Maudy pergi meninggalkan Murni dan Bi Ijah, ia masuk ke dalam kamarnya, ia berpikir harus melakukan apa selanjutnya, karena jika ia tidak menikah dengan Kay maka ia tidak akan tahu apa yang akan terjadi di keluarga Alexander, sementara itu, ia juga khawatir jika suatu saat Anthony keluar dari penjara, kemungkinan Anthony pasti akan mencarinya. "Apa yang harus kulakukan? tidak mungkin aku pergi ke kantor menemui Kay, aku tidak mau semua orang menertawakan ku, karena kedatangan ku ke sini hanya untuk balas dendam," gumamnya, lalu ia keluar menemui Murni yang duduk di sofa dengan Bi Ijah. "Mom aku mau minta tolong, kali ini mommy harus menolong ku, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, aku merasa pikiranku buntu," ucapnya, ia membuat Murni dan Bi Ijah kebingungan. Lalu setelah itu dalam hatinya ia tersenyum. "Apa maksudmu? jangan membuatku bingung!" jawab Murni. "Tolong bantu aku untuk mendapatkan suami, aku akan pergi dari rumah ini kalau aku sudah menikah, aku ingin mendapat
Setelah Arland dan Bella pulang, mereka melihat Novia dan Maudy sedang bersama, Bella segera mendekatinya lalu menyuruh Novia mandi. "Sayang kamu mandi dulu ya, maaf mama pulangnya lama, ada pekerjaan mendadak." Setelah Novia masuk ke dalam kamar ia segera bicara dengan Maudy, dan melarang dengan tegas jangan pernah mempengaruhi Novia dengan hal-hal buruk. "Maudy, aku hanya ingin mengatakan jangan pernah kau mempengaruhi Novia dengan hal buruk apalagi mengajarinya dengan hal yang tidak baik, aku tahu apa tujuan mu mendekatinya." "Kau salah paham Bella, tidak ada yang mempengaruhi Novia untuk melakukan hal yang tidak baik, aku hanya menemaninya supaya dia tidak bosan, harusnya kau paham apa yang dia inginkan, kau sibuk bekerja, sedangkan perusahaan sebenarnya tidak memerlukan mu di sana, lalu dengan egoisnya kau mengabaikan Novia dengan mengatasnamakan pekerjaan," Maudy marah padanya, Bella tanpa bicara meninggalkan Maudy lalu masuk ke dalam kamar Novia. Bella menunggu sampai
Malam pun semakin larut sampai akhirnya Kay merasa mengantuk, ia segera menjatuhkan dirinya ke ranjang lalu tidur pulas, malam ini cuaca sedikit lebih dingin, ia tarik selimut lalu tidur nyenyak sampai pagi. Keesokan paginya, Bella bangun lebih dulu, ia sengaja membuat sarapan untuk Novia lalu menyiapkan bekalnya, ia masuk lagi ke kamar ternyata Arland dan Novia masih tidur pulas, Bi Ijah yang baru saja bangun membantu Bella menyiapkan sarapan untuk semua orang. Bella pergi ke dapur, ia melihat Bi Ijah ada di sana, ia segera menyuruh bibi untuk istirahat saja, karena pagi ini ia sendiri yang akan membuatkan sarapan dan membantu Novia bersiap-siap. "Bibi tidak usah membantuku pagi ini, aku ingin menyiapkan bekal Novia, bibi kerjakan yang lain saja, maaf ya Bi tapi kali aku mau membuatnya sendiri," ucap Bella. Bi Ijah pun mengerti, selama ini ia tidak menyadari jika Novia sangat membutuhkannya, Bi Ijah pun mengerjakan yang lain, lalu satu persatu anggota keluarga bangun, ada yang su
Karena merasa di abaikan oleh Arland, Maudy jadi kesal, lalu ia ingin pergi dari ruangan Arland, Arland tidak mengatakan apapun padanya sehingga Maudy semakin kesal dan merasa tidak dianggap sama sekali. "Aku sudah membantu mu Arland, tapi kau masih saja tidak menganggapku ada di sini, aku ada di hadapan mu," batinnya kesal. Arland sangat sibuk dengan urusannya, lalu Maudy tiba-tiba saja hilang dari pandangannya, ia tidak tahu kapan Maudy keluar. "Kemana dia?" gumam Arland lalu segera ia mengerjakan tugasnya. Maudy masuk ke ruangan Kay, ia melihat Kay duduk sambil berkerja. Tok.... tok... tok... "Masuk," ucap Kay tanpa melihat siapa yang ada di hadapannya. "Kay boleh aku duduk?" tanya Maudy sehingga ia kaget, ia tidak menyangka jika Maudy yang datang menemuinya. "Duduk saja." Kay tetap melanjutkan pekerjaannya, sedangkan Maudy duduk sambil menatapnya. "Kay apa kau sudah makan siang?" "Tidak!" "Aku ingin makan bersamamu siang ini kalau kau tidak keberatan!" "M
Saat sudah sore, Kay membangunkannya lalu menyuruh Maudy pulang lebih dulu, karena ia masih ada pekerjaan lain. "Maudy pulanglah lebih dulu, nanti aku segera menyusul mu di rumah!" ucapnya, Maudy pun lebih dulu pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Setelah itu ia pun pulang ke rumah sendirian, lalu Kay melanjutkan pekerjaannya. Setibanya di rumah, Maudy segera mandi lalu duduk di ruang tamu, ia melihat Bi Ijah duduk sambil makan cemilan. "Bibi boleh aku duduk di sini?" tanya Maudy saat ia sudah berada di samping Bi Ijah. "Duduk saja." Maudy duduk lalu ia di tawarin cemilan oleh Bi Ijah tapi ia menolaknya. "Tidak bibi, aku sudah makan dengan Kay tadi," tanpa sengaja Bella mendengarnya, ia sedikit ragu, lalu segera masuk ke kamarnya, ia mencari ponselnya lalu menghubungi Arland yang masih berada di kantor. Tut..... Panggilannya tidak diangkat oleh Arland, lalu ia meletakkan ponselnya di atas ranjang. Tak lama setelah itu, Arland segera meneleponnya. "Halo."
Paginya, Maudy tiba-tiba sakit, entah apa yang ia pikirkan sehingga seluruh tubuhnya menggigil. Untung saja ketika Bi Ijah masuk ke kamarnya, ia melihat Maudy menggigil lalu menyelimuti tubuhnya. "Ada apa nona Maudy? kenapa seperti ini?" tanya Bi Ijah panik, ia segera memanggil Bella yang masih berada di kamarnya. "Bibi jangan katakan pada siapapun, aku tidak mau menyusahkan mereka," ucap Maudy sambil memegang tangan Bi Ijah. "Tidak apa-apa nona Maudy, bibi harus memanggil Bella." Bi Ijah tidak mendengarkan apa yang di katakan Maudy, ia tidak mungkin membiarkan Maudy dalam bahaya. "Bella." Bi Ijah memanggilnya dari luar kamar, mungkin Bella masih berbaring sehingga lama membuka pintu. "Bella," sekali lagi ia memanggil, tak lama kemudian Bella pun keluar dari kamarnya, ia melihat wajah Bi Ijah sangat panik. "Ada apa bibi?" tanya Bella lalu ia memegang tangan Bi Ijah. "Nona Maudy menggigil, wajahnya pucat!" "Dimana dia?" Bi Ijah dan Bella segera berlari ke kamarnya, mereka m
Arland menatapnya bingung, ia tidak tahu apa yang di maksud Kay. "Melakukan apa? biasanya kau mampu melakukan apapun dalam sekejap," ucap Arland. "Ini berbeda, aku benar-benar bingung." Arland memperhatikan perubahan Kay sekejap, tidak seperti biasanya. Arland pun kembali ke ruangannya, dan berharap ketika di rumah nanti Kay menceritakan semuanya padanya. Kay melakukan pekerjaannya, ia banyak melakukan kesalahan hari ini, mungkin karena memikirkan Maudy dan juga Sunny. Setelah pulang dari kantor, Kay masih saja diam, Arland mengajaknya bicara tapi ia hanya menjawab sekedarnya saja. "Ada apa dengannya?" gumam Arland, ia masih memperhatikan sikap Kay. Setelah sampai di rumah, Kay langsung memasuki kamarnya, ia segera berbaring di ranjang. Bella dan yang lainnya tidak terlihat saat ia keluar dari kamar, hanya ada Novia juga Bi Ijah duduk di depan tv. "Bibi, di mana semua orang?" "Di kamar nona Maudy, dia kasihan sekali, tidak mau di bawa ke rumah sakit, akhirnya Bel
Bella masih diam saja, Bi Ijah pun sampai memegang tangannya lalu Bella melihatnya. "Aku baik-baik saja," ucap Bella lalu ia keluar, ia segera masuk ke kamarnya menemui Arland. "Mungkin nanti Kay akan menikah dengan Maudy!" "Dari mana kau tahu?" "Lihat saja apa yang dilakukan Kay padanya, ia sangat perhatian pada Maudy!" "Biarkan sajalah, asalkan Maudy bisa berubah menjadi wanita baik apa salahnya?" Bella diam saja, lalu bagaimana dengan nasib Sunny? ia berjanji akan membantu Sunny supaya bisa menikah dengan Kay, tapi nyatanya Kay memberi perhatian lebih pada Maudy. "Kenapa kau merasa gusar seperti itu saat Kay sangat perhatian pada Maudy?" "Aku tidak tahu, perasaanku mengatakan jika Maudy hanya berpura-pura supaya Kay menikah dengannya nanti." "Jangan khawatir, Kay pasti mempertimbangkan apa yang akan dia lakukan, Kai tidak pernah gegabah dalam melakukan hal yang akan mengubah hidupnya, aku mengenalnya sejak dulu, tidak usah mengkhawatirkannya!" Arland bingung me
"Sabar ya nona Maudy, mungkin Tuan Arland tidak begitu, hanya saja waktunya mungkin sangat mendadak jadi tidak sempat mengatakannya!" Bi Ijah masih mencoba berpikir positif supaya Maudy tidak memikirkan hal yang membuatnya sakit. Maudy diam, ia pun minta izin pada Bi Ijah supaya ia masuk kamar, setelah tiba di kamar ia menangis karena kesal, belum lagi Murni semakin cuek padanya. "Aku harus bisa menggantikan posisi Bella jadi istri Arland, kalau seperti ini aku hanya akan buang-buang waktu saja di sini, aku tidak akan mendapatkan apapun, tujuanku ke rumah ini untuk mendapatkan harta Alexander," ucapnya dalam hati, ia mengacak-acak kamarnya hingga berantakan. Bi Ijah mau mengantarkan makanan ke kamarnya, ia melihat kamar itu berantakan dan Maudy terlihat emosi. "Ada apa nona Maudy?" tanya Bi Ijah panik, ia takut Maudy melakukan kesalahan yang fatal terhadap dirinya. "Aku baik-baik saja Bi, aku tidak apa-apa!" Meskipun Maudy mengatakan baik-baik saja, tapi jelas kelihatan di
"Kenapa harus takut? ya sudah mandi sana!" ucap Kay, ia juga tahu Sunny sangat merasa canggung saat mereka tiba di rumah sakit. Sunny masuk ke kamar mandi, ia mandi tapi berusaha untuk tidak berisik. "Dia sangat takut padamu Arland, sejak Anthony mengejarnya!" ucap Kay. "Kenapa harus takut, aku tidak pernah melakukan apapun padanya," jawabnya. Lalu Bella bangun saat ia mendengar percakapan antara Arland dan Kay, ia pun perlahan duduk lalu pindah ke kursi, ia menyelimuti Arland supaya tetap hangat, ia melihat dari jendela hujan masih deras, ia juga tidak melihat Sunny ada di antara mereka. "Lho, dimana Sunny?" ia bingung karena tidak melihat Sunny sejak ia bangun tidur. "Di kamar mandi," ucap Kay. "Aku pikir dia pergi," kata Bella, kini ia merasa lega mengetahui Sunny masih ada di dekatnya. Nilesh merasa gelisah ketika ia mulai memimpikan Bella, ia merasa tak tenang, bahkan saat Anthony menyuruhnya sarapan, ia menolaknya dengan alasan belum selera makan, wajahnya penuh
Anthony marah-marah ketika ia belum bisa menggerakkan kakinya yang di tembak oleh Kay, ia tidak terima kalah dengan Kay, ia juga menyalahkan Nilesh atas kekalahan mereka, sebab Kay tahu apa yang mereka lakukan. "Semua ini salah mu, kau tidak becus melakukan pekerjaan mu, aku menyesal telah percaya padamu!" ucapnya dengan sombong walaupun ia terbaring di atas tempat tidur rumah sakit. "Harusnya kau berterima kasih padaku, sampai saat ini Arland juga masih ada di rumah sakit, jika bukan karena aku yang melakukan itu, Arland sudah lebih dulu membunuh mu," jawab Nilesh dengan kesal sebab Anthony masih terus marah padanya. "Diam kau, semua ini juga salahmu," Anthony tetap menyalahkan Nilesh. Nilesh keluar dari ruangan itu lalu ia duduk di luar, ia kesal dengan sikap Anthony yang tidak tahu diri itu, selalu di tolong tapi tatap saja selalu menyalakannya. "Aaaaa," ia teriak marah, tapi saat ini ia masih membutuhkan bantuan Anthony untuk menghancurkan Arland, karena Arland yang meny
Sunny sangat syok lalu memeluk Kay dengan erat, ia menangis tubuhnya gemetar, lagi-lagi ia dibuat ketakutan oleh suruhan Anthony. "Tolong ampuni aku, lain kali aku tidak akan mengganggunya lagi," ucap pria yang di lukai oleh Kay. Tapi Kay sama sekali tidak percaya dengan omongannya, ia harus tetap waspada jika sewaktu-waktu mereka datang lagi dan labuh banyak membawa pasukannya. "Aku tidak akan mengampuni siapapun yang berani menyakitinya, aku akan membuat seluruh keturunan kalian menderita, jika kalian tidak percaya, lakukan saja!" Kay segera meninggalkan mereka, Kay membawa Sunny menjauh dari orang-orang yang selalu membuatnya ketakutan. "Aku tidak tahu hidupku akan seperti apa jika kau tidak datang menyelamatkan ku, kupikir hidupku akan segera berakhir saat itu juga," ucapnya, bahkan saat di mobil pun ia tetap memeluk Kay. "Jangan khawatir, aku akan selalu melindungi mu," Kay mengelus kepalanya supaya ia merasa tenang. Kay membawanya pulang ke rumah sakit untuk menemui
Bella dan Sunny duduk berdampingan saat menunggu Arland di rumah sakit, Sunny merasa khawatir jika seandainya keluarga Arland atau Kay tidak menerima dirinya, sebab ia memiliki keterikatan dengan Anthony. Sunny duduk diam lesu, ia tidak mengatakan apapun pada Bella, ia masih memikirkan kehidupannya nanti jika Kay tidak lagi melindunginya, saat ini hanya Kay yang ia percaya, apalagi Anthony sudah tahu keberadaannya, pasti ia akan selalu mengincarnya "Kenapa kau diam saja?" tanya Bella padanya, sebab sejak tadi ia hanya diam saja lalu merenung. "Bella, aku tidak tahu harus melakukan apa jika aku seorang diri saja, aku tidak tahu Bella, mungkin aku akan terjerumus lagi ke dalam kejahatan itu, aku sangat bodoh sampai aku harus mengharapkan orang lain untuk melindungi ku," ucapnya, ia merasa sedih, ia juga takut. "Jangan memikirkan itu, aku ada di sini, percayalah padaku!" Bella berusaha membuat Sunny tenang, meskipun ia juga khawatir jika mertuanya tidak mengizinkan Sunny tinggal
Dengan terpaksa, Anthony dan Nilesh tunduk pada Kay, Kay sama sekali tidak lengah, ia fokus pada Anthony, ia tidak mau gegabah. Anthony mencoba memanfaatkan Sunny, tapi Kay segera mengetahuinya, ia segera melepaskan tembakan sekali hampir mengenai Anthony, Anthony kaget lalu menunduk, ia takut di lukai oleh Kay. "Sunny adalah milikku, aku ke sini untuk mengambil apa yang menjadi milikku, kau tidak boleh menyembunyikan sesuatu yang bukan milikmu Kay, biarkan Sunny ikut denganku, tanyakan saja padanya, dia adalah milikku!" Anthony dengan bangga mengatakan itu, tapi Sunny muak mendengar ucapan Anthony. "Aku bukan milikmu, aku bukan barang, aku berhak menentukan pilihan ku, lagipula aku tidak suka padamu, aku dan Kay sudah menikah, siapa yang kau bilang milikmu? apa kau tidak merasa bersalah mengatakan hal itu?" Sunny berbohong supaya Anthony tidak mengganggunya lagi. "Kau jangan berbohong Sunny, Kay akan menikah dengan mantan kekasihnya Amanda, kenapa kau mau tinggal dengan pri
Murni tetap tenang meski Maudy memberinya beberapa pertanyaan mengenai Arland dan Bella, ia tidak mau Maudy sampai tahu jika Arland berada di rumah sakit. "Arland sendiri yang meminta Bella menemaninya, biarlah dia ikut, lagi pula mommy bisa mengurus Novia, mommy tidak kemana-mana juga," ucapnya lalu ia duduk di sofa karena selama di rumah sakit ia tidak bisa menyandarkan tubuhnya. "Pasti mereka berbohong, tidak mungkin Bella mendadak pergi dengan Arland keluar kota," gumamnya, ia masih penasaran tapi sepertinya Murni menutupi sesuatu darinya, yang anehnya lagi, Tuan Alexander segera membawa Novia masuk ke kamarnya. Murni meminta Bi Ijah membuatkan minuman dingin untuknya, tenggorokannya terasa sangat kering. "Bibi tolong buatkan minum dingin," ucap Murni dengan lembut, Bi Ijah segera ke dapur kalau membuat minuman itu. Maudy pergi ke kamarnya, ia mondar-mandir di dalam, sebab Kay juga belum kembali, ia tidak mungkin mendapatkan informasi itu dari Murni. "Kapan Kay kembali
Tuan Alexander bersiap untuk pulang ke rumah dengan Novia, sedangkan Bella dan Kay akan tinggal di rumah sakit menjaga Arland. "Mom, tolong jangan katakan apapun, aku bukan tidak percaya sama bibi, tapi Maudy akan mendesaknya sampai bibi bicara, kita harus merahasiakan ini dari Maudy sampai terbukti ia tidak bersekongkol dengan papanya dan juga Anthony." Kay sangat mewaspadai Maudy, sampai sekarang ia tidak percaya padanya meskipun Maudy selalu berbuat baik di depannya. "Sayang, kamu pulang dulu ya sama opa Oma, tapi mama mau kamu berjanji!" "Berjanji apa ma?" Novia tidak mengerti apa yang di katakan Bella padanya. "Kamu harus janji, jika Tante Maudy bertanya apapun padamu tentang papa dan mama, jangan katakan apapun ya, mama mohon ya nak," Novia diam, ia masih belum mengerti apa yang dimaksud mamanya itu. "Novia, kalau misalnya Tante Maudy bertanya, dimana papa dan mama, kamu harus bilang tidak tahu, papa dan mama bekerja ada urusan, mama mohon ya nak, supaya papa bisa
"Papa janji setelah papa pulang kita akan jalan-jalan keluar negeri," ucap Arland sambil mengelus rambut Novia. "Janji ya pa, kita akan jalan-jalan!" Novia mengingatkan janji itu supaya Arland tidak lupa. Novia kembali bermain game di ponsel, Arland merasa sedih saat Novia menagih janji padanya. Kay masih duduk di sofa, ia terlihat murung, Sunny tidak tahu harus bicara apa padanya. Kay melihat jam di tangannya sudah pukul 07.15, ia segera menghabiskan teh nya lalu beranjak. "Aku akan ke rumah sakit, tetaplah di rumah, jika ada sesuatu yang kau butuhkan katakan saja padaku," ucapnya lalu ia segera pergi. Sunny menutup pintu rapat-rapat setelah Kay pergi meninggalkan rumah, ia masuk kamar karena merasa sedih, ia khawatir jika suatu saat nanti Anthony menemukannya. "Ya Tuhan, jauhkan aku dari pria jahat itu, aku tidak ingin menjadi tawanannya, aku menyesal telah percaya padanya dulu," ucap Sunny sambil menangis, kalau bisa ia ingin tinggal bersama Kay supaya ia aman dari