Maudy berjalan menuju kamar tanpa rasa takut sedikitpun, ia tidak perduli dengan ucapan orang yang menghinanya, ia tetap berjalan masuk ke dalam, sesampainya di kamar, ia meletakkan tas dan kopernya lalu ia berbaring di atas tempat tidur, ia mengelus perutnya yang sedikit terasa sakit. Bella datang menemuinya lalu menyuruhnya keluar dari rumah itu. "Apa yang kau lakukan di rumahku? aku tidak akan membiarkan mu membohongi semua orang di sini, aku tidak akan membiarkanmu menikmati hidup bahagia dengan penuh kebohongan, anak di rahim mu itu bukan milik Arland tapi milik Anthony, berhentilah berpura-pura wanita ular." Maudy berdiri sambil memegang perutnya, ia tidak merasa tersinggung dengan ucapan Bella padanya, ia tidak memperdulikan Bella yang berada di kamar itu. "Apapun yang kau katakan, aku akan membuktikannya setelah anak ini lahir, jadi bicaralah lebih sopan karena aku juga punya hak di rumah ini sama seperti anakmu Novia." "Kau bisa masuk penjara jika selalu berbohong, a
Bella memasuki kamarnya, namun wajahnya terlihat sedikit marah, ia tidak bicara pada Arland. Arland mengerti jika Bella tidak menyukai sikap Maudy yang berlebihan, dia sepertinya mengambil keuntungan dari kehamilannya. "Kenapa kau diam saja?" Arland memeluknya lalu mencium keningnya, sementara hati Bella masih perih karena kelakuan Maudy. "Bolehkah dia lebih cepat pergi dari sini? kau bilang kalau Novia sembuh kita akan liburan ke Selandia Baru, tapi mungkin itu hanya akan menjadi rencana yang tidak akan pernah terjadi." Arland memejamkan matanya lalu menarik nafasnya, bagaimana mungkin mereka pergi jika ada orang yang tinggal di rumahnya?. "Mandilah dulu!" Bella pun beranjak dari duduknya saat Arland menyuruhnya mandi, Bella masuk ke dalam kamar mandi lalu ia segera keluar dari kamar. Ia berjalan menuju kamar yang di tempati Maudy, ia segera masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu. "Arland?" Maudy kaget lalu menoleh ke arah pintu, Arland berjalan menghampirinya menata
Arland dan Bella masuk ke dalam kamar, yang lain juga masuk ke kamar masing-masing. Saat Arland hendak berbaring, ia menerima panggilan di ponselnya. Ia melihat panggilan itu dari pengacaranya, ia segera menuju balkon sedangkan Bella duduk di depan meja riasnya. "Halo." "Anthony dan anak buahnya di tahan selama 8 tahun, aku tidak tahu mungkin saja ada yang membantu mereka membayar pengadilan!" Arland terdiam sesaat, ia pun sebenarnya sudah bahagia mendengar kabar itu. "Tidak apa-apa, selama mereka di tahan keluarga ku akan aman, aku hanya menghawatirkan Novia." Arland duduk di balkon, Bella menghampirinya lalu memeluknya. "Ada apa? wajah mu terlihat sedih!" "Aku tidak apa-apa, aku hanya memikirkan Novia saja, aku akan mengurus liburan kalian secepatnya, aku tidak mau mengecewakan Novia!" "Tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri, bawa saja dia jalan-jalan ke mana dia suka, dia pasti akan senang, jangan membebani dirimu, aku tidak mau melihat mu sedih." Bella memelukn
"Hmm, aku lupa, aku juga harus mengingatkan mu tentang aku dan Arland, aku dengannya sudah bersama sejak beberapa tahun lalu dan dia sangat mencintaiku setulus hatinya, tidak ada bandingannya dengan apapun di dunia, kau juga tahu itu," ucapnya merasa bangga. "Kau mungkin lupa satu hal, bahwa kau sendiri yang merasa seperti itu, Arland tidak setulus itu mencintaimu, apa kau tahu dia sangat mencintai istri dan anaknya?" Bella tidak terpancing sedikit dengan ucapan Maudy, ia malah membuatnya kesal, wajah Maudy terlihat marah, tapi ia tidak mungkin melakukan memarahi Bella, jika ia melakukan itu, ia pasti akan tersingkir dari rumah itu. Bella meninggalkan Maudy seorang diri, ia sebenarnya sangat benci dengan sikap Maudy yang selalu berusaha memberi perhatian pada Arland. Bella masuk ke dalam kamar, ia langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang, tak terasa air matanya menetes, hari-hari yang bahagia baru saja dimulai tetapi ada pada yang menghalangi kebahagiaan itu. Bella ingin ia
"Aaaaaa." Murni teriak kesakitan hingga Bi Ijah datang menolongnya, tak lama setelah itu Tuan Alexander juga datang, ia segera memarahi Maudy yang tidak punya etika di rumahnya sendiri. "Apa yang kau lakukan? kenapa kau mendorong mommy?" "Maaf pa, tapi mommy menghalangi jalanku saat aku ingin bertemu dengan Arland, aku sudah memintanya untuk menjauh, tapi mommy tidak mendengar ku, aku tidak sengaja mendorongnya," Maudy segera pergi ke garasi, tapi Arland sudah tidak ada disana. Maudy segera masuk ke dalam lalu marah pada Murni. "Ini semua karena ulah mommy, Arland pergi sebelum aku tiba di garasi." Murni menampar Maudy hingga bekas jarinya menempel di pipinya. "Apa katamu? apa kau tidak sadar kalau Arland sudah bahagia dengan istri dan anaknya?" Maudy menatapnya penuh amarah, sampai tuan Alexander memarahi Maudy. "Aku tidak akan membiarkan Arland hidup bahagia dengan Bella perempuan kampung itu, bukankah mommy juga sangat membencinya dulu? jangan munafik!" Murni me
Maudy marah besar hingga ia merasakan keram yang luar biasa di perutnya. Ia perlahan jatuh ke lantai, ia pucat dan lemas, Arland pikir dia hanya bercanda atau membohongi Arland, tapi ternyata tidak, Maudy benar-benar kesakitan hingga ia tidak bisa bangkit untuk berdiri. "Arland tolong aku, aku tidak sanggup lagi, aku kesakitan." Suaranya pun mulai terdengar pelan, Arland langsung berlari menolongnya, ia mengangkat lalu meletakkan maulid di atas ranjang, wajahnya semakin dibasahi keringat, Arlan segera memanggil Kay. Arland meninggalkan Maudy di kamarnya, ia segera menuju kamar Kay yang tidak jauh dari kamar Maudy. "Kay cepat panggil dokter, Maudy kesakitan." "Apa?" Kay mengerutkan keningnya, ia mengira itu hanya akal-akalan nya saja. "Cepat panggil dokter." "Apa kau serius?" Arland terlihat sangat serius ketika ia bicara, Kay langsung bergerak mengambil ponselnya untuk menghubungi dokter. Arland masuk ke kamar Maudy, ia lebih Maudy semakin lemas. "Arland, jangan
"Tetap saja dia akan berusaha mendapatkan mu lagi, aku tahu apa yang direncanakan, lagi pula bayi di kandungannya bukan anakmu, kenapa dia tinggal di sini? suruh saja pergi ke rumah ayah anaknya itu," mereka bertengkar hingga Bella tidak mau tidur di sampingnya. Arland berusaha membujuknya, tapi karena hati masih kesal ia tidak mau bicara lagi. "Bella jangan marah, aku tidak akan tertipu pada Maudy, aku hanya menolongnya saja." Bella diam lalu memejamkan matanya, ia seolah tidak mendengarkan Arland bicara. Arland mengambil bantal lalu tidur di samping Bella. Ia tidak mau membuat Bella semakin marah padanya. Keesokan paginya, Maudy duduk di kursi halaman depan di temani Bi Ijah. Maudy bicara dengan Bi Ijah sambil memegangi perutnya. Bella yang melihat itu merasa tidak senang, ia ingin sekali mengusir Maudy supaya pergi dari rumah itu, tapi ia pasti akan merasa kasihan. Bella pergi menemui Novia yang sedang sarapan di temani Omanya, Arland duduk minum teh sambil menyantap s
Bi Ijah menemani Novia masuk ke dalam kamar, sementara Murni langsung masuk ke kamarnya, Bi Ijah berusaha supaya tidak di curiga. "Novia tadi belajar sama siapa?" tanya Bi Ijah sambil membantunya membuka baju sekolah. "Sama temen, tadi Oma cepat datang, Novia belum sempat main." Aneh, kenapa tadi di depan kamar Maudy dan Murni membicarakan soal memisahkan Arland dan Bella, dia tidak mungkin salah dengar, tapi ia harus selalu waspada. Murni berbaring di kamarnya karena merasa cuaca sangat panas, ia memainkan ponselnya sambil menunggu suaminya pulang kerja. Tok... tok... tok... Suara bukan pintu kamarnya membuat ia segera meletakkan ponselnya lalu berjalan menuju pintu. Segera ia membuka pintu kamarnya, ia melihat Maudy berdiri di depannya. "Ada apa?" Tanpa bicara Maudy langsung masuk ke dalam, Murni marah padanya, karena Maudy seperti orang yang tidak punya sopan santun, memasuki kamar orang lain sembarangan. "Aku tidak menyuruh mu masuk, kenapa kau ke sini?" Murni
Ia melihat sosok pria yang berdiri di depannya, ia melihat dengan matanya tanpa berkedip, ia segera menangis lalu memeluk Arland dengan penuh haru, sedangkan Kay segera masuk ke dalam. Saat Bella tidak kunjung masuk ke dalam rumah, Novia segera melihat keluar, ia kaget, ia segera memeluk papanya, air mata di pipinya jatuh saat ia berada di pelukan papanya. "Papa kemana saja? kenapa tidak pernah pulang?" tanya Novia. "Maafkan papa ya nak, papa sangat sibuk, tapi papa tidak pernah melupakan Novia dan juga mama, doa kalian lah yang membuat papa pulang ke rumah dengan selamat." Novia sangat terharu mendengarnya, ia pun segera membawa papanya masuk, Bella segera membuatkan makanan untuk Arland, Arland segera mandi saat ia tiba di rumah, ia menikmati setiap sentuhan air yang membasahi tubuhnya. Kay memberi kejutan pada Sunny, ia berdiri di depan pintu kamar saat Sunny menggendong Kayra Maharani, Sunny segera berlari memeluk Kay, ia juga menangis terharu saat memeluk Kay, ia merasa
Kay menikahi Sunny secara mendadak, sedangkan Maudy depresi karena tidak bisa mendapatkan apapun yang ia rencanakan selama ia tinggal di rumah Alexander. Arland dan Kay secara brutal terus mengejar keberadaan Anthony dan Nilesh, meskipun sangat lama ia baru menemukan tempat persembunyian Anthony, mereka mencari hingga ke pelosok kampung, banyak rintangan yang dilalui untuk menemukan persembunyian Anthony yang saat ini menjadi buronan karena banyak permasalahan yang mereka hadapi. Bella berbulan-bulan menunggu kepulangan suaminya, ia khawatir dengan keselamatan suaminya, ia merasa seperti seorang istri militer yang menunggu suaminya antara hidup dan mati. Bella menunggu dengan sabar, meskipun kadang Novia masih selalu bertanya di mana keberadaan papanya. Yang lebih sedihnya lagi, saat hari pernikahan Sunny harus rela melepaskan kepergian suaminya untuk mencari keberadaan Anthony, dengan hati yang penuh rasa khawatir dan air mata yang terus mengalir ia terus berdoa dan berharap
"Wanita ular itu pernah menjadi kekasih mu," ucap Bella dalam hatinya, tapi ia juga mengikuti Arland ke halaman belakang, meskipun wajahnya cemberut dan terus ngedumel di dalam hatinya. Arland menyuruhnya menutup mata, setelah 2 menit Bella membuka matanya karena di suruh oleh Arland, Arland berlutut di hadapannya lalu memberikan cincin yang indah di jarinya. "Cincin?" ucap Bella kaget sambil tersenyum. Arland segera memeluknya lalu mengelus rambutnya, ia tahu Bella sangat lelah beberapa hari terakhir. "Jangan salah paham padaku, aku selalu memikirkan kebaikanmu dan juga kebahagiaan mu, aku selalu memikirkan mu." Bella tersenyum lalu memeluk suaminya, ia pun bahagia kegirangan, akhirnya setelah beberapa hari ia akhirnya di perhatikan lagi oleh suaminya. Bella dan Arland bermesraan di halaman belakang, dan pemandangan itu dilihat oleh Maudy, ia rupanya sangat terluka melihat itu, seperti di tusuk duri di jantungnya. "Kurang ajar, beraninya kau bermesraan di depanku Bella, lihat s
"Untuk apa kau menangis? pergi dari sini!" ucap Arland. "Kenapa kau mengusir ku Arland? Bella dan Sunny juga mengusirku, kenapa tidak ada belas kasih mu padaku?" "Aku tahu apa yang terjadi di sini saat aku tidak ada di rumah, kau mengusir Sunny karena kau sama sekali tidak suka padanya, kehadiran Sunny jadi ancaman bagimu, apakah aku benar?" tanya Arland. Maudy terdiam, semua orang menatapnya sehingga ia sangat membenci Bella. "Aku tidak mengatakan apapun padanya, justru ketika aku baru turun dari kamar mereka berdua berusaha membuatku jatuh, mereka gagal lalu mereka mengusirku, harusnya kau paham apa yang terjadi di sini Arland, aku tidak pernah berubah padamu!" "Apa aku perlu menunjukkan video saat kau mengusir Sunny? kau sangat kasar padanya, jika Kay tahu kau mengusir Sunny maka habislah kau!" ucap Arland. Maudy sama sekali tidak berkutik, ia terdiam, tidak tahu harus mengatakan apa supaya Arland berpihak padanya. "Aku minta maaf Arland, aku tidak bermaksud membuat mu
Zian hanya bisa menggeleng saat sudah tahu yang terjadi pada Arland, Arland memang melakukan kesalahan tapi itu sama sekali tidak di sengaja ataupun dia sadari, ia melakukan itu saat mabuk. "Lalu apa hubunganya dengan Anthony? kenapa ia selalu mengganggu anak dan istrimu?" tanya Zian sekali lagi. "Dia sebenarnya salah paham, aku tidak tahu apa yang dikatakan ayahnya padanya sehingga ia sangat membenci keluargaku, tapi yang pasti papa tidak pernah melakukannya kesalahan pada keluarganya," ucap Arland. Zian mengerti, sebenarnya ini hanya masalah pribadi yang belum selesai. Zian pun tahu cara memecahkan masalah ini, tapi pastinya dari salah satu pihak pasti ada yang tidak setuju. "Sebenarnya memecahkan masalah ini sangat mudah, tapi tergantung kedua belah pihak, jika salah satunya tidak setuju maka masalah ini akan tetap berlanjut hingga anak cucu kalian." Arland diam, ia sebenarnya tidak ingin memiliki masalah dengan siapapun, karena saat ini ia hanya memikirkan keluarganya saja.
Kay dan Arland bicara berdua di luar rumah, ia sebenarnya tahu Maudy drop karena takut ketahuan ikut melakukan kesalahan. "Apa kau yakin dia benar-benar sakit?" tanya Arland. "Iya, dia sakit karena memikirkan papanya, jelas dia takut di penjara!" "Lihat saja nanti apa yang akan dikatakan oleh dokter, aku sebenarnya tidak penasaran kenapa dia tiba-tiba sakit!" ucap Arland sekali lagi. Dokter mulai memeriksa Maudy, Murni dan Bella masih ada di dalam kamar itu, dokter itu dengan cepat memberikan infus di tangannya lalu menyuruh Maudy minum obat. Setelah selesai menanganinya, dokter itu bicara dengan Murni dan Bella. "Jangan biarkan dia memikirkan hal yang tidak baik, itu bisa membuat calon bayinya dalam bahaya, Maudy tipe orang yang sangat mudah drop apalagi saat ini dia sedang hamil." "Apakah ada sesuatu yang membuatnya tiba-tiba sakit?" tanya Murni karena ia sangat penasaran. "Tidak, dia hanya tidak boleh memikirkan sesuatu yang berlebihan!" Dokter itu memberikan rese
Tiba-tiba Maudy merasa deg-degan, ia tahu arah pembicaraan Kay, lalu ia menghela nafas, ia tidak mau buru-buru berfikir negatif. Sunny duduk di samping Bella, ia menunggu kejutan apa yang akan di katakan Kay pada mereka semua. "Jangan terlalu lama membuat orang menunggu, katakan saja apa kejutannya!" ucap Murni, lalu Kay tersenyum, ia mengambil ponselnya lalu menelepon seseorang. "Halo, semuanya berjalan lancar?" tanya Kay, Arland hanya diam mendengar pembicaraan Kay. Ia mematikan ponselnya lalu menatap Arland, ia diam cukup lama. "Mereka sudah di tangkap, kali ini mereka tidak bisa membayar siapapun untuk di bebaskan, ada seseorang yang mendukung mereka melakukan itu, yang pastinya kita tak akan percaya jika dia ikut campur dalam segala hal." Maudy semakin penasaran, tapi ia tidak mau bertanya sama sekali, ia tidak mau membuat orang di rumah itu curiga. "Siapa yang kau maksud? mommy penasaran siapa saja orang yang ingin mengganggu keluarga kita" ucap Murni. "Banyak mom, salah
Arland masuk ke dalam ruangan setelah selesai menelepon Bella, ia melihat Kay duduk di tempat tidur, wajahnya masih terlihat sedikit pucat. "Sebenarnya kejutan apa yang ingin kau tunjukkan pada semua orang?" tanya Arland padanya. "Jangan tanya padaku, lihat saja nanti!" jawab Kay. Arland pun membantu Kay keluar dari ruangan itu setelah Tuan Alexander menelpon bahwa ia sudah berada di parkiran. Dengan pelan Kay berjalan karena kepalanya masih belum sembuh total, tapi ia berusaha untuk terlihat kuat. "Aku akan mengambil kursi roda kalau kau tidak kuat berjalan, aku takut kau pingsan lalu kembali ke ruangan itu lagi!" ucap Arland sambil terus memegangi pundak Kay. "Aku baik-baik saja, kau tidak perlu memejamkan ku seperti itu," jawabnya sambil bercanda. Mereka pun tiba di parkiran, Kay dengan pelan-pelan masuk ke dalam mobil, ia duduk di samping Tuan Alexander sedangkan Arland duduk di belakang. "Bagaimana keadaan mu Kay?" tanya Tuan Alexander sebelum ia memacu mobilnya, tapi tiba
"Oh, jadi kau sudah menampakan topeng aslimu padaku, ternyata selama ini kau tinggal di sini hanya untuk mencari tahu semua informasi tentang keluarga Alexander, tapi sayangnya kau tidak mendapatkan apapun, semua yang kau harapkan sia-sia, ku tidak akan memberimu sebesar pun, dan rencanamu untuk menghancurkan keluargaku tidak akan pernah terjadi, karena kau tahu saat ini Kay dan Arland juga sudah tahu apa yang kau rencanakan bersama dengan Anthony, tunggu saja giliran mau mendapatkan balasan dari mereka berdua!" ucap Bella padanya, Maudy terdiam mendengar apa yang di katakan Bella padanya, ia bahkan gemetar saat tahu Kay dan Arland sudah mengetahui apa yang ia rencanakan. "Apa yang kau katakan? bukanlah selama ini kau yang ingin menghancurkan kehidupan Alexander? kau mengambil semua yang mereka miliki, lalu kau menuduhku supaya mereka tidak curiga padamu, luar biasa, kau memang sangat pandai bersandiwara," Maudy menuduh Bella bersandiwara, ia juga mengatakan bahwa Bella lah yang ingin