Beranda / Romansa / Gelora Cinta Enrico / Terbang ke Venice

Share

Terbang ke Venice

Penulis: Taurus Di
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-25 18:42:20

"Mommy? Apa masih lama?" rengekan kecil terdengar dari bibir mungil Francisco yang terbuai di pangkuan Francesca.

"Tidak akan lama lagi, Sayangku." Dengan lembut dan penuh kasih sayang ia membelai kepala Francisco.

Francesca menutup jendela oval yang sedari tadi ia buka. Hanya ada kegelapan di luar sana dengan bintang berkelip di kejauhan. Ia perlahan mengangkat tubuh mungil anaknya untuk dibaringkan di atas tempat tidur. 

Francesca melihat ke arah sofa panjang di mana Serra sedang tertidur pulas. Goncangan halus dari pesawat tidak membuat gadis itu terbangun. Rasa kantuk terlihat begitu menguasai Serra. 

Francesca membuka lemari dan mengeluarkan dua buah selimut. 

Satu selimut ia letakan menutupi tubuh Serra d

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
fai
apa enrico amnesia
goodnovel comment avatar
Shofiatun
apakah enrico kehilangan penglihatan? ahh penasaran
goodnovel comment avatar
Lusiana Arnikebali
Gk sabar gimana reaksi Enrico Francisco dan Francesca
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gelora Cinta Enrico   Pertemuan pertama

    Francesca terpaku menatap deburan ombak yang menari dengan lembut di hadapannya. Saat ini ia sedang berdiri di pinggiran geladak kapal barang. Kapal yang sama di mana ia pernah mencoba melarikan diri dan di sekap oleh Enrico. Ia tersenyum getir mengingat kejadian di masa lampau. Ketakutan yang amat sangat saat berada di dekat pria yang ia sebut Monster. Keinginan untuk kabur dan menjauhi Monster tersebut. Namun ironisnya, saat ini ia berada di kapal yang sama hendak mencari Monster itu. Monster yang telah berubah menjadi Pangeran tampan dan menyusup dalam hatinya. Monster yang telah membuat kacau kehidupan dan perasaannya. Karena dia, hidup Francesca menjadi tidak tenang dan diliputi oleh Kerinduan. Udara yang dingin dan angin yang bertiup mempermainkan rambutnya tak membuat Francesca memiliki keinginan unt

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Gelora Cinta Enrico   Berendam

    Pria itu masih tertegun menatap Francesca, wanita yang dipanggil Mamma oleh bocah kecil di sisinya. Wajah cantik yang tampak sedih dan lelah, membuat Enrico tersentuh.Ia bisa melihat duka yang mendalam dari raut wajah wanita tersebut. Tatapan matanya yang lekat tak berbalas. Arah pandang wanita itu hanya untuk anaknya."Bolehkan, Ma?" rengekan Frans membuat wanita itu tersenyum.Senyuman yang sangat manis dan begitu memikat. Seketika Enrico bisa melihat aura keibuan yang sangat kuat ketika tatapan mata Francesca terarah ke anaknya.Senyuman lembut yang membuat hati Enrico merasakan desiran berbeda, pertama kali dalam ingatannya. Matanya tak dapat beralih dari senyuman lembut itu."Jika Tuan mengijin

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-27
  • Gelora Cinta Enrico   Minum teh

    "Gunakan bath up di kamarku. Kau bisa menyiapkan air hangat untuk anakmu di sana." Perkataan Enrico membuat perasaan Francesca diliputi kebahagiaan. Pria itu membuka diri bagi anaknya, anak kandung yang tidak ia sadari. Sifat Enrico yang lembut berbanding terbalik dengan sikap dingin di masa lalu. Francesca memiliki harapan baik ke depannya. Ia segera menuju kamar Enrico, membuka pintu kamar tersebut dengan hati-hati. Saat sudah berada di dalam kamar, dia menarik napas dalam-dalam dengan memejamkan mata. Aroma khas yang ada di dalam kamar ini mengingatkan dirinya akan banyak hal. Di balik pintu ini, di mana ciuman pertamanya di renggut oleh pria itu, tempat tidur di mana dia pernah tidur dalam buaian Enrico, ruangan di mana pertama kali dia melihat tubuh pria dewasa tanpa sehelai benangpun.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-28
  • Gelora Cinta Enrico   Menginginkan dirimu

    Satu bulan kemudian. "Fransss! Ayooo jangan lari-lari seperti itu. Ini bajunya belum dipakai." Lagi-lagi Francesca harus berlarian di pagi hari untuk mengejar Francisco anaknya. Bocah tersebut kembali menggoda ibunya, keluar kamar hanya mengenakan celana tanpa pakaian. Francesca segera mengejar anaknya hingga keluar kamar. Frans kecil berputar mengelilingi lantai bawah kastil dengan gesit. Bocah itu sesekali menaiki kursi tamu dan berloncatan, membuat Francesca khawatir jika Enrico tidak suka. "Frans, ayo dong. Malu kalau tidak pakai baju." "Gak malu. Kan cuma ada Pappa dan Aunt Serra juga Uncle Devonte." Alasan yang dia temukan untuk tindakan yang ia lakukan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-29
  • Gelora Cinta Enrico   Hadiah

    Pertanyaan yang kembali diajukan oleh Enrico membuat wanita yang dagunya masih dalam sentuhan jemari pria itu, menjadi termangu. "Bagaimana dengan dirimu, apakah kau menginginkan kehadiranku?" kembali pertanyaan itu terngiang dalam benaknya. "Tentu saja aku menginginkan dirimu. Tidakkah kau merasakan penantianku sekian lamanya?" batin Francesca berteriak. Namun, wanita itu masih termangu dalam kebisuan. "Ini rumahmu, Enrico. Bukan aku yang seharusnya kau tanyai. Tetapi aku yang seharusnya bertanya padamu. Apakah kehadiran kami, mengganggu ketenanganmu?" Francesca membalikkan pertanyaan Enrico dengan pertanyaan lain. Pria itu tersenyum dengan tatapan kecewa. Ia melepaskan se

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-29
  • Gelora Cinta Enrico   Berenang

    Wajah Francesca memerah ketika hidung mereka bertemu, ia tak sempat lagi menghindar ketika kecupan Enrico dengan cepat mendarat di pipinya. Francesca merasa dirinya bagaikan remaja yang baru mengenal cinta.Masa remaja yang ia lalui tanpa mengenal cinta, di mana dirinya terlalu fokus dengan musik dan menangani gadis patah hati akibat ulah Aaron, membuat Francesca menjauhkan diri dari percintaan.Hingga semua berubah karena Enrico. Sikap Monster yang berubah menjadi Malaikat Cinta, mampu mengikis benteng pertahanan Francesca, hingga lahirnya buah dari cinta mereka dan keteguhan untuk melewati lembah kelam."Ayo, Mamma dan Pappa kita belenang." Frans masuk ke dalam air dan mulai bermain bola dengan Serra."Frans kita ke pojokan sana, yuk." Serra mengajak bocah terseb

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-30
  • Gelora Cinta Enrico   Ciuman

    Pria itu dengan lembut membelai wajah Francesca dan berbisik, "Apakah ini terlalu cepat, jika aku ingin menciummu?"Mata cantik yang terpejam dan bibir penuh yang tergigit lembut, membuat perasaan Enrico dibalut dalam lingkaran pesona yang tak dapat ia elakan lagi. Tangannya terangkat melepaskan bibir itu, mengusapnya perlahan merasakan kelembutan dan kekenyalan di jemarinya.Rasa halus dan kenyal yang dia rasakan, bibir merah yang terbuka dan wajah cantik yang pasrah, membuat pria itu tak dapat menahan lagi untuk menuntaskan keinginannya.Tanpa menanti jawaban dari pemilik bibir indah itu, ciuman dia daratkan. Bibir mereka saling bersentuhan, menempel lembut dalam getaran perasaan yang tak dapat diucapkan. Bola mata saphire itu terpejam, menikmati kehangatan yang dia rasakan dari sentuhan bibir mereka

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-30
  • Gelora Cinta Enrico   Gudang bawah tanah

    Malam harinya, Serra dan Devonte sudah menyiapkan makan malam di halaman depan Kastil. Cuaca bulan Purnama yang indah membuat mereka memutuskan untuk menikmati sinarnya dengan menikmati barbeque.Hari itu Eva datang bersama Pompei. Eva tampak lebih dewasa setelah tiga tahun berlalu. Dia akhirnya menikah dengan Pompei, pria yang menjadi tangan kanan Enrico dalam mengawasi pekerja di Pulau Olive. Mereka belum dikaruniai anak, membuat Eva sangat sayang dan dekat dengan Fransisco"Flans mau sosis yang banyak. Minumnya coklat sama marshmallow." Flans tak hentinya melihat pada Pompei yang sedang memanggang marshmallow untuk Frans."Jangan banyak-banyak ya, ingat sudah malam." Francesca memberikan peringatan pada anaknya."Kan nanti sebelum bubuk, Frans sikat gigi." Bocah kecil itu sangat pandai beralasan."Asal Frans tidak ketiduran ya." Enrico mengacak rambut Frans

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01

Bab terbaru

  • Gelora Cinta Enrico   Kebahagiaan ( Tamat)

    SATU TAHUN KEMUDIAN "Kau sudah pastikan kalau bekal Frans sudah disiapkan Denisa?" Napas Francesca tersengal ketika menanyakan hal itu. "Iya sudah. Jangan mengkhawatirkan hal itu. Frans akan baik-baik saja." Enrico tampak memegang tangan Francesca dengan cemas. Butiran keringat dingin menghiasi kening wanita cantik yang bertambah pucat itu. Tangan dinginnya dalam genggaman tangan Enrico yang hangat. "Frans … apakah … dia menanyakanku?" Sesaat setelah rasa sakitnya mereda Francesca kembali mengkhawatirkan Frans, anak sulungnya. "Tentu saja. Dia sangat merindukanmu. Kau harus kuat dan sehat ya. Kami memerlukan dirimu." Enrico dengan sabar mengelus rambut Francesca.

  • Gelora Cinta Enrico   Cinta dalam hidupku

    "Duh, Kak Francesca cakep banget." Anna menautkan tangannya di lengan kakak perempuannya. "Kau juga cantik sekali Anna dan kau juga sangat menawan. Tak di sangka kalian bisa tampil sangat anggun dan dewasa." Di tengah keluarganya, Francesca merasa kebahagiaannya nyaris sempurna. "Kita 'kan sudah dewasa bukan anak-anak lagi," sahut Anna dan Adelaide bersamaan. "Iya, sudah bisa berpacaran." Francesca menertawakan wajah mereka yang seketika manyun. "Apa ada yang sudah memiliki pacar?" "Anna itu banyak yang 'nembak' tapi dia suka pilih-pilih." "Apaan sih, Adelle!" Semburat merah muda membuat wajah Anna bertambah cantik. "Benarkah? Sssttt pacaran saja, jangan seperti

  • Gelora Cinta Enrico   Pesta

    "Nyonya Francesca Torres? Mari lewat sini." Seorang wanita yang anggun menghampiri Francesca.Francesca menatap heran ke arah seorang wanita tak dikenalnya yang bergaun indah. Sebuah alat terselip di telinga yang membuat dia bisa berkomunikasi dengan orang lain. Wanita itu segera memimpin langkah dan memisahkan Denisa dari Francesca. Meskipun heran Francesca tetap mengikuti langkah wanita yang membawa dirinya ke pintu utama.Anggukan kecil dari wanita tersebut merupakan tanda yang dimengerti oleh pengawal, mereka segera membuatkan pintu.Mata hazel Francesca seketika menyipit ketika melihat kemewahan dan kemeriahan acara di dalamnya. Dia termangu menatap ratusan pasang mata yang seketika menatap ke arahnya seolah mereka sudah menantikan kehadirannya.Musik lembut k

  • Gelora Cinta Enrico   Putri dalam dongeng

    Francesca mematut dirinya di depan cermin, perubahan penampilan yang sangat luar biasa terjadi pada dirinya saat ini. Wajah polos, imut dan manis itu telah berubah penuh riasan memukau yang sangat dewasa dan anggun.Dia hampir tak percaya ketika Leonardo mengirimkan seorang penata rias untuk memoles wajahnya dengan warna-warni yang senada. Kecantikan Francesca tampak lebih menonjol setelah tangan-tangan tampil tersebut menghiasi wajahnya. Wajah mungilnya terlihat sangat berbeda membuatnya merasa seakan menatap sosok lain di pantulan cermin."Anda luar biasa cantik dan sangat anggun, Nyonya. Bagaikan putri dalam dongeng." Perias itu memuji kecantikan Francesca. Dia berulang kali memutari tubuh wanita cantik yang baru saja dia dandani.“Sedikit parfum lagi anda akan spektakuler." Perias itu memilih b

  • Gelora Cinta Enrico   Apa itu Cinta

    "Bagaimana jika mereka bahagia tanpa kehadiranku?" Francesca mengulang pertanyaan Leonardo dengan putus asa.Hati wanita itu seakan terguncang mendengar perkataan Leonardo. Benarkah kehadirannya selama ini tidak pernah memberikan kebahagian? Bagaimana mungkin semua kebahagiaan yang mereka rasakan selama beberapa bulan ini hanya sandiwara?Apakah Enrico begitu marah padanya sehingga harus pergi begitu saja.Jikalau sedari awal dia menceritakan kepada Enrico mengenai status dirinya, apakah semua ini tidak akan terjadi?"Apakah Enrico berkata seperti itu padamu?" Francesca tampak sangat tertekan.Leonardo mengangkat kedua bahunya acuh seraya menyandarkan punggung ke bangku dan menatap ke arah taman. Dia mengalihkan p

  • Gelora Cinta Enrico   Bahagia tanpa diriku

    "Dad! Apa passport Anna, Adel dan Archie sudah siap?" Anna menghubungi Andrew Knight melalui video call."Sudah beres, Princes.""Lalu, kapan kita mulai berangkat?" Adelaide tiba-tiba sudah di samping saudara kembarnya."Sudah tidak sabar semua ya, my Princes?" Andrew semakin senang menggoda kedua putri kembarnya yang beranjak dewasa."Iyalah, ini kan pertama kalinya kami bisa keluar negeri." serentak Adel dan Anna menjawab perkataan Daddy Andrew."Bukannya kalian sudah pernah ke Indonesia?""Beda Daddy. Ini pertama kali kita ke Eropa dengan pesawat pribadi." Anna mencibir ke arah Andrew Knight."Benar! Iya kalau kak Conrad

  • Gelora Cinta Enrico   Melubangi kondom

    Francesca benar-benar merasa terpuruk. Keadaannya sangat labil dan lemah. Wanita cantik itu terlihat kacau dan terus menangis meskipun tidak sekeras sebelumnya. Serra sudah membawa Francesca kembali ke Mansion utama dan menemani wanita itu untuk berbaring di tempat tidur, tapi Francesca menolak dan bersikeras untuk menanti kedatangan Enrico dan Frans di ruang tamu. Francesca bahkan tidak menyentuh makanan yang tersedia hanya segelas coklat hangat yang dipaksakan oleh Serra. Aroma manis dan rasanya yang legit hanya bisa sedikit saja menenangkan hati Francesca. “Ini sudah malam Serra … mereka tidak juga kembali." Suaranya terdengar serak. "Cobalah berpikir tenang dan positif. Enrico tidak mungkin menjauhkan dirim

  • Gelora Cinta Enrico   Pergi

    "Wah, ada telol ayam di kepala Flans dah sekalang." Tangan mungil Frans menggosok keningnya yang sudah membengkak sebesar telur ayam.Gerakan lucu dari wajah imut yang meringis membuat Enrico tertawa sedangkan Francesca tersenyum lebar. Enrico tak hentinya membelai kepala Frans penuh kasih sayang."Muka Flans jelek ya?" Bibir mungil Flans tampak manyun."Nggak. Frans lucu, Frans tetap tampan meskipun ada telur di sini." Enrico memencet dahi anaknya."Aow! Sakit Pappa." Frans menjerit dengan sorot mata marah."Iya, maafkan Pappa. Frans kalau jalan hati-hati ya, tidak perlu berlari dengan kencang apalagi di atas lantai marmer, licin.""Tadi Flans kangen Pap

  • Gelora Cinta Enrico   Hati yang resah

    Baru saja Devonte berbalik dari pintu ruangan Enrico, dia harus kembali berhadapan dengan Francesca. Tak dapat dia gantikan wajah kecemasan dengan senyuman tenang, karena wanita itu sudah menyadarinya."Apa terjadi sesuatu? Kenapa kau tampak muram?" pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Francesca hanya dijawab dengan hembusan nafas Devonte."Apa terjadi sesuatu dengan Enrico? Kalian bertengkar? Bagaimana keadaannya saat ini?" Francesca bergerak maju melewati Devonte dan hendak memegang gagang pintu."Jangan masuk."Tangan Francesca berhenti untuk menggerakkan gagang pintu, dia membalikan tubuhnya dan menatap heran ke arah Devonte."Dia sudah tahu." Perkataan sepintas Devonte masih menimbulkan pert

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status