Seperti biasa Kay akan melakukan aktivitas sehari-hari, ia akan ke kantor bersama dengan Arland dan juga Tuan Alexander. Bella mengantar Novia ke sekolah, lalu yang lain di rumah untuk beres-beres. Dokter yang menangani Maudy datang untuk mencabut infus karena ia sudah lebih baik. Dokter itu memberi vitamin untuknya, setelah dokter itu pergi Bella yang baru saja kembali dari sekolah langsung menemuinya di kamar, ia melihat Maudy duduk di depan meja rias. "Bagaimana keadaan mu Maudy?" "Lihatlah, sudah lebih baik, aku hanya perlu istirahat saja." "Oh ya kapan rencanamu menikah dengan Kay?" Bella langsung bicara tanpa basa-basi padanya, karena ia tahu Maudy akan berbohong padanya. "Tidak ada pernikahan, Kay hanya melakukan kebaikan saja, bukankah dulu dia juga melakukannya padamu saat Arland luka ingatan?" Maudy mengingatkan hal kejam yang ia lakukan pada Bella beberapa tahun lalu. Bella menatapnya dengan tajam, itu semua terjadi karena ulah Maudy yang selalu ikut campur
Arland merasa senang karena ikan yang di masak oleh istrinya sangat lezat, ia menghabiskan satu ekor ikan sendirian, Bella dan Murni senang melihat Arland makan lahap. "Terimakasih, ikan ini sangat enak, lain kali masakin lagi seperti ini," ujar Arland sambil tersenyum. Kay juga senang melihat Arland makan dengan lahap, setelah makan semuanya meninggalkan meja lalu sibuk masing-masing seperti biasanya. Bella mengajak Novia masuk ke kamarnya, sementara Arland dan yang lainnya duduk di sofa depan tv sambil menonton film. "Mama, Novia punya tugas dari dari Miss di suruh membawa makanan supaya berbagi dengan teman yang membutuhkan makanan, Novia harus bawa banyak ma, supaya temen-temen di jalanan makan sampai kenyang," ucapnya lalu ia duduk di atas ranjang, Bella pun mengiyakan permintaan putrinya itu. "Besok mama akan beli apa yang Novia butuhkan, sebelum ke sekolah kita akan mampir ke supermarket dulu," Novia pun bahagia saat namanya menyetujui apa yang ia mau. Arland masuk
Arland pun berusaha menenangkan supaya Bella tidak lagi marah dan sakit karena ulah Maudy. "Aku akan bicara dengannya, lagi pula tanpa di bilang pun dia pasti akan mengerti, Kay orang yang cerdas, dia pasti akan memahami itu." Arland memeluk Bella lalu menyuruhnya tidur, lalu ia pun memikirkan ucapan Bella hingga ia sulit untuk memejamkan mata, ia punya istri yang cerdas, bisa memahami situasi yang sedang di rencanakan. "Bella benar, seharusnya aku dan Kay sudah membahas ini kemarin, Maudy tidak boleh lama-lama tinggal di sini jika ia masih ingin melihat keluarganya utuh. Ia pun berbaring lalu memejamkan matanya, ia akhirnya tertidur setelah berusaha keras untuk terlelap. Paginya saat ia bangun, ia melihat Bella masih tidur, berhubung hari ini libur jadi Bella bisa santai, ia tidak perlu melakukan aktivitasnya seperti biasa, pagi ini ia bisa tidur lebih lama. Maudy sudah duduk di sofa menikmati secangkir teh yang di buat oleh Bi Ijah, Murni dan suaminya olahraga di depan ru
Maudy tanpa sadar mengepalkan tangannya seolah sakit hati melihat kejadian itu, entah apa yang ingin ia lakukan saat ini. "Apa yang mereka lakukan di bawah? aku tidak suka melihatnya!" Maudy kembali ke atas ranjang, ia mencoba berbaring tapi tidak bisa memejamkan matanya. Ia kembali lagi ke balkon, ia tidak melihat Arland dan Bella duduk di ayunan itu lagi, matanya dengan liar mencari ke sana kemari, ia tidak melihatnya dimana pun. "Kemana mereka? tidak mungkin langsung menghilang secepat itu." Maudy meninggalkan balkon, ia pun keluar dari kamarnya lalu berdiri di depan pintu kamar, ia juga tidak melihat Bella. Ia tidak mau turun ke bawah, ia khawatir jika Bella curiga padanya. Ia hanya berdiri di atas saja, ia kemudian kembali ke kamarnya lalu berbaring, ia memaksa matanya terpejam agar ia tidak melihat apa yang di lakukan Bella dan Arland. Ternyata Bella dan Arland sudah kembali ke kamarnya, mereka melanjutkan kemesraannya di kamar. "Sayang, sudah lama aku tidak me
Maudy pun menghela nafas saat Arland selalu memuji Bella, Kay pun ikut senang saat Bella dan Arland sama-sama bahagia. "Bella pasti sudah belajar sehingga ia tahu apa yang diinginkan Arland," ucapnya sambil tersenyum, mereka semua tersenyum hanya Maudy yang terpaksa tersenyum supaya tidak ada yang curiga padanya. "Maudy kenapa kau diam saja? apakah ada yang salah?" tanya Bella supaya Maudy tidak berpura-pura. "Apa? aku hanya mendengarkan Kay bicara, kau mungkin sudah belajar untuk menyenangkan Arland sehingga Arland sangat beruntung sebagai suami dan ayah," ucap Maudy tersenyum. Kay pun duduk di kursi yang biasa ia duduki saat makan, Bella selalu ada di samping Arland, saat makan tiba-tiba saja ponsel Kay berdering lalu ia segera melihatnya, Kay pergi meninggalkan meja makan meski semua orang ada di sana. "Dia menerima telepon dari siapa?" batin Maudy, tapi ia tetap lanjut sarapan. Hingga beberapa waktu Kay tidak juga kembali ke meja makan, Maudy pergi ke garasi setelah ia
Setelah berada di kamar, Sunny segera berbaring, Kay membantunya mengambil bantal dan selimut, Kay menyelimuti tubuhnya lalu ia duduk. "Apa yang kau lakukan di rumah ini?" tanya Kay saat ia melihat Sunny sudah mulai lebih baik. "Tidak ada, aku hanya di rumah saja, aku tidak melakukan apapun," jawab Sunny merasa khawatir jika Kay akan mengusirnya. "Apa yang kau angkat? kenapa dokter itu mengatakan kau selalu melakukan aktivitas yang berat? apa kau tidak sayang pada dirimu dan juga calon bayimu?" Kay terlihat sedikit marah padanya, Sunny minta maaf, tapi seisi rumah itu sangat rapi dan bersih setelah Sunny tinggal di rumah itu. "Aku tidak mau rumah ini kotor, jadi aku membersihkannya, aku juga akan bosan ketika tidak melakukan apapun, aku hanya menyibukkan diri saja," Kay kasihan padanya, selama hamil Sunny belum pernah diajak keluar jalan-jalan untuk menyegarkan mata dan pikirannya. "Ya sudah istirahatlah, aku akan ke kantor, nanti kalau sempat aku akan kembali ke sini."
Maudy meneteskan air matanya saat Kay mengatakan tidak mudah untuk menikah, berarti pernikahan tidak mungkin terjadi di antara mereka berdua. "Tapi kita bisa memulai segalanya dari awal Kay, lihat saja Bella dan Arland, dulu Bella sangat membencinya, tapi sekarang ia sangat mencintai Arland." "Dulu juga kau sangat mencintainya, tapi kau melakukan kesalahan yang tidak bisa ia terima Maudy, jika aku jadi Arland aku juga tidak akan memaafkan itu." Maudy diam sesaat, ia hanya memandangi Kay dengan tatapan sendu. "Aku akan menolong mu Maudy, kapan pun kau membutuhkan ku aku akan ada untukmu, tenang saja, aku tidak akan mengingkari ini, ini adalah janjiku padamu," Kay menggenggam tangan Maudy dengan erat, ia pun berjanji akan selalu ada untuk Maudy, tapi tidak dengan pernikahan yang di inginkan Maudy. "Baiklah Kay, aku tahu kau tidak akan mungkin menikahi ku, aku memang bersalah dan sangat menyesal ketika dulu melakukan kejahatan, aku pun tidak bisa kembali ke masa lalu untuk meng
Mendengar jawaban Kay pada Bi Ijah, Maudy tersenyum lalu ia meneguk air minumnya. Semua orang akhirnya ke dapur, Novia juga, Bella segera menyiapkan bekalnya lalu membantunya memakai seragam. Bella pun mengantar Novia ke sekolah, sepenjang jalan Novia selalu bicara pada mamanya. Novia pun tiba di sekolah, Bella mengantarnya sampai di kelas. Bella pulang ke rumah setelah Novia masuk ke kelasnya. Sepenjang jalan ia selalu fokus melihat jalanan, tanpa sengaja pandangannya tertuju pada seseorang yang ada di seberang jalan menaiki mobil hitam, orang itu tidak asing baginya. "Dia? apakah aku tidak salah lihat? apa pandangan mataku sudah rabun?" ujarnya dalam hati, ia segera memacu mobilnya pulang ke rumah, rasanya jalanan sangat panjang sampai ia merasa sangat lama tiba di rumah. "Kenapa perasaanku tidak enak seperti ini? apa yang terjadi? jalanan ini terasa sangat panjang!" gumamnya. Setelah menyetir cukup lama dan jantungnya berdegup terus menerus, akhirnya ia tiba di ruma
Dengan terpaksa, Anthony dan Nilesh tunduk pada Kay, Kay sama sekali tidak lengah, ia fokus pada Anthony, ia tidak mau gegabah. Anthony mencoba memanfaatkan Sunny, tapi Kay segera mengetahuinya, ia segera melepaskan tembakan sekali hampir mengenai Anthony, Anthony kaget lalu menunduk, ia takut di lukai oleh Kay. "Sunny adalah milikku, aku ke sini untuk mengambil apa yang menjadi milikku, kau tidak boleh menyembunyikan sesuatu yang bukan milikmu Kay, biarkan Sunny ikut denganku, tanyakan saja padanya, dia adalah milikku!" Anthony dengan bangga mengatakan itu, tapi Sunny muak mendengar ucapan Anthony. "Aku bukan milikmu, aku bukan barang, aku berhak menentukan pilihan ku, lagipula aku tidak suka padamu, aku dan Kay sudah menikah, siapa yang kau bilang milikmu? apa kau tidak merasa bersalah mengatakan hal itu?" Sunny berbohong supaya Anthony tidak mengganggunya lagi. "Kau jangan berbohong Sunny, Kay akan menikah dengan mantan kekasihnya Amanda, kenapa kau mau tinggal dengan pri
Murni tetap tenang meski Maudy memberinya beberapa pertanyaan mengenai Arland dan Bella, ia tidak mau Maudy sampai tahu jika Arland berada di rumah sakit. "Arland sendiri yang meminta Bella menemaninya, biarlah dia ikut, lagi pula mommy bisa mengurus Novia, mommy tidak kemana-mana juga," ucapnya lalu ia duduk di sofa karena selama di rumah sakit ia tidak bisa menyandarkan tubuhnya. "Pasti mereka berbohong, tidak mungkin Bella mendadak pergi dengan Arland keluar kota," gumamnya, ia masih penasaran tapi sepertinya Murni menutupi sesuatu darinya, yang anehnya lagi, Tuan Alexander segera membawa Novia masuk ke kamarnya. Murni meminta Bi Ijah membuatkan minuman dingin untuknya, tenggorokannya terasa sangat kering. "Bibi tolong buatkan minum dingin," ucap Murni dengan lembut, Bi Ijah segera ke dapur kalau membuat minuman itu. Maudy pergi ke kamarnya, ia mondar-mandir di dalam, sebab Kay juga belum kembali, ia tidak mungkin mendapatkan informasi itu dari Murni. "Kapan Kay kembali
Tuan Alexander bersiap untuk pulang ke rumah dengan Novia, sedangkan Bella dan Kay akan tinggal di rumah sakit menjaga Arland. "Mom, tolong jangan katakan apapun, aku bukan tidak percaya sama bibi, tapi Maudy akan mendesaknya sampai bibi bicara, kita harus merahasiakan ini dari Maudy sampai terbukti ia tidak bersekongkol dengan papanya dan juga Anthony." Kay sangat mewaspadai Maudy, sampai sekarang ia tidak percaya padanya meskipun Maudy selalu berbuat baik di depannya. "Sayang, kamu pulang dulu ya sama opa Oma, tapi mama mau kamu berjanji!" "Berjanji apa ma?" Novia tidak mengerti apa yang di katakan Bella padanya. "Kamu harus janji, jika Tante Maudy bertanya apapun padamu tentang papa dan mama, jangan katakan apapun ya, mama mohon ya nak," Novia diam, ia masih belum mengerti apa yang dimaksud mamanya itu. "Novia, kalau misalnya Tante Maudy bertanya, dimana papa dan mama, kamu harus bilang tidak tahu, papa dan mama bekerja ada urusan, mama mohon ya nak, supaya papa bisa
"Papa janji setelah papa pulang kita akan jalan-jalan keluar negeri," ucap Arland sambil mengelus rambut Novia. "Janji ya pa, kita akan jalan-jalan!" Novia mengingatkan janji itu supaya Arland tidak lupa. Novia kembali bermain game di ponsel, Arland merasa sedih saat Novia menagih janji padanya. Kay masih duduk di sofa, ia terlihat murung, Sunny tidak tahu harus bicara apa padanya. Kay melihat jam di tangannya sudah pukul 07.15, ia segera menghabiskan teh nya lalu beranjak. "Aku akan ke rumah sakit, tetaplah di rumah, jika ada sesuatu yang kau butuhkan katakan saja padaku," ucapnya lalu ia segera pergi. Sunny menutup pintu rapat-rapat setelah Kay pergi meninggalkan rumah, ia masuk kamar karena merasa sedih, ia khawatir jika suatu saat nanti Anthony menemukannya. "Ya Tuhan, jauhkan aku dari pria jahat itu, aku tidak ingin menjadi tawanannya, aku menyesal telah percaya padanya dulu," ucap Sunny sambil menangis, kalau bisa ia ingin tinggal bersama Kay supaya ia aman dari
"Kita harus waspada, pasti ada serangan yang akan dilakukan Arland pada kita, aku tidak mau itu terjadi!" Anthony pun mulai hati-hati dengan Arland dan Kay, mereka tidak mau menyepelekan kekuatan Arland, apalagi Kay selalu bisa membuat lawannya kalah. Bella masih menunggu Arland di rumah sakit, Arland perlahan-lahan mulai pulih tapi ia harus tetap mendapatkan pengobatan supaya ia segera pulih. Pagi hari sudah pukul 07.00, Murni dan suaminya mengajak Novia ke rumah sakit, tapi ia tidak memberitahu siapapun, termasuk Bi Ijah. Murni tetap memakai seragam sekolah pada Novia supaya tidak seorangpun yang curiga pada mereka. "Novia sayang, cepatlah nanti kita terlambat. "Iya Oma!" Maudy mendengar Murni memanggil Novia merasa heran kenapa tiba-tiba pagi ini ia yang mengantar Novia ke sekolah, ia pun segera menemui Murni yang masih ada di kamarnya, sedangkan Tuan Alexander ada di garasi. Tok... tok.... Maudy mengetuk pintu kamar Murni, Murni masih belum sempat membukanya karena
Seseorang menghalangi jalan Kay saat ia terus mengejar mobil Anthony, akhirnya ia kehilangan jejak mereka. "Sial, siapa yang berani melakukan itu?" ia sama sekali tidak bisa melihat siapa yang ada di dalam mobil itu, ia marah, memukul setir mobil lalu berputar arah. Ia pun memutuskan untuk pergi ke rumah Sunny, rumah Sunny lumayan jauh dari jalan itu, tapi hatinya masih kacau, ia marah tapi keberuntungan masih berpihak pada Anthony. Kay pun menyetir dengan pelan, tangannya masih gemetar dan ia belum bisa meredam emosinya. Ia pun akhirnya sampai di depan rumah Sunny, ia masih berada di dalam mobil sampai tangannya berhenti gemetar. "Jika terus seperti ini, aku tidak akan masuk ke dalam," batinnya. Ia menghela nafasnya berulang-ulang lalu mencoba menetralkan emosinya, tangannya perlahan berhenti gemetar lalu ia sekali lagi menghela nafasnya. Sebelum turun ia mengirim pesan pada Arland, ia mengatakan jika saat ini berada di rumah ibunya, ia selalu berbohong jika berada di ru
"Apakah ada yang tahu kau datang ke sini?" tanya Arland saat Bella masih memegang tangannya. "Tidak, aku keluar rumah diam-diam, lagi pula aku keluar jam 03.00 pagi, semua orang di rumah masih tidur." Lalu Kay keluar dari kamar itu, ia mengatakan akan segera kembali. "Aku keluar sebentar, aku akan kembali segera!" Bella menangis melihat suaminya terbaring, ia menghela nafasnya karena dadanya terasa sangat sesak. "Jangan khawatir, sebentar lagi aku akan pulih, kita pasti pulang nanti!" "Jangan bicara lagi, pulihkan dirimu dulu, akan menemani mu di sini!" Bella tidak mau meninggalkan suaminya di rumah sakit meskipun Arland menyuruhnya pulang. "Pulanglah ke rumah, Novia dan yang lainnya membutuhkan mu, lagi pula kau harus mengabari ke rumah supaya tidak ada yang khawatir." "Nanti saja, ini masih jam 04.20 bibi belum bangun," ucapnya. Bella mengambil air minum lalu diberikan pada Arland. "Minum yang banyak supaya tidak dehidrasi." Arland mengembang air mineral itu
Bella menunggu hingga subuh tapi keduanya tidak ada yang meneleponnya, ia semakin khawatir, lalu ia segera turun ke bawah duduk sofa, ia selalu membawa ponselnya kemanapun. "Tidak biasanya Arland mengabaikan panggilan ku hingga beberapa kali, pasti ada yang tidak beres dengan mereka, tapi kemana aku harus mencarinya? tidak ada yang bisaa ku tanyakan," Bella termenung di bawah sendirian, kemudian ponselnya berdering, ia segera melihatnya, panggilan itu dari Arland, ia dengan antusias segera mengangkatnya. "Halo." "Bella maafkan aku, aku tidak bisa pulang karena sekarang aku dan Kay berada di rumah sakit, aku mengalami kecelakaan, tapi tidak parah, jangan khawatir, nanti aku dan Kay akan segera pulang." Jantung Bella seolah berhenti karena mendengarkan kata kecelakaan, ia tidak mampu bicara. "Bella jangan khawatir, aku dan Kay akan segera pulang, jangan katakan pada mommy, aku tidak apa-apa!" "Dimana kalian sekarang? kenapa sejak tadi tidak ada yang mengangkat teleponku?"
"Apa kau yakin Maudy tidak terlibat saat Anthony dan Nilesh bebas? lebih baik suruh saja dia pergi dari rumah, aku yakin dia tahu banyak hal, tapi dia tidak mengatakan apapun sebelum ada orang yang bicara di rumah mengenai hal ini." Kay sebenarnya sangat mengkhawatirkan Novia, anak kecil itu selalu di ganggu oleh Anthony untuk membebaskan dendamnya pada Arland. "Kita akan memerlukan bantuannya nanti, jika dia pergi dari rumah sekarang, aku yakin Anthony akan merajalela, jadi sebagai gantinya untuk membalasnya nanti, saat Maudy masih ada di rumah!" Kay pun mengerti apa yang dikatakan Arland, ia tahu Maudy suatu saat akan berguna bagi mereka. Mereka tidak pergi ke kantor, tapi ke club untuk menenangkan diri, seperti beberapa tahun yang lalu. Kay dan Arland kembali ke club itu setelah lebih dari 6 tahun, tapi orang-orang di sana masih menyambut mereka seperti dulu, Arland duduk di kursi yang biasa mereka duduki, Kay dengan sangat senang meneguk beberapa gelas minuman yang ada d