Bella terus berjalan hingga ia harus duduk di samping Arland, Kay pun ikut bahagia akhirnya yang ia tunggu pun terjadi. "Aku tidak bermaksud untuk membuatmu kecewa padaku Bella, tapi aku sudah tidak mau jika Arland dan Maudy menikah, itu lebih dari mimpi buruk," sebenarnya yang paling ia khawatirkan jika Maudy dan Arland menikah adalah adiknya, Maudy pasti akan memecatnya dari kantor sehingga ia tidak akan bisa membiayai adiknya sekolah dan juga memberikan uang untuk ibunya, selama ini ia berusaha menjadi anak dan kakak yang terbaik di keluarganya. Ia pun menghilang nafasnya, ia harus mengorbankan Bella selamanya. Bella tertunduk lesu di hadapan beberapa orang itu ia tak bicara sepatah katapun. Tetapi Arland begitu bersemangat sampai ia tidak bisa tidak tersenyum sejak Bella keluar dari kamar. "Acara akan segera kita mulai, ada lagi yang mau ditunggu?" tanya penghulu itu sebelum ia memulai acara ijab kabul. "Tidak Pak, mulai saja." Wajah Bella semakin terlihat murung, iya ta
Setelah memberikan pendapat mengenai pernikahan Arland, akhirnya Murni menerima jika Bella dibawa pulang ke rumah mereka, karena itu adalah permintaan suaminya sendiri. "Bella akan ikut pulang dengan kita ke rumah karena sekarang dia adalah menantu keluarga Alexander, Arland segera kemasi bareng-bareng Bella kita akan pulang ke rumah." Meskipun dalam hati Murni ingin memukul Bella, tapi di satu sisi suaminya lebih berpihak pada Bella, ia sama sekali tidak berani menentang suaminya. Arland segera mengemasi barang-barang Bella lalu membawanya turun menuju parkiran, sementara Bella masih memakai gaun pengantin mengikuti mereka berjalan menuju mobil. Sepanjang perjalanan Bella tidak pernah bicara sampai mereka tiba di rumah mewah itu. "Kita sudah sampai di rumah, ini juga rumahmu karena kau telah menjadi menantu kami, jangan pernah sungkan bila ingin menanyakan sesuatu." Yudha Alexander bersikap baik kepada Bella, sedangkan Murni semakin membencinya. Bella mengikuti mereka masu
Arland mengendarai mobilnya dengan pelan, Bella hanya melihat sekeliling tanpa bicara sekalipun, ia rasanya tidak berdaya. Arland memperhatikannya lalu ia berhenti, Bella memalingkan wajahnya, Arland tidak bisa memaksa Bella untuk secepatnya menerima dirinya sebagai suami. Arland tidak langsung menuju kantor, ia berhenti di depan supermarket lalu mengajak Bella untuk jalan-jalan sebentar. Setibanya di mall Bella tidak menyukai apa-apa, yang ia rasa hanya pusing dan mual karena aroma parfum yang berbagai macam jenis. "Aku mau pulang, kepala ku sakit." Bella tidak ingin berlama-lama di situ, Arland memahami situasi yang dirasakan oleh istrinya. Ia pun mengikuti Bella keluar dari mall. Setelah tiba di mobil Bella meminta sesuatu pada Arland. "Aku mau makan telor gulung yang ada di ujung jalan." Bella menunjuk penjual jajanan murah itu, Arland menatapnya, ia sebenarnya takut jika Bella jajan sembarangan. "Aku takut kau sakit jika jajan sembarangan apalagi di pinggir jalan sepert
Saat Bella berada di kantor bersama Arland, Maudy datang kerumah Murni membawa banyak makanan, buah, dan roti kesukaan Murni.Ia sengaja datang untuk menghasut Murni agar semakin membenci Bella."Mom, aku sengaja datang kesini membawa makanan, aku tahu mommy banyak pikiran, akhir-akhir ini pasti mommy sangat lelah."Maudy seolah tahu apa yang di rasakan Murni, apalagi ia tahu jika Bella sudah tinggal bersama mereka, sejak Arland menikahinya."Kamu paling tahu apa yang mommy rasa, Maudy. Sejak perempuan pembawa sial itu dirumah ini, mommy sering merasa sakit kepala."Murni duduk di kursi lalu Maudy memijitnya dengan pelan, Murni sangat menikmati sentuhan tangan Maudy yang lembut."Mom, kenapa sih Arland harus memilih gadis kampung itu?" Maudy mulai menghasut Murni agar segera mengusir Bella, lalu ia pun akan masuk ke dalam rumah itu sebagai nyonya."Mommy masih memikirkan sesuatu agar gadis kampung itu segera keluar dari sini, tapi papa mendukungnya, mommy harus lebih hati-hati jika me
Mendengar pertanyaan Bella Maudy begitu senang karena ia mengira Bella mengalami amnesia. Dia pikir setelah Bella amnesia ia bisa berpura-pura menjadi temannya lalu menghasut Bella untuk membenci Arland."Apa? Bella amnesia?" Maudy tersenyum dan raut wajahnya terlihat bahagia, namun saat itu juga ia harus memasang wajah sedihnya di depan Arland."Aku suamimu Bella," Arland mengelus kepalanya lalu mencium keningnya. Bella masih belum mengingat apa-apa, Arland menjadi khawatir ia pun segera menyuruh Maudy untuk memanggil dokter karena ia tidak mau meninggalkan Bella sendiri, ia pun tidak mau jika meninggalkan Bella bersama Maudy. Baginya Maudy akan tetap menjadi orang yang jahat."Maudy tolong panggil dokter, kenapa Bella bisa kehilangan ingatan seperti ini!"Maudy segera keluar untuk memanggil dokter, tetapi ia begitu lambat.Arland sudah tidak sabar menunggu dokter tiba di ruangan Bella, tetapi ia terus mencoba mengingatkan Bella jika dirinya adalah suami Bella."Apa kamu ingat siapa
"Sudah jangan meledek Bella seperti itu, nanti ga jadi sarapan!" ucap Tuan Yudha Alexander. Mereka pun sarapan, setelah itu Bella dan Arland masuk kamar, Arland segera bergegas ke kantor, soalnya sejak tadi Kay sudah menelponnya berkali-kali. "Kau di rumah saja istirahat, jangan khawatir jika kau bosan, kau telepon saja aku, Arland memberikan ponsel baru yang mahal untuk Bella. Bella enggan menerima barang dari Arland, ia menolak dengan alasan, "Kembalikan saja ponsel lamaku." "Ponsel itu sudah rusak, maaf sebelumnya aku tidak memberitahu mu!" Wajah Bella seketika murung, ia sangat menginginkan ponsel nya itu, ponsel itu murah tapi ia beli dengan hasil kerja kerasnya."Maafkan aku Bella aku tidak bisa memberikan ponsel lamamu tapi aku membelikan mu yang lebih baik dari itu."Bella pun pasrah, ia menerima ponsel baru yang diberikan Arland padanya. Ia tidak bisa lagi menghubungi Sunny karena nomor ponselnya pun sudah diganti.Setelah Arland keluar dari kamar itu, Bella duduk di ran
Murni segera melihat jam dinding di rumahnya, Murni segera pergi ke kamar mandi lalu menyuruh mereka berdua untuk keluar dari bak mandi. "Jika sampai kalian mengadu pada suamiku dan juga Arland, aku akan menghabisi kalian, mengerti?" Murni tetap mengancam mereka. Bella dan Mona pun keluar dari kamar mandi, Bella tiba-tiba terjatuh karena tubuhnya sudah sangat lemas, Murni sama sekali tidak berniat untuk menolongnya. Tetapi saat ia mendengar suara mobil suaminya sudah tiba di rumah, ia berpura-pura menangis lalu berusaha menggendong Bella lalu membawanya ke dalam kamar. "Bella apa yang terjadi nak? mengapa badanmu sangat dingin?" Tuan Alexander pun kaget melihat Bella dan Mona basah kuyup, sedangkan Bella terlihat sangat pucat. "Apa yang terjadi dengan mereka?" suara Tuan Alexander pun terdengar sangat kuat. "Pah, aku sudah melarang mereka untuk tidak berendam di bak mandi, tetapi mereka berdua sama sekali tidak mendengarkan ku." Murni tidak mengakui jika dialah penyeba
Keesokan paginya Murni memberitahu Maudy jika ia telah menghukum Bella, Maudy sangat bahagia mendengar kabar itu. Ingin rasanya ia segera datang ke rumah keluarga Alexander untuk mengetahui keadaan Bella setelah Murni menyiksanya."Aku tidak mungkin datang sekarang ke rumah itu, bisa-bisa seluruh keluarganya akan curiga padaku, lagi pula aku tidak terlalu mempedulikan Arland sekarang, aku hanya mencintai Anthony"gumamnya sambil tersenyum. Ia pun segera bersiap-siap untuk menemui Anthony di kantor.Arland pun bersiap-siap pergi ke kantor bersama Tuan Alexander, ia masih khawatir jika Bella akan disiksa oleh mommy nya, sebenarnya ia pun ingin mengajak Bella tapi papanya pasti akan menolak jika ia selalu membawa Bella ke kantor.Arland duduk di samping ranjang ia pun mengelus-elus rambut Bella."Sebenarnya aku tidak tega meninggalkanmu Bella, tapi jika aku membawa mu Papa pasti akan marah padaku, Papa pasti akan bilang jika aku tidak percaya pada mommy". Ia pun merasa khawatir sebab Bel