Arland menyetir dengan pelan supaya Kay tetap merasa nyaman karena ia masih merasakan sakit akibat pukulan beberapa anak buah Anthony. Arland membawanya ke rumah sakit, Kay segera di tangani oleh dokter. "Arland, kenapa kau tahu aku dibawa ke sana?" "Diam kau, biarkan dokter mengobati lukamu, nanti saja bicara setelah kau merasa lebih baik!" Kay pun tersenyum, ia melihat kepedulian di mata Arland padanya. "Aku akan pergi keruangan Novia, datang saja ke sana setelah kau selesai di obati." "Iya." Arland berjalan ke ruangan Novia, disana ia melihat Bella dan juga keluarganya. Novia tertidur dengan pulas dengan papa dan mommy nya, sedangkan Bella berjaga sambil menahan rasa ngantuk. "Bella," Arland mengelus rambutnya. Bella memeluk Arland dengan erat, matanya terlihat bengkak karena menahan rasa ngantuk. "Kau sangat mengantuk!" "Tidak, aku masih bisa berjaga!" Bella tidak mau Arland mencemaskan dirinya, ia tetap berusaha kuat di depan suaminya. Arland menyuruh
Sebentar Nilesh juga sudah tidak bisa menahan rasa haus, ia menatap Kay penuh curiga, apakah Kay akan memanfaatkan dirinya atau tidak. Nilesh belum menerima botol minuman itu, sedangkan pria di sebelahnya sudah minum sampai habis. "Minumlah, apa kau ingin mati di sini? baiklah kalau itu yang kau mau!" Kay berdiri lalu melangkah menjauhi Nilesh, ia segera memanggil Kay untuk meminta minuman itu. "Aku mau minum!" Kay berhenti melangkah, ia segera berjalan lalu memberikan minuman itu pada Nilesh. "Kenapa kau tidak membunuh ku saja? aku tidak perduli dengan hidupku!" "Kalau kau mati, mati saja, siapa yang perduli denganmu?" ucap Kay lalu pergi menemui Arland. Nilesh bingung, ia pikir Kay akan membunuhnya jika ia maish tetap diam. "Apa yang dia pikirkan?" Nilesh semakin penasaran. Saat Nilesh dan pria yang di sampingnya itu berusaha lepas dari ikatan Kay, Arland berjalan mendekati mereka, rasa benci Nilesh terhadapnya semakin besar. Nilesh menatapnya seolah menantangn
Anthony mencoba melepaskan dirinya dari Arland dan Kay, sedangkan Sunny hanya duduk di atas ranjang sambil berusaha menutupi tubuhnya dengan selimut dengannya, Kay Arland memaksa Anthony ikut dengannya, Kay melemparkan pakaian yang ada di lantai ke depan Sunny. "Hargai dirimu sendiri." Hanya itu yang di ucapkan Kay padanya, lalu ia pun pergi, sementara Sunny hanya terdiam sambil meneteskan air matanya, ia sangat sedih, merasa bersalah karena telah berkhianat pada sahabatnya, sementara ia tahu dengan jelas jika Anthony selalu melakukan kesalahan, ia hanya melakukan apapun yang ia inginkan tanpa peduli pada siapapun. Semua orang memperhatikan Arland membawa Anthony masuk ke dalam, sayangnya Anthony hanya menggunakan handuk, tangannya di borgol, pandangan semua orang tidak lepas dari mereka. "Minggir, jangan menghalangi jalan," ucap Kay saat beberapa orang mengerumuni mereka. "Lepaskan aku bajingan, aku akan membunuhmu," Anthony bicara keras pada Arland, Arland tidak memperd
"Apa yang kalian lakukan lepaskan aku? kalian tidak punya hak untuk menahan ku di sini, aku bisa melaporkan kalian ke pihak yang berwajib, sebelum kesabaranku habis lepaskan aku!" Arland dan Kay berhenti saat mendengar ucapan Anthony. "Apa yang kau katakan? kau ingin lepas? berusahalah lepas sendiri kenapa harus meminta tolong pada orang lain? bukankah selama ini kau selalu merasa memiliki kuasa? seolah-olah kau bisa melakukan apapun terhadap orang lain!" Arland sangat geram terhadap Anthony, sebenarnya ia ingin menghabisi Anthony secepatnya, tetapi Kay melarangnya karena ada suatu alasan. "Kalau kau berani lepaskan! aku sendiri yang akan melawan mu!" Arland tersenyum mendengar jawaban dari mulut Anthony. "Apa kau pikir semua orang bodoh sepertimu?" Anthony semakin geram dengan jawaban Arland, dia tidak bisa melakukan apapun. Arland pun meninggalkan tempat itu bersama dengan Kay, mereka langsung menuju kantor, sebelum tiba di kantor Arland terlebih dahulu menghubungi B
Maudy berjalan menuju kamar tanpa rasa takut sedikitpun, ia tidak perduli dengan ucapan orang yang menghinanya, ia tetap berjalan masuk ke dalam, sesampainya di kamar, ia meletakkan tas dan kopernya lalu ia berbaring di atas tempat tidur, ia mengelus perutnya yang sedikit terasa sakit. Bella datang menemuinya lalu menyuruhnya keluar dari rumah itu. "Apa yang kau lakukan di rumahku? aku tidak akan membiarkan mu membohongi semua orang di sini, aku tidak akan membiarkanmu menikmati hidup bahagia dengan penuh kebohongan, anak di rahim mu itu bukan milik Arland tapi milik Anthony, berhentilah berpura-pura wanita ular." Maudy berdiri sambil memegang perutnya, ia tidak merasa tersinggung dengan ucapan Bella padanya, ia tidak memperdulikan Bella yang berada di kamar itu. "Apapun yang kau katakan, aku akan membuktikannya setelah anak ini lahir, jadi bicaralah lebih sopan karena aku juga punya hak di rumah ini sama seperti anakmu Novia." "Kau bisa masuk penjara jika selalu berbohong, a
Bella memasuki kamarnya, namun wajahnya terlihat sedikit marah, ia tidak bicara pada Arland. Arland mengerti jika Bella tidak menyukai sikap Maudy yang berlebihan, dia sepertinya mengambil keuntungan dari kehamilannya. "Kenapa kau diam saja?" Arland memeluknya lalu mencium keningnya, sementara hati Bella masih perih karena kelakuan Maudy. "Bolehkah dia lebih cepat pergi dari sini? kau bilang kalau Novia sembuh kita akan liburan ke Selandia Baru, tapi mungkin itu hanya akan menjadi rencana yang tidak akan pernah terjadi." Arland memejamkan matanya lalu menarik nafasnya, bagaimana mungkin mereka pergi jika ada orang yang tinggal di rumahnya?. "Mandilah dulu!" Bella pun beranjak dari duduknya saat Arland menyuruhnya mandi, Bella masuk ke dalam kamar mandi lalu ia segera keluar dari kamar. Ia berjalan menuju kamar yang di tempati Maudy, ia segera masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu. "Arland?" Maudy kaget lalu menoleh ke arah pintu, Arland berjalan menghampirinya menata
Arland dan Bella masuk ke dalam kamar, yang lain juga masuk ke kamar masing-masing. Saat Arland hendak berbaring, ia menerima panggilan di ponselnya. Ia melihat panggilan itu dari pengacaranya, ia segera menuju balkon sedangkan Bella duduk di depan meja riasnya. "Halo." "Anthony dan anak buahnya di tahan selama 8 tahun, aku tidak tahu mungkin saja ada yang membantu mereka membayar pengadilan!" Arland terdiam sesaat, ia pun sebenarnya sudah bahagia mendengar kabar itu. "Tidak apa-apa, selama mereka di tahan keluarga ku akan aman, aku hanya menghawatirkan Novia." Arland duduk di balkon, Bella menghampirinya lalu memeluknya. "Ada apa? wajah mu terlihat sedih!" "Aku tidak apa-apa, aku hanya memikirkan Novia saja, aku akan mengurus liburan kalian secepatnya, aku tidak mau mengecewakan Novia!" "Tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri, bawa saja dia jalan-jalan ke mana dia suka, dia pasti akan senang, jangan membebani dirimu, aku tidak mau melihat mu sedih." Bella memelukn
"Hmm, aku lupa, aku juga harus mengingatkan mu tentang aku dan Arland, aku dengannya sudah bersama sejak beberapa tahun lalu dan dia sangat mencintaiku setulus hatinya, tidak ada bandingannya dengan apapun di dunia, kau juga tahu itu," ucapnya merasa bangga. "Kau mungkin lupa satu hal, bahwa kau sendiri yang merasa seperti itu, Arland tidak setulus itu mencintaimu, apa kau tahu dia sangat mencintai istri dan anaknya?" Bella tidak terpancing sedikit dengan ucapan Maudy, ia malah membuatnya kesal, wajah Maudy terlihat marah, tapi ia tidak mungkin melakukan memarahi Bella, jika ia melakukan itu, ia pasti akan tersingkir dari rumah itu. Bella meninggalkan Maudy seorang diri, ia sebenarnya sangat benci dengan sikap Maudy yang selalu berusaha memberi perhatian pada Arland. Bella masuk ke dalam kamar, ia langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang, tak terasa air matanya menetes, hari-hari yang bahagia baru saja dimulai tetapi ada pada yang menghalangi kebahagiaan itu. Bella ingin ia
Dengan terpaksa, Anthony dan Nilesh tunduk pada Kay, Kay sama sekali tidak lengah, ia fokus pada Anthony, ia tidak mau gegabah. Anthony mencoba memanfaatkan Sunny, tapi Kay segera mengetahuinya, ia segera melepaskan tembakan sekali hampir mengenai Anthony, Anthony kaget lalu menunduk, ia takut di lukai oleh Kay. "Sunny adalah milikku, aku ke sini untuk mengambil apa yang menjadi milikku, kau tidak boleh menyembunyikan sesuatu yang bukan milikmu Kay, biarkan Sunny ikut denganku, tanyakan saja padanya, dia adalah milikku!" Anthony dengan bangga mengatakan itu, tapi Sunny muak mendengar ucapan Anthony. "Aku bukan milikmu, aku bukan barang, aku berhak menentukan pilihan ku, lagipula aku tidak suka padamu, aku dan Kay sudah menikah, siapa yang kau bilang milikmu? apa kau tidak merasa bersalah mengatakan hal itu?" Sunny berbohong supaya Anthony tidak mengganggunya lagi. "Kau jangan berbohong Sunny, Kay akan menikah dengan mantan kekasihnya Amanda, kenapa kau mau tinggal dengan pri
Murni tetap tenang meski Maudy memberinya beberapa pertanyaan mengenai Arland dan Bella, ia tidak mau Maudy sampai tahu jika Arland berada di rumah sakit. "Arland sendiri yang meminta Bella menemaninya, biarlah dia ikut, lagi pula mommy bisa mengurus Novia, mommy tidak kemana-mana juga," ucapnya lalu ia duduk di sofa karena selama di rumah sakit ia tidak bisa menyandarkan tubuhnya. "Pasti mereka berbohong, tidak mungkin Bella mendadak pergi dengan Arland keluar kota," gumamnya, ia masih penasaran tapi sepertinya Murni menutupi sesuatu darinya, yang anehnya lagi, Tuan Alexander segera membawa Novia masuk ke kamarnya. Murni meminta Bi Ijah membuatkan minuman dingin untuknya, tenggorokannya terasa sangat kering. "Bibi tolong buatkan minum dingin," ucap Murni dengan lembut, Bi Ijah segera ke dapur kalau membuat minuman itu. Maudy pergi ke kamarnya, ia mondar-mandir di dalam, sebab Kay juga belum kembali, ia tidak mungkin mendapatkan informasi itu dari Murni. "Kapan Kay kembali
Tuan Alexander bersiap untuk pulang ke rumah dengan Novia, sedangkan Bella dan Kay akan tinggal di rumah sakit menjaga Arland. "Mom, tolong jangan katakan apapun, aku bukan tidak percaya sama bibi, tapi Maudy akan mendesaknya sampai bibi bicara, kita harus merahasiakan ini dari Maudy sampai terbukti ia tidak bersekongkol dengan papanya dan juga Anthony." Kay sangat mewaspadai Maudy, sampai sekarang ia tidak percaya padanya meskipun Maudy selalu berbuat baik di depannya. "Sayang, kamu pulang dulu ya sama opa Oma, tapi mama mau kamu berjanji!" "Berjanji apa ma?" Novia tidak mengerti apa yang di katakan Bella padanya. "Kamu harus janji, jika Tante Maudy bertanya apapun padamu tentang papa dan mama, jangan katakan apapun ya, mama mohon ya nak," Novia diam, ia masih belum mengerti apa yang dimaksud mamanya itu. "Novia, kalau misalnya Tante Maudy bertanya, dimana papa dan mama, kamu harus bilang tidak tahu, papa dan mama bekerja ada urusan, mama mohon ya nak, supaya papa bisa
"Papa janji setelah papa pulang kita akan jalan-jalan keluar negeri," ucap Arland sambil mengelus rambut Novia. "Janji ya pa, kita akan jalan-jalan!" Novia mengingatkan janji itu supaya Arland tidak lupa. Novia kembali bermain game di ponsel, Arland merasa sedih saat Novia menagih janji padanya. Kay masih duduk di sofa, ia terlihat murung, Sunny tidak tahu harus bicara apa padanya. Kay melihat jam di tangannya sudah pukul 07.15, ia segera menghabiskan teh nya lalu beranjak. "Aku akan ke rumah sakit, tetaplah di rumah, jika ada sesuatu yang kau butuhkan katakan saja padaku," ucapnya lalu ia segera pergi. Sunny menutup pintu rapat-rapat setelah Kay pergi meninggalkan rumah, ia masuk kamar karena merasa sedih, ia khawatir jika suatu saat nanti Anthony menemukannya. "Ya Tuhan, jauhkan aku dari pria jahat itu, aku tidak ingin menjadi tawanannya, aku menyesal telah percaya padanya dulu," ucap Sunny sambil menangis, kalau bisa ia ingin tinggal bersama Kay supaya ia aman dari
"Kita harus waspada, pasti ada serangan yang akan dilakukan Arland pada kita, aku tidak mau itu terjadi!" Anthony pun mulai hati-hati dengan Arland dan Kay, mereka tidak mau menyepelekan kekuatan Arland, apalagi Kay selalu bisa membuat lawannya kalah. Bella masih menunggu Arland di rumah sakit, Arland perlahan-lahan mulai pulih tapi ia harus tetap mendapatkan pengobatan supaya ia segera pulih. Pagi hari sudah pukul 07.00, Murni dan suaminya mengajak Novia ke rumah sakit, tapi ia tidak memberitahu siapapun, termasuk Bi Ijah. Murni tetap memakai seragam sekolah pada Novia supaya tidak seorangpun yang curiga pada mereka. "Novia sayang, cepatlah nanti kita terlambat. "Iya Oma!" Maudy mendengar Murni memanggil Novia merasa heran kenapa tiba-tiba pagi ini ia yang mengantar Novia ke sekolah, ia pun segera menemui Murni yang masih ada di kamarnya, sedangkan Tuan Alexander ada di garasi. Tok... tok.... Maudy mengetuk pintu kamar Murni, Murni masih belum sempat membukanya karena
Seseorang menghalangi jalan Kay saat ia terus mengejar mobil Anthony, akhirnya ia kehilangan jejak mereka. "Sial, siapa yang berani melakukan itu?" ia sama sekali tidak bisa melihat siapa yang ada di dalam mobil itu, ia marah, memukul setir mobil lalu berputar arah. Ia pun memutuskan untuk pergi ke rumah Sunny, rumah Sunny lumayan jauh dari jalan itu, tapi hatinya masih kacau, ia marah tapi keberuntungan masih berpihak pada Anthony. Kay pun menyetir dengan pelan, tangannya masih gemetar dan ia belum bisa meredam emosinya. Ia pun akhirnya sampai di depan rumah Sunny, ia masih berada di dalam mobil sampai tangannya berhenti gemetar. "Jika terus seperti ini, aku tidak akan masuk ke dalam," batinnya. Ia menghela nafasnya berulang-ulang lalu mencoba menetralkan emosinya, tangannya perlahan berhenti gemetar lalu ia sekali lagi menghela nafasnya. Sebelum turun ia mengirim pesan pada Arland, ia mengatakan jika saat ini berada di rumah ibunya, ia selalu berbohong jika berada di ru
"Apakah ada yang tahu kau datang ke sini?" tanya Arland saat Bella masih memegang tangannya. "Tidak, aku keluar rumah diam-diam, lagi pula aku keluar jam 03.00 pagi, semua orang di rumah masih tidur." Lalu Kay keluar dari kamar itu, ia mengatakan akan segera kembali. "Aku keluar sebentar, aku akan kembali segera!" Bella menangis melihat suaminya terbaring, ia menghela nafasnya karena dadanya terasa sangat sesak. "Jangan khawatir, sebentar lagi aku akan pulih, kita pasti pulang nanti!" "Jangan bicara lagi, pulihkan dirimu dulu, akan menemani mu di sini!" Bella tidak mau meninggalkan suaminya di rumah sakit meskipun Arland menyuruhnya pulang. "Pulanglah ke rumah, Novia dan yang lainnya membutuhkan mu, lagi pula kau harus mengabari ke rumah supaya tidak ada yang khawatir." "Nanti saja, ini masih jam 04.20 bibi belum bangun," ucapnya. Bella mengambil air minum lalu diberikan pada Arland. "Minum yang banyak supaya tidak dehidrasi." Arland mengembang air mineral itu
Bella menunggu hingga subuh tapi keduanya tidak ada yang meneleponnya, ia semakin khawatir, lalu ia segera turun ke bawah duduk sofa, ia selalu membawa ponselnya kemanapun. "Tidak biasanya Arland mengabaikan panggilan ku hingga beberapa kali, pasti ada yang tidak beres dengan mereka, tapi kemana aku harus mencarinya? tidak ada yang bisaa ku tanyakan," Bella termenung di bawah sendirian, kemudian ponselnya berdering, ia segera melihatnya, panggilan itu dari Arland, ia dengan antusias segera mengangkatnya. "Halo." "Bella maafkan aku, aku tidak bisa pulang karena sekarang aku dan Kay berada di rumah sakit, aku mengalami kecelakaan, tapi tidak parah, jangan khawatir, nanti aku dan Kay akan segera pulang." Jantung Bella seolah berhenti karena mendengarkan kata kecelakaan, ia tidak mampu bicara. "Bella jangan khawatir, aku dan Kay akan segera pulang, jangan katakan pada mommy, aku tidak apa-apa!" "Dimana kalian sekarang? kenapa sejak tadi tidak ada yang mengangkat teleponku?"
"Apa kau yakin Maudy tidak terlibat saat Anthony dan Nilesh bebas? lebih baik suruh saja dia pergi dari rumah, aku yakin dia tahu banyak hal, tapi dia tidak mengatakan apapun sebelum ada orang yang bicara di rumah mengenai hal ini." Kay sebenarnya sangat mengkhawatirkan Novia, anak kecil itu selalu di ganggu oleh Anthony untuk membebaskan dendamnya pada Arland. "Kita akan memerlukan bantuannya nanti, jika dia pergi dari rumah sekarang, aku yakin Anthony akan merajalela, jadi sebagai gantinya untuk membalasnya nanti, saat Maudy masih ada di rumah!" Kay pun mengerti apa yang dikatakan Arland, ia tahu Maudy suatu saat akan berguna bagi mereka. Mereka tidak pergi ke kantor, tapi ke club untuk menenangkan diri, seperti beberapa tahun yang lalu. Kay dan Arland kembali ke club itu setelah lebih dari 6 tahun, tapi orang-orang di sana masih menyambut mereka seperti dulu, Arland duduk di kursi yang biasa mereka duduki, Kay dengan sangat senang meneguk beberapa gelas minuman yang ada d