Bella memasuki kamarnya, namun wajahnya terlihat sedikit marah, ia tidak bicara pada Arland. Arland mengerti jika Bella tidak menyukai sikap Maudy yang berlebihan, dia sepertinya mengambil keuntungan dari kehamilannya. "Kenapa kau diam saja?" Arland memeluknya lalu mencium keningnya, sementara hati Bella masih perih karena kelakuan Maudy. "Bolehkah dia lebih cepat pergi dari sini? kau bilang kalau Novia sembuh kita akan liburan ke Selandia Baru, tapi mungkin itu hanya akan menjadi rencana yang tidak akan pernah terjadi." Arland memejamkan matanya lalu menarik nafasnya, bagaimana mungkin mereka pergi jika ada orang yang tinggal di rumahnya?. "Mandilah dulu!" Bella pun beranjak dari duduknya saat Arland menyuruhnya mandi, Bella masuk ke dalam kamar mandi lalu ia segera keluar dari kamar. Ia berjalan menuju kamar yang di tempati Maudy, ia segera masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu. "Arland?" Maudy kaget lalu menoleh ke arah pintu, Arland berjalan menghampirinya menata
Arland dan Bella masuk ke dalam kamar, yang lain juga masuk ke kamar masing-masing. Saat Arland hendak berbaring, ia menerima panggilan di ponselnya. Ia melihat panggilan itu dari pengacaranya, ia segera menuju balkon sedangkan Bella duduk di depan meja riasnya. "Halo." "Anthony dan anak buahnya di tahan selama 8 tahun, aku tidak tahu mungkin saja ada yang membantu mereka membayar pengadilan!" Arland terdiam sesaat, ia pun sebenarnya sudah bahagia mendengar kabar itu. "Tidak apa-apa, selama mereka di tahan keluarga ku akan aman, aku hanya menghawatirkan Novia." Arland duduk di balkon, Bella menghampirinya lalu memeluknya. "Ada apa? wajah mu terlihat sedih!" "Aku tidak apa-apa, aku hanya memikirkan Novia saja, aku akan mengurus liburan kalian secepatnya, aku tidak mau mengecewakan Novia!" "Tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri, bawa saja dia jalan-jalan ke mana dia suka, dia pasti akan senang, jangan membebani dirimu, aku tidak mau melihat mu sedih." Bella memelukn
"Hmm, aku lupa, aku juga harus mengingatkan mu tentang aku dan Arland, aku dengannya sudah bersama sejak beberapa tahun lalu dan dia sangat mencintaiku setulus hatinya, tidak ada bandingannya dengan apapun di dunia, kau juga tahu itu," ucapnya merasa bangga. "Kau mungkin lupa satu hal, bahwa kau sendiri yang merasa seperti itu, Arland tidak setulus itu mencintaimu, apa kau tahu dia sangat mencintai istri dan anaknya?" Bella tidak terpancing sedikit dengan ucapan Maudy, ia malah membuatnya kesal, wajah Maudy terlihat marah, tapi ia tidak mungkin melakukan memarahi Bella, jika ia melakukan itu, ia pasti akan tersingkir dari rumah itu. Bella meninggalkan Maudy seorang diri, ia sebenarnya sangat benci dengan sikap Maudy yang selalu berusaha memberi perhatian pada Arland. Bella masuk ke dalam kamar, ia langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang, tak terasa air matanya menetes, hari-hari yang bahagia baru saja dimulai tetapi ada pada yang menghalangi kebahagiaan itu. Bella ingin ia
"Aaaaaa." Murni teriak kesakitan hingga Bi Ijah datang menolongnya, tak lama setelah itu Tuan Alexander juga datang, ia segera memarahi Maudy yang tidak punya etika di rumahnya sendiri. "Apa yang kau lakukan? kenapa kau mendorong mommy?" "Maaf pa, tapi mommy menghalangi jalanku saat aku ingin bertemu dengan Arland, aku sudah memintanya untuk menjauh, tapi mommy tidak mendengar ku, aku tidak sengaja mendorongnya," Maudy segera pergi ke garasi, tapi Arland sudah tidak ada disana. Maudy segera masuk ke dalam lalu marah pada Murni. "Ini semua karena ulah mommy, Arland pergi sebelum aku tiba di garasi." Murni menampar Maudy hingga bekas jarinya menempel di pipinya. "Apa katamu? apa kau tidak sadar kalau Arland sudah bahagia dengan istri dan anaknya?" Maudy menatapnya penuh amarah, sampai tuan Alexander memarahi Maudy. "Aku tidak akan membiarkan Arland hidup bahagia dengan Bella perempuan kampung itu, bukankah mommy juga sangat membencinya dulu? jangan munafik!" Murni me
Maudy marah besar hingga ia merasakan keram yang luar biasa di perutnya. Ia perlahan jatuh ke lantai, ia pucat dan lemas, Arland pikir dia hanya bercanda atau membohongi Arland, tapi ternyata tidak, Maudy benar-benar kesakitan hingga ia tidak bisa bangkit untuk berdiri. "Arland tolong aku, aku tidak sanggup lagi, aku kesakitan." Suaranya pun mulai terdengar pelan, Arland langsung berlari menolongnya, ia mengangkat lalu meletakkan maulid di atas ranjang, wajahnya semakin dibasahi keringat, Arlan segera memanggil Kay. Arland meninggalkan Maudy di kamarnya, ia segera menuju kamar Kay yang tidak jauh dari kamar Maudy. "Kay cepat panggil dokter, Maudy kesakitan." "Apa?" Kay mengerutkan keningnya, ia mengira itu hanya akal-akalan nya saja. "Cepat panggil dokter." "Apa kau serius?" Arland terlihat sangat serius ketika ia bicara, Kay langsung bergerak mengambil ponselnya untuk menghubungi dokter. Arland masuk ke kamar Maudy, ia lebih Maudy semakin lemas. "Arland, jangan
"Tetap saja dia akan berusaha mendapatkan mu lagi, aku tahu apa yang direncanakan, lagi pula bayi di kandungannya bukan anakmu, kenapa dia tinggal di sini? suruh saja pergi ke rumah ayah anaknya itu," mereka bertengkar hingga Bella tidak mau tidur di sampingnya. Arland berusaha membujuknya, tapi karena hati masih kesal ia tidak mau bicara lagi. "Bella jangan marah, aku tidak akan tertipu pada Maudy, aku hanya menolongnya saja." Bella diam lalu memejamkan matanya, ia seolah tidak mendengarkan Arland bicara. Arland mengambil bantal lalu tidur di samping Bella. Ia tidak mau membuat Bella semakin marah padanya. Keesokan paginya, Maudy duduk di kursi halaman depan di temani Bi Ijah. Maudy bicara dengan Bi Ijah sambil memegangi perutnya. Bella yang melihat itu merasa tidak senang, ia ingin sekali mengusir Maudy supaya pergi dari rumah itu, tapi ia pasti akan merasa kasihan. Bella pergi menemui Novia yang sedang sarapan di temani Omanya, Arland duduk minum teh sambil menyantap s
Bi Ijah menemani Novia masuk ke dalam kamar, sementara Murni langsung masuk ke kamarnya, Bi Ijah berusaha supaya tidak di curiga. "Novia tadi belajar sama siapa?" tanya Bi Ijah sambil membantunya membuka baju sekolah. "Sama temen, tadi Oma cepat datang, Novia belum sempat main." Aneh, kenapa tadi di depan kamar Maudy dan Murni membicarakan soal memisahkan Arland dan Bella, dia tidak mungkin salah dengar, tapi ia harus selalu waspada. Murni berbaring di kamarnya karena merasa cuaca sangat panas, ia memainkan ponselnya sambil menunggu suaminya pulang kerja. Tok... tok... tok... Suara bukan pintu kamarnya membuat ia segera meletakkan ponselnya lalu berjalan menuju pintu. Segera ia membuka pintu kamarnya, ia melihat Maudy berdiri di depannya. "Ada apa?" Tanpa bicara Maudy langsung masuk ke dalam, Murni marah padanya, karena Maudy seperti orang yang tidak punya sopan santun, memasuki kamar orang lain sembarangan. "Aku tidak menyuruh mu masuk, kenapa kau ke sini?" Murni
Bella meminta Sunny untuk tidak mengeraskan suaranya, tapi Sunny benar-benar marah pada Arland. Ia tidak bisa menemui Anthony lagi, bahkan untuk bertahan hidup sangat sulit baginya. "Sunny dengarkan aku, kita pulang dulu ke rumah, aku akan mendengarkan semua yang akan kau katakan padaku, kau sangat mengenal ku Sunny, aku tidak mungkin membiarkan mu seperti ini, aku akan membantumu." Bella berusaha supaya Sunny tidak marah lagi, tapi Arland tidak setuju pada Bella, tidak mungkin mereka membawa Sunny pulang sementara ada Maudy yang tinggal di rumah mereka. "Bella aku tidak setuju padamu, Maudy ada di rumah, kita hanya akan menambah masalah saat menampung semua orang-orang ini di rumah, bukan tidak kasihan, tapi anak yang mereka kandung itu anaknya Anthony, dia akan mengobrak-abrik seisi rumah kita." Bella terdiam saat Arland tidak mengizinkannya membawa Sunny pulang, tapi Sunny sangat membutuhkan pertolongan. Bella menatap Kay, ia berharap Kay mau menolongnya dan membiarkan
Dengan terpaksa, Anthony dan Nilesh tunduk pada Kay, Kay sama sekali tidak lengah, ia fokus pada Anthony, ia tidak mau gegabah. Anthony mencoba memanfaatkan Sunny, tapi Kay segera mengetahuinya, ia segera melepaskan tembakan sekali hampir mengenai Anthony, Anthony kaget lalu menunduk, ia takut di lukai oleh Kay. "Sunny adalah milikku, aku ke sini untuk mengambil apa yang menjadi milikku, kau tidak boleh menyembunyikan sesuatu yang bukan milikmu Kay, biarkan Sunny ikut denganku, tanyakan saja padanya, dia adalah milikku!" Anthony dengan bangga mengatakan itu, tapi Sunny muak mendengar ucapan Anthony. "Aku bukan milikmu, aku bukan barang, aku berhak menentukan pilihan ku, lagipula aku tidak suka padamu, aku dan Kay sudah menikah, siapa yang kau bilang milikmu? apa kau tidak merasa bersalah mengatakan hal itu?" Sunny berbohong supaya Anthony tidak mengganggunya lagi. "Kau jangan berbohong Sunny, Kay akan menikah dengan mantan kekasihnya Amanda, kenapa kau mau tinggal dengan pri
Murni tetap tenang meski Maudy memberinya beberapa pertanyaan mengenai Arland dan Bella, ia tidak mau Maudy sampai tahu jika Arland berada di rumah sakit. "Arland sendiri yang meminta Bella menemaninya, biarlah dia ikut, lagi pula mommy bisa mengurus Novia, mommy tidak kemana-mana juga," ucapnya lalu ia duduk di sofa karena selama di rumah sakit ia tidak bisa menyandarkan tubuhnya. "Pasti mereka berbohong, tidak mungkin Bella mendadak pergi dengan Arland keluar kota," gumamnya, ia masih penasaran tapi sepertinya Murni menutupi sesuatu darinya, yang anehnya lagi, Tuan Alexander segera membawa Novia masuk ke kamarnya. Murni meminta Bi Ijah membuatkan minuman dingin untuknya, tenggorokannya terasa sangat kering. "Bibi tolong buatkan minum dingin," ucap Murni dengan lembut, Bi Ijah segera ke dapur kalau membuat minuman itu. Maudy pergi ke kamarnya, ia mondar-mandir di dalam, sebab Kay juga belum kembali, ia tidak mungkin mendapatkan informasi itu dari Murni. "Kapan Kay kembali
Tuan Alexander bersiap untuk pulang ke rumah dengan Novia, sedangkan Bella dan Kay akan tinggal di rumah sakit menjaga Arland. "Mom, tolong jangan katakan apapun, aku bukan tidak percaya sama bibi, tapi Maudy akan mendesaknya sampai bibi bicara, kita harus merahasiakan ini dari Maudy sampai terbukti ia tidak bersekongkol dengan papanya dan juga Anthony." Kay sangat mewaspadai Maudy, sampai sekarang ia tidak percaya padanya meskipun Maudy selalu berbuat baik di depannya. "Sayang, kamu pulang dulu ya sama opa Oma, tapi mama mau kamu berjanji!" "Berjanji apa ma?" Novia tidak mengerti apa yang di katakan Bella padanya. "Kamu harus janji, jika Tante Maudy bertanya apapun padamu tentang papa dan mama, jangan katakan apapun ya, mama mohon ya nak," Novia diam, ia masih belum mengerti apa yang dimaksud mamanya itu. "Novia, kalau misalnya Tante Maudy bertanya, dimana papa dan mama, kamu harus bilang tidak tahu, papa dan mama bekerja ada urusan, mama mohon ya nak, supaya papa bisa
"Papa janji setelah papa pulang kita akan jalan-jalan keluar negeri," ucap Arland sambil mengelus rambut Novia. "Janji ya pa, kita akan jalan-jalan!" Novia mengingatkan janji itu supaya Arland tidak lupa. Novia kembali bermain game di ponsel, Arland merasa sedih saat Novia menagih janji padanya. Kay masih duduk di sofa, ia terlihat murung, Sunny tidak tahu harus bicara apa padanya. Kay melihat jam di tangannya sudah pukul 07.15, ia segera menghabiskan teh nya lalu beranjak. "Aku akan ke rumah sakit, tetaplah di rumah, jika ada sesuatu yang kau butuhkan katakan saja padaku," ucapnya lalu ia segera pergi. Sunny menutup pintu rapat-rapat setelah Kay pergi meninggalkan rumah, ia masuk kamar karena merasa sedih, ia khawatir jika suatu saat nanti Anthony menemukannya. "Ya Tuhan, jauhkan aku dari pria jahat itu, aku tidak ingin menjadi tawanannya, aku menyesal telah percaya padanya dulu," ucap Sunny sambil menangis, kalau bisa ia ingin tinggal bersama Kay supaya ia aman dari
"Kita harus waspada, pasti ada serangan yang akan dilakukan Arland pada kita, aku tidak mau itu terjadi!" Anthony pun mulai hati-hati dengan Arland dan Kay, mereka tidak mau menyepelekan kekuatan Arland, apalagi Kay selalu bisa membuat lawannya kalah. Bella masih menunggu Arland di rumah sakit, Arland perlahan-lahan mulai pulih tapi ia harus tetap mendapatkan pengobatan supaya ia segera pulih. Pagi hari sudah pukul 07.00, Murni dan suaminya mengajak Novia ke rumah sakit, tapi ia tidak memberitahu siapapun, termasuk Bi Ijah. Murni tetap memakai seragam sekolah pada Novia supaya tidak seorangpun yang curiga pada mereka. "Novia sayang, cepatlah nanti kita terlambat. "Iya Oma!" Maudy mendengar Murni memanggil Novia merasa heran kenapa tiba-tiba pagi ini ia yang mengantar Novia ke sekolah, ia pun segera menemui Murni yang masih ada di kamarnya, sedangkan Tuan Alexander ada di garasi. Tok... tok.... Maudy mengetuk pintu kamar Murni, Murni masih belum sempat membukanya karena
Seseorang menghalangi jalan Kay saat ia terus mengejar mobil Anthony, akhirnya ia kehilangan jejak mereka. "Sial, siapa yang berani melakukan itu?" ia sama sekali tidak bisa melihat siapa yang ada di dalam mobil itu, ia marah, memukul setir mobil lalu berputar arah. Ia pun memutuskan untuk pergi ke rumah Sunny, rumah Sunny lumayan jauh dari jalan itu, tapi hatinya masih kacau, ia marah tapi keberuntungan masih berpihak pada Anthony. Kay pun menyetir dengan pelan, tangannya masih gemetar dan ia belum bisa meredam emosinya. Ia pun akhirnya sampai di depan rumah Sunny, ia masih berada di dalam mobil sampai tangannya berhenti gemetar. "Jika terus seperti ini, aku tidak akan masuk ke dalam," batinnya. Ia menghela nafasnya berulang-ulang lalu mencoba menetralkan emosinya, tangannya perlahan berhenti gemetar lalu ia sekali lagi menghela nafasnya. Sebelum turun ia mengirim pesan pada Arland, ia mengatakan jika saat ini berada di rumah ibunya, ia selalu berbohong jika berada di ru
"Apakah ada yang tahu kau datang ke sini?" tanya Arland saat Bella masih memegang tangannya. "Tidak, aku keluar rumah diam-diam, lagi pula aku keluar jam 03.00 pagi, semua orang di rumah masih tidur." Lalu Kay keluar dari kamar itu, ia mengatakan akan segera kembali. "Aku keluar sebentar, aku akan kembali segera!" Bella menangis melihat suaminya terbaring, ia menghela nafasnya karena dadanya terasa sangat sesak. "Jangan khawatir, sebentar lagi aku akan pulih, kita pasti pulang nanti!" "Jangan bicara lagi, pulihkan dirimu dulu, akan menemani mu di sini!" Bella tidak mau meninggalkan suaminya di rumah sakit meskipun Arland menyuruhnya pulang. "Pulanglah ke rumah, Novia dan yang lainnya membutuhkan mu, lagi pula kau harus mengabari ke rumah supaya tidak ada yang khawatir." "Nanti saja, ini masih jam 04.20 bibi belum bangun," ucapnya. Bella mengambil air minum lalu diberikan pada Arland. "Minum yang banyak supaya tidak dehidrasi." Arland mengembang air mineral itu
Bella menunggu hingga subuh tapi keduanya tidak ada yang meneleponnya, ia semakin khawatir, lalu ia segera turun ke bawah duduk sofa, ia selalu membawa ponselnya kemanapun. "Tidak biasanya Arland mengabaikan panggilan ku hingga beberapa kali, pasti ada yang tidak beres dengan mereka, tapi kemana aku harus mencarinya? tidak ada yang bisaa ku tanyakan," Bella termenung di bawah sendirian, kemudian ponselnya berdering, ia segera melihatnya, panggilan itu dari Arland, ia dengan antusias segera mengangkatnya. "Halo." "Bella maafkan aku, aku tidak bisa pulang karena sekarang aku dan Kay berada di rumah sakit, aku mengalami kecelakaan, tapi tidak parah, jangan khawatir, nanti aku dan Kay akan segera pulang." Jantung Bella seolah berhenti karena mendengarkan kata kecelakaan, ia tidak mampu bicara. "Bella jangan khawatir, aku dan Kay akan segera pulang, jangan katakan pada mommy, aku tidak apa-apa!" "Dimana kalian sekarang? kenapa sejak tadi tidak ada yang mengangkat teleponku?"
"Apa kau yakin Maudy tidak terlibat saat Anthony dan Nilesh bebas? lebih baik suruh saja dia pergi dari rumah, aku yakin dia tahu banyak hal, tapi dia tidak mengatakan apapun sebelum ada orang yang bicara di rumah mengenai hal ini." Kay sebenarnya sangat mengkhawatirkan Novia, anak kecil itu selalu di ganggu oleh Anthony untuk membebaskan dendamnya pada Arland. "Kita akan memerlukan bantuannya nanti, jika dia pergi dari rumah sekarang, aku yakin Anthony akan merajalela, jadi sebagai gantinya untuk membalasnya nanti, saat Maudy masih ada di rumah!" Kay pun mengerti apa yang dikatakan Arland, ia tahu Maudy suatu saat akan berguna bagi mereka. Mereka tidak pergi ke kantor, tapi ke club untuk menenangkan diri, seperti beberapa tahun yang lalu. Kay dan Arland kembali ke club itu setelah lebih dari 6 tahun, tapi orang-orang di sana masih menyambut mereka seperti dulu, Arland duduk di kursi yang biasa mereka duduki, Kay dengan sangat senang meneguk beberapa gelas minuman yang ada d