Bella pun mengiyakan permintaan putrinya itu. "Besok mama akan beli apa yang Novia butuhkan, sebelum ke sekolah kita akan mampir ke supermarket dulu," Novia pun bahagia saat namanya menyetujui apa yang ia mau. Arland masuk
Dengan terpaksa, Anthony dan Nilesh tunduk pada Kay, Kay sama sekali tidak lengah, ia fokus pada Anthony, ia tidak mau gegabah. Anthony mencoba memanfaatkan Sunny, tapi Kay segera mengetahuinya, ia segera melepaskan tembakan sekali hampir mengenai Anthony, Anthony kaget lalu menunduk, ia takut di lukai oleh Kay. "Sunny adalah milikku, aku ke sini untuk mengambil apa yang menjadi milikku, kau tidak boleh menyembunyikan sesuatu yang bukan milikmu Kay, biarkan Sunny ikut denganku, tanyakan saja padanya, dia adalah milikku!" Anthony dengan bangga mengatakan itu, tapi Sunny muak mendengar ucapan Anthony. "Aku bukan milikmu, aku bukan barang, aku berhak menentukan pilihan ku, lagipula aku tidak suka padamu, aku dan Kay sudah menikah, siapa yang kau bilang milikmu? apa kau tidak merasa bersalah mengatakan hal itu?" Sunny berbohong supaya Anthony tidak mengganggunya lagi. "Kau jangan berbohong Sunny, Kay akan menikah dengan mantan kekasihnya Amanda, kenapa kau mau tinggal dengan pri
Murni tetap tenang meski Maudy memberinya beberapa pertanyaan mengenai Arland dan Bella, ia tidak mau Maudy sampai tahu jika Arland berada di rumah sakit. "Arland sendiri yang meminta Bella menemaninya, biarlah dia ikut, lagi pula mommy bisa mengurus Novia, mommy tidak kemana-mana juga," ucapnya lalu ia duduk di sofa karena selama di rumah sakit ia tidak bisa menyandarkan tubuhnya. "Pasti mereka berbohong, tidak mungkin Bella mendadak pergi dengan Arland keluar kota," gumamnya, ia masih penasaran tapi sepertinya Murni menutupi sesuatu darinya, yang anehnya lagi, Tuan Alexander segera membawa Novia masuk ke kamarnya. Murni meminta Bi Ijah membuatkan minuman dingin untuknya, tenggorokannya terasa sangat kering. "Bibi tolong buatkan minum dingin," ucap Murni dengan lembut, Bi Ijah segera ke dapur kalau membuat minuman itu. Maudy pergi ke kamarnya, ia mondar-mandir di dalam, sebab Kay juga belum kembali, ia tidak mungkin mendapatkan informasi itu dari Murni. "Kapan Kay kembali
Tuan Alexander bersiap untuk pulang ke rumah dengan Novia, sedangkan Bella dan Kay akan tinggal di rumah sakit menjaga Arland. "Mom, tolong jangan katakan apapun, aku bukan tidak percaya sama bibi, tapi Maudy akan mendesaknya sampai bibi bicara, kita harus merahasiakan ini dari Maudy sampai terbukti ia tidak bersekongkol dengan papanya dan juga Anthony." Kay sangat mewaspadai Maudy, sampai sekarang ia tidak percaya padanya meskipun Maudy selalu berbuat baik di depannya. "Sayang, kamu pulang dulu ya sama opa Oma, tapi mama mau kamu berjanji!" "Berjanji apa ma?" Novia tidak mengerti apa yang di katakan Bella padanya. "Kamu harus janji, jika Tante Maudy bertanya apapun padamu tentang papa dan mama, jangan katakan apapun ya, mama mohon ya nak," Novia diam, ia masih belum mengerti apa yang dimaksud mamanya itu. "Novia, kalau misalnya Tante Maudy bertanya, dimana papa dan mama, kamu harus bilang tidak tahu, papa dan mama bekerja ada urusan, mama mohon ya nak, supaya papa bisa
"Papa janji setelah papa pulang kita akan jalan-jalan keluar negeri," ucap Arland sambil mengelus rambut Novia. "Janji ya pa, kita akan jalan-jalan!" Novia mengingatkan janji itu supaya Arland tidak lupa. Novia kembali bermain game di ponsel, Arland merasa sedih saat Novia menagih janji padanya. Kay masih duduk di sofa, ia terlihat murung, Sunny tidak tahu harus bicara apa padanya. Kay melihat jam di tangannya sudah pukul 07.15, ia segera menghabiskan teh nya lalu beranjak. "Aku akan ke rumah sakit, tetaplah di rumah, jika ada sesuatu yang kau butuhkan katakan saja padaku," ucapnya lalu ia segera pergi. Sunny menutup pintu rapat-rapat setelah Kay pergi meninggalkan rumah, ia masuk kamar karena merasa sedih, ia khawatir jika suatu saat nanti Anthony menemukannya. "Ya Tuhan, jauhkan aku dari pria jahat itu, aku tidak ingin menjadi tawanannya, aku menyesal telah percaya padanya dulu," ucap Sunny sambil menangis, kalau bisa ia ingin tinggal bersama Kay supaya ia aman dari
"Kita harus waspada, pasti ada serangan yang akan dilakukan Arland pada kita, aku tidak mau itu terjadi!" Anthony pun mulai hati-hati dengan Arland dan Kay, mereka tidak mau menyepelekan kekuatan Arland, apalagi Kay selalu bisa membuat lawannya kalah. Bella masih menunggu Arland di rumah sakit, Arland perlahan-lahan mulai pulih tapi ia harus tetap mendapatkan pengobatan supaya ia segera pulih. Pagi hari sudah pukul 07.00, Murni dan suaminya mengajak Novia ke rumah sakit, tapi ia tidak memberitahu siapapun, termasuk Bi Ijah. Murni tetap memakai seragam sekolah pada Novia supaya tidak seorangpun yang curiga pada mereka. "Novia sayang, cepatlah nanti kita terlambat. "Iya Oma!" Maudy mendengar Murni memanggil Novia merasa heran kenapa tiba-tiba pagi ini ia yang mengantar Novia ke sekolah, ia pun segera menemui Murni yang masih ada di kamarnya, sedangkan Tuan Alexander ada di garasi. Tok... tok.... Maudy mengetuk pintu kamar Murni, Murni masih belum sempat membukanya karena
Seseorang menghalangi jalan Kay saat ia terus mengejar mobil Anthony, akhirnya ia kehilangan jejak mereka. "Sial, siapa yang berani melakukan itu?" ia sama sekali tidak bisa melihat siapa yang ada di dalam mobil itu, ia marah, memukul setir mobil lalu berputar arah. Ia pun memutuskan untuk pergi ke rumah Sunny, rumah Sunny lumayan jauh dari jalan itu, tapi hatinya masih kacau, ia marah tapi keberuntungan masih berpihak pada Anthony. Kay pun menyetir dengan pelan, tangannya masih gemetar dan ia belum bisa meredam emosinya. Ia pun akhirnya sampai di depan rumah Sunny, ia masih berada di dalam mobil sampai tangannya berhenti gemetar. "Jika terus seperti ini, aku tidak akan masuk ke dalam," batinnya. Ia menghela nafasnya berulang-ulang lalu mencoba menetralkan emosinya, tangannya perlahan berhenti gemetar lalu ia sekali lagi menghela nafasnya. Sebelum turun ia mengirim pesan pada Arland, ia mengatakan jika saat ini berada di rumah ibunya, ia selalu berbohong jika berada di ru
"Apakah ada yang tahu kau datang ke sini?" tanya Arland saat Bella masih memegang tangannya. "Tidak, aku keluar rumah diam-diam, lagi pula aku keluar jam 03.00 pagi, semua orang di rumah masih tidur." Lalu Kay keluar dari kamar itu, ia mengatakan akan segera kembali. "Aku keluar sebentar, aku akan kembali segera!" Bella menangis melihat suaminya terbaring, ia menghela nafasnya karena dadanya terasa sangat sesak. "Jangan khawatir, sebentar lagi aku akan pulih, kita pasti pulang nanti!" "Jangan bicara lagi, pulihkan dirimu dulu, akan menemani mu di sini!" Bella tidak mau meninggalkan suaminya di rumah sakit meskipun Arland menyuruhnya pulang. "Pulanglah ke rumah, Novia dan yang lainnya membutuhkan mu, lagi pula kau harus mengabari ke rumah supaya tidak ada yang khawatir." "Nanti saja, ini masih jam 04.20 bibi belum bangun," ucapnya. Bella mengambil air minum lalu diberikan pada Arland. "Minum yang banyak supaya tidak dehidrasi." Arland mengembang air mineral itu
Bella menunggu hingga subuh tapi keduanya tidak ada yang meneleponnya, ia semakin khawatir, lalu ia segera turun ke bawah duduk sofa, ia selalu membawa ponselnya kemanapun. "Tidak biasanya Arland mengabaikan panggilan ku hingga beberapa kali, pasti ada yang tidak beres dengan mereka, tapi kemana aku harus mencarinya? tidak ada yang bisaa ku tanyakan," Bella termenung di bawah sendirian, kemudian ponselnya berdering, ia segera melihatnya, panggilan itu dari Arland, ia dengan antusias segera mengangkatnya. "Halo." "Bella maafkan aku, aku tidak bisa pulang karena sekarang aku dan Kay berada di rumah sakit, aku mengalami kecelakaan, tapi tidak parah, jangan khawatir, nanti aku dan Kay akan segera pulang." Jantung Bella seolah berhenti karena mendengarkan kata kecelakaan, ia tidak mampu bicara. "Bella jangan khawatir, aku dan Kay akan segera pulang, jangan katakan pada mommy, aku tidak apa-apa!" "Dimana kalian sekarang? kenapa sejak tadi tidak ada yang mengangkat teleponku?"
"Apa kau yakin Maudy tidak terlibat saat Anthony dan Nilesh bebas? lebih baik suruh saja dia pergi dari rumah, aku yakin dia tahu banyak hal, tapi dia tidak mengatakan apapun sebelum ada orang yang bicara di rumah mengenai hal ini." Kay sebenarnya sangat mengkhawatirkan Novia, anak kecil itu selalu di ganggu oleh Anthony untuk membebaskan dendamnya pada Arland. "Kita akan memerlukan bantuannya nanti, jika dia pergi dari rumah sekarang, aku yakin Anthony akan merajalela, jadi sebagai gantinya untuk membalasnya nanti, saat Maudy masih ada di rumah!" Kay pun mengerti apa yang dikatakan Arland, ia tahu Maudy suatu saat akan berguna bagi mereka. Mereka tidak pergi ke kantor, tapi ke club untuk menenangkan diri, seperti beberapa tahun yang lalu. Kay dan Arland kembali ke club itu setelah lebih dari 6 tahun, tapi orang-orang di sana masih menyambut mereka seperti dulu, Arland duduk di kursi yang biasa mereka duduki, Kay dengan sangat senang meneguk beberapa gelas minuman yang ada d