Mendengar pertanyaan Bella Maudy begitu senang karena ia mengira Bella mengalami amnesia. Dia pikir setelah Bella amnesia ia bisa berpura-pura menjadi temannya lalu menghasut Bella untuk membenci Arland."Apa? Bella amnesia?" Maudy tersenyum dan raut wajahnya terlihat bahagia, namun saat itu juga ia harus memasang wajah sedihnya di depan Arland."Aku suamimu Bella," Arland mengelus kepalanya lalu mencium keningnya. Bella masih belum mengingat apa-apa, Arland menjadi khawatir ia pun segera menyuruh Maudy untuk memanggil dokter karena ia tidak mau meninggalkan Bella sendiri, ia pun tidak mau jika meninggalkan Bella bersama Maudy. Baginya Maudy akan tetap menjadi orang yang jahat."Maudy tolong panggil dokter, kenapa Bella bisa kehilangan ingatan seperti ini!"Maudy segera keluar untuk memanggil dokter, tetapi ia begitu lambat.Arland sudah tidak sabar menunggu dokter tiba di ruangan Bella, tetapi ia terus mencoba mengingatkan Bella jika dirinya adalah suami Bella."Apa kamu ingat siapa
"Sudah jangan meledek Bella seperti itu, nanti ga jadi sarapan!" ucap Tuan Yudha Alexander. Mereka pun sarapan, setelah itu Bella dan Arland masuk kamar, Arland segera bergegas ke kantor, soalnya sejak tadi Kay sudah menelponnya berkali-kali. "Kau di rumah saja istirahat, jangan khawatir jika kau bosan, kau telepon saja aku, Arland memberikan ponsel baru yang mahal untuk Bella. Bella enggan menerima barang dari Arland, ia menolak dengan alasan, "Kembalikan saja ponsel lamaku." "Ponsel itu sudah rusak, maaf sebelumnya aku tidak memberitahu mu!" Wajah Bella seketika murung, ia sangat menginginkan ponsel nya itu, ponsel itu murah tapi ia beli dengan hasil kerja kerasnya."Maafkan aku Bella aku tidak bisa memberikan ponsel lamamu tapi aku membelikan mu yang lebih baik dari itu."Bella pun pasrah, ia menerima ponsel baru yang diberikan Arland padanya. Ia tidak bisa lagi menghubungi Sunny karena nomor ponselnya pun sudah diganti.Setelah Arland keluar dari kamar itu, Bella duduk di ran
Murni segera melihat jam dinding di rumahnya, Murni segera pergi ke kamar mandi lalu menyuruh mereka berdua untuk keluar dari bak mandi. "Jika sampai kalian mengadu pada suamiku dan juga Arland, aku akan menghabisi kalian, mengerti?" Murni tetap mengancam mereka. Bella dan Mona pun keluar dari kamar mandi, Bella tiba-tiba terjatuh karena tubuhnya sudah sangat lemas, Murni sama sekali tidak berniat untuk menolongnya. Tetapi saat ia mendengar suara mobil suaminya sudah tiba di rumah, ia berpura-pura menangis lalu berusaha menggendong Bella lalu membawanya ke dalam kamar. "Bella apa yang terjadi nak? mengapa badanmu sangat dingin?" Tuan Alexander pun kaget melihat Bella dan Mona basah kuyup, sedangkan Bella terlihat sangat pucat. "Apa yang terjadi dengan mereka?" suara Tuan Alexander pun terdengar sangat kuat. "Pah, aku sudah melarang mereka untuk tidak berendam di bak mandi, tetapi mereka berdua sama sekali tidak mendengarkan ku." Murni tidak mengakui jika dialah penyeba
Keesokan paginya Murni memberitahu Maudy jika ia telah menghukum Bella, Maudy sangat bahagia mendengar kabar itu. Ingin rasanya ia segera datang ke rumah keluarga Alexander untuk mengetahui keadaan Bella setelah Murni menyiksanya."Aku tidak mungkin datang sekarang ke rumah itu, bisa-bisa seluruh keluarganya akan curiga padaku, lagi pula aku tidak terlalu mempedulikan Arland sekarang, aku hanya mencintai Anthony"gumamnya sambil tersenyum. Ia pun segera bersiap-siap untuk menemui Anthony di kantor.Arland pun bersiap-siap pergi ke kantor bersama Tuan Alexander, ia masih khawatir jika Bella akan disiksa oleh mommy nya, sebenarnya ia pun ingin mengajak Bella tapi papanya pasti akan menolak jika ia selalu membawa Bella ke kantor.Arland duduk di samping ranjang ia pun mengelus-elus rambut Bella."Sebenarnya aku tidak tega meninggalkanmu Bella, tapi jika aku membawa mu Papa pasti akan marah padaku, Papa pasti akan bilang jika aku tidak percaya pada mommy". Ia pun merasa khawatir sebab Bel
Arland pulang ke rumah setelah menyelesaikan pekerjaannya, ia sudah memikirkan rencana yang di katakan Kay padanya.Sesampainya di rumah, Arland langsung naik ke atas, ia melihat Bi Ijah keluar dari kamarnya.Bi Ijah hanya tersenyum padanya, Arland melihat Bella sedang berbaring, Bella memakai bajunya karena pakaian Bella mulai sempit.Arland duduk di sampingnya lalu Bella pun dengan pelan minta maaf padanya, Arlan sampai bingung mengapa Bella meminta maaf."Kenapa minta maaf? tidak melakukan kesalahan!""Aku memakai bajumu, baju yang di koper sudah sempit, aku memakainya tanpa izin memaafkan aku," Arland tersenyum lalu mengelus rambut Bella."Semua yang ada di kamar ini adalah milikmu, tak usah sungkan."Arland pun terdiam sesaat, setelah itu ia segera mandi lalu turun ke bawah menemui mommy nya."Mom, malam ini aku mau keluar sebentar ada urusan mendadak, aku juga akan mengajak Bella bersamaku, karena ada sesuatu yang ingin di beli."Murni langsung berdiri dari duduknya, ia melarang
Maudy datang menemui Anthony di rumahnya, ternyata seseorang telah menunggu Maudy, jika iya tiba di rumah Anthony maka pria yang menjaga rumah itu pun harus mengabari Anthony terlebih dahulu. Maudy merasa kesal karena tidak diperbolehkan masuk, karena selama ini tidak ada yang menghalanginya untuk keluar masuk dari rumah kekasihnya itu. "Berani sekali kau menghalangi jalanku? aku bisa menyuruhmu dipecat sekarang juga oleh Anthony!""Tapi ini adalah perintah dari Tuan Anthony, siapapun yang datang ke sini aku harus memberitahunya terlebih dahulu, maafkan aku Nona!"Maudy tidak terima, dia merasa diperlakukan buruk oleh anak buah Anthony. Ia segera menghubungi kekasihnya itu namun panggilannya tidak dijawab."Mengapa Anthony tidak bisa dihubungi?" tanya Maudy dengan kesal, Ia pun berjalan menuju pintu rumah Anthony tapi pria yang menjaga rumah itu pun terus menghalanginya."Maafkan aku Nona tapi ini perintah dari Tuan.""Sayang..... sayang....."Maudy terus memanggil Anthony, tapi ti
Bella meminta Arland untuk tidak membawanya lagi pulang ke rumah Alexander. Ia juga minta bantuan Kay agar bisa meyakinkan kedua orang tua Arland jika mereka baik-baik saja tinggal di apartemen. Bella sebenarnya cemas bagaimana jika kedua orang tua Arland menolak permintaannya, ia tahu murni bisa melakukan apapun untuk membuat Bella dalam masalah."Kalau aku di bawa ke sana, dia akan selalu menyiksa ku sepuas hatinya, tapi aku juga tidak punya alasan untuk menolaknya, apalagi Tuan Alexander tidak tahu jika istrinya selalu berbuat jahat."Bella pun mondar-mandir di apartemen setelah Arland pergi ke kantor, Bella pasti akan di datangi oleh Murni, lalu menyuruhnya untuk pulang setelah itu Murni bisa melancarkan aksi jahatnya.Bella menunggu Kay meneleponnya, terkadang ia juga ingin menghubungi Arland namun niatnya pun langsung berubah, ia tidak mau jika Arland merasa Bella bergantung padanya."Aku harus bagaimana?" saat dia berpikir tiba-tiba bel berbunyi, jantungnya pun berdegup, ia su
Kay dan Arland pulang ke rumah mewahnya, di tengah jalan Arland terlebih dahulu memberitahu Bella jika dia akan terlambat pulang ke apartemen. Bella tidak bertanya ke mana dia pergi dan mengapa terlambat pulang, Bella tidak pernah menganggap Arland sebagai suaminya, menurutnya pernikahan itu terpaksa. Sesampainya di rumah mewah Alexander, Kay dan Arland pun langsung masuk, mereka disambut oleh murni dan disana juga ada Maudy . Kay curiga mengapa Maudy ada di rumah Arland. Ia pun terus menatap Maudy yang terlihat sangat bahagia, Kay merasa ada yang tidak beres. "Arland, mengapa Maudy bersama dengan mommy? apa kau tidak mencurigai sesuatu?" "Kita lihat saja nanti, jika dia merencanakan sesuatu yang buruk, singkirkan dia," ucap Arland bercanda, mereka berdua pun tertawa masuk ke dalam. "Arland kau sudah pulang?" tanya Murni, tapi matanya seolah mencari seseorang. "Ada apa mam? mommy mencari siapa?" tanya Arland saat kata Murni selalu tertuju ke pintu. "Tidak ada, apakah wa
"Kenapa harus takut? ya sudah mandi sana!" ucap Kay, ia juga tahu Sunny sangat merasa canggung saat mereka tiba di rumah sakit. Sunny masuk ke kamar mandi, ia mandi tapi berusaha untuk tidak berisik. "Dia sangat takut padamu Arland, sejak Anthony mengejarnya!" ucap Kay. "Kenapa harus takut, aku tidak pernah melakukan apapun padanya," jawabnya. Lalu Bella bangun saat ia mendengar percakapan antara Arland dan Kay, ia pun perlahan duduk lalu pindah ke kursi, ia menyelimuti Arland supaya tetap hangat, ia melihat dari jendela hujan masih deras, ia juga tidak melihat Sunny ada di antara mereka. "Lho, dimana Sunny?" ia bingung karena tidak melihat Sunny sejak ia bangun tidur. "Di kamar mandi," ucap Kay. "Aku pikir dia pergi," kata Bella, kini ia merasa lega mengetahui Sunny masih ada di dekatnya. Nilesh merasa gelisah ketika ia mulai memimpikan Bella, ia merasa tak tenang, bahkan saat Anthony menyuruhnya sarapan, ia menolaknya dengan alasan belum selera makan, wajahnya penuh
Anthony marah-marah ketika ia belum bisa menggerakkan kakinya yang di tembak oleh Kay, ia tidak terima kalah dengan Kay, ia juga menyalahkan Nilesh atas kekalahan mereka, sebab Kay tahu apa yang mereka lakukan. "Semua ini salah mu, kau tidak becus melakukan pekerjaan mu, aku menyesal telah percaya padamu!" ucapnya dengan sombong walaupun ia terbaring di atas tempat tidur rumah sakit. "Harusnya kau berterima kasih padaku, sampai saat ini Arland juga masih ada di rumah sakit, jika bukan karena aku yang melakukan itu, Arland sudah lebih dulu membunuh mu," jawab Nilesh dengan kesal sebab Anthony masih terus marah padanya. "Diam kau, semua ini juga salahmu," Anthony tetap menyalahkan Nilesh. Nilesh keluar dari ruangan itu lalu ia duduk di luar, ia kesal dengan sikap Anthony yang tidak tahu diri itu, selalu di tolong tapi tatap saja selalu menyalakannya. "Aaaaa," ia teriak marah, tapi saat ini ia masih membutuhkan bantuan Anthony untuk menghancurkan Arland, karena Arland yang meny
Sunny sangat syok lalu memeluk Kay dengan erat, ia menangis tubuhnya gemetar, lagi-lagi ia dibuat ketakutan oleh suruhan Anthony. "Tolong ampuni aku, lain kali aku tidak akan mengganggunya lagi," ucap pria yang di lukai oleh Kay. Tapi Kay sama sekali tidak percaya dengan omongannya, ia harus tetap waspada jika sewaktu-waktu mereka datang lagi dan labuh banyak membawa pasukannya. "Aku tidak akan mengampuni siapapun yang berani menyakitinya, aku akan membuat seluruh keturunan kalian menderita, jika kalian tidak percaya, lakukan saja!" Kay segera meninggalkan mereka, Kay membawa Sunny menjauh dari orang-orang yang selalu membuatnya ketakutan. "Aku tidak tahu hidupku akan seperti apa jika kau tidak datang menyelamatkan ku, kupikir hidupku akan segera berakhir saat itu juga," ucapnya, bahkan saat di mobil pun ia tetap memeluk Kay. "Jangan khawatir, aku akan selalu melindungi mu," Kay mengelus kepalanya supaya ia merasa tenang. Kay membawanya pulang ke rumah sakit untuk menemui
Bella dan Sunny duduk berdampingan saat menunggu Arland di rumah sakit, Sunny merasa khawatir jika seandainya keluarga Arland atau Kay tidak menerima dirinya, sebab ia memiliki keterikatan dengan Anthony. Sunny duduk diam lesu, ia tidak mengatakan apapun pada Bella, ia masih memikirkan kehidupannya nanti jika Kay tidak lagi melindunginya, saat ini hanya Kay yang ia percaya, apalagi Anthony sudah tahu keberadaannya, pasti ia akan selalu mengincarnya "Kenapa kau diam saja?" tanya Bella padanya, sebab sejak tadi ia hanya diam saja lalu merenung. "Bella, aku tidak tahu harus melakukan apa jika aku seorang diri saja, aku tidak tahu Bella, mungkin aku akan terjerumus lagi ke dalam kejahatan itu, aku sangat bodoh sampai aku harus mengharapkan orang lain untuk melindungi ku," ucapnya, ia merasa sedih, ia juga takut. "Jangan memikirkan itu, aku ada di sini, percayalah padaku!" Bella berusaha membuat Sunny tenang, meskipun ia juga khawatir jika mertuanya tidak mengizinkan Sunny tinggal
Dengan terpaksa, Anthony dan Nilesh tunduk pada Kay, Kay sama sekali tidak lengah, ia fokus pada Anthony, ia tidak mau gegabah. Anthony mencoba memanfaatkan Sunny, tapi Kay segera mengetahuinya, ia segera melepaskan tembakan sekali hampir mengenai Anthony, Anthony kaget lalu menunduk, ia takut di lukai oleh Kay. "Sunny adalah milikku, aku ke sini untuk mengambil apa yang menjadi milikku, kau tidak boleh menyembunyikan sesuatu yang bukan milikmu Kay, biarkan Sunny ikut denganku, tanyakan saja padanya, dia adalah milikku!" Anthony dengan bangga mengatakan itu, tapi Sunny muak mendengar ucapan Anthony. "Aku bukan milikmu, aku bukan barang, aku berhak menentukan pilihan ku, lagipula aku tidak suka padamu, aku dan Kay sudah menikah, siapa yang kau bilang milikmu? apa kau tidak merasa bersalah mengatakan hal itu?" Sunny berbohong supaya Anthony tidak mengganggunya lagi. "Kau jangan berbohong Sunny, Kay akan menikah dengan mantan kekasihnya Amanda, kenapa kau mau tinggal dengan pri
Murni tetap tenang meski Maudy memberinya beberapa pertanyaan mengenai Arland dan Bella, ia tidak mau Maudy sampai tahu jika Arland berada di rumah sakit. "Arland sendiri yang meminta Bella menemaninya, biarlah dia ikut, lagi pula mommy bisa mengurus Novia, mommy tidak kemana-mana juga," ucapnya lalu ia duduk di sofa karena selama di rumah sakit ia tidak bisa menyandarkan tubuhnya. "Pasti mereka berbohong, tidak mungkin Bella mendadak pergi dengan Arland keluar kota," gumamnya, ia masih penasaran tapi sepertinya Murni menutupi sesuatu darinya, yang anehnya lagi, Tuan Alexander segera membawa Novia masuk ke kamarnya. Murni meminta Bi Ijah membuatkan minuman dingin untuknya, tenggorokannya terasa sangat kering. "Bibi tolong buatkan minum dingin," ucap Murni dengan lembut, Bi Ijah segera ke dapur kalau membuat minuman itu. Maudy pergi ke kamarnya, ia mondar-mandir di dalam, sebab Kay juga belum kembali, ia tidak mungkin mendapatkan informasi itu dari Murni. "Kapan Kay kembali
Tuan Alexander bersiap untuk pulang ke rumah dengan Novia, sedangkan Bella dan Kay akan tinggal di rumah sakit menjaga Arland. "Mom, tolong jangan katakan apapun, aku bukan tidak percaya sama bibi, tapi Maudy akan mendesaknya sampai bibi bicara, kita harus merahasiakan ini dari Maudy sampai terbukti ia tidak bersekongkol dengan papanya dan juga Anthony." Kay sangat mewaspadai Maudy, sampai sekarang ia tidak percaya padanya meskipun Maudy selalu berbuat baik di depannya. "Sayang, kamu pulang dulu ya sama opa Oma, tapi mama mau kamu berjanji!" "Berjanji apa ma?" Novia tidak mengerti apa yang di katakan Bella padanya. "Kamu harus janji, jika Tante Maudy bertanya apapun padamu tentang papa dan mama, jangan katakan apapun ya, mama mohon ya nak," Novia diam, ia masih belum mengerti apa yang dimaksud mamanya itu. "Novia, kalau misalnya Tante Maudy bertanya, dimana papa dan mama, kamu harus bilang tidak tahu, papa dan mama bekerja ada urusan, mama mohon ya nak, supaya papa bisa
"Papa janji setelah papa pulang kita akan jalan-jalan keluar negeri," ucap Arland sambil mengelus rambut Novia. "Janji ya pa, kita akan jalan-jalan!" Novia mengingatkan janji itu supaya Arland tidak lupa. Novia kembali bermain game di ponsel, Arland merasa sedih saat Novia menagih janji padanya. Kay masih duduk di sofa, ia terlihat murung, Sunny tidak tahu harus bicara apa padanya. Kay melihat jam di tangannya sudah pukul 07.15, ia segera menghabiskan teh nya lalu beranjak. "Aku akan ke rumah sakit, tetaplah di rumah, jika ada sesuatu yang kau butuhkan katakan saja padaku," ucapnya lalu ia segera pergi. Sunny menutup pintu rapat-rapat setelah Kay pergi meninggalkan rumah, ia masuk kamar karena merasa sedih, ia khawatir jika suatu saat nanti Anthony menemukannya. "Ya Tuhan, jauhkan aku dari pria jahat itu, aku tidak ingin menjadi tawanannya, aku menyesal telah percaya padanya dulu," ucap Sunny sambil menangis, kalau bisa ia ingin tinggal bersama Kay supaya ia aman dari
"Kita harus waspada, pasti ada serangan yang akan dilakukan Arland pada kita, aku tidak mau itu terjadi!" Anthony pun mulai hati-hati dengan Arland dan Kay, mereka tidak mau menyepelekan kekuatan Arland, apalagi Kay selalu bisa membuat lawannya kalah. Bella masih menunggu Arland di rumah sakit, Arland perlahan-lahan mulai pulih tapi ia harus tetap mendapatkan pengobatan supaya ia segera pulih. Pagi hari sudah pukul 07.00, Murni dan suaminya mengajak Novia ke rumah sakit, tapi ia tidak memberitahu siapapun, termasuk Bi Ijah. Murni tetap memakai seragam sekolah pada Novia supaya tidak seorangpun yang curiga pada mereka. "Novia sayang, cepatlah nanti kita terlambat. "Iya Oma!" Maudy mendengar Murni memanggil Novia merasa heran kenapa tiba-tiba pagi ini ia yang mengantar Novia ke sekolah, ia pun segera menemui Murni yang masih ada di kamarnya, sedangkan Tuan Alexander ada di garasi. Tok... tok.... Maudy mengetuk pintu kamar Murni, Murni masih belum sempat membukanya karena