Share

Gejolak Hati

Penulis: Taurus Di
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-11 15:24:24

"Ini untukmu." Enrico memberikan sebuah kotak indah berwarna merah muda pada Francesca.

"Apa ini?" tanya Francesca heran. 

Ia belum sepenuhnya terbiasa dengan sikap baik dan mesra Enrico selama beberapa ini. Hatinya masih memberi tameng, karena siksaan dan sikap kejam Enrico di masa lalu.

Alasan pria itu menculik, menjauhkannya dari keluarga dan menyakiti, masih jelas dalam ingatan Francesca. Semua karena wajah ini. Masa lalu yang masih menghantui perasaannya dan ingin dia tanyakan pada orang tua angkatnya.

"Bukalah," ujar Andrew dengan suara lembut.

Suara yang sanggup membuat setiap wanita berteriak memujanya. Wajah tampan yang bisa membuat setiap wanita merelakan tubuhnya dan kekeyaan yang sanggup membuat setiap wanita menjatuhkan harga diri dan melenyapkan nuraninya.

Sayang semua itu masih sangat sulit menembus pertahanan Francesca. 

Francesca perlahan membuka kotak merah muda itu dan d

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
V3 1805
lanjut kan kak...gk sabar nih saat francesca luluh dg enrico
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gelora Cinta Enrico   Pengampunan

    "Tolong, Tuan. Jangan sakiti aku. Aku bukan Caroline ...." Gadis itu meringkuk ketakutan di pojok ruangan yang gelap dan dingin. Sementara pria yang bersamanya hanya menatap dirinya acuh. Tidak ada rasa kasihan apalagi tergerak untuk menenangkannya. "Meskipun kau bukan Caroline, dna yang sama sudah mengalir di nadimu! Dan itu tugasmu untuk membayar dosa yang sudah ia lakukan!" desis pria itu tanpa perasaan. "Aku tidak mengenal Carolineee!!!" jerit gadis itu dengan ketakutan. "Kau adalah anak kandung wanita jalang itu!" "Bukannnn!!! Dia bukan mommy-ku. Aku tidak mengenal diaaa!" jeritnya pilu. "Dan sekarang kau tahu rahasia besar tentang dirimu, bukan? Kau anak pungut yang tidak berharga." Ucapan pria itu yang meskipun dikatakan dengan tenang dan perlahan tapi bagaikan mata anak panah yang menghujani perasaan gadis itu "Hentikan! Kau bohong! Aku tidak percaya." "Kau Caroline! Harus m

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-11
  • Gelora Cinta Enrico   Pertahanan diri

    "Ternyata, Enrico benar-benar tidak tertarik denganmu." Tawa Leonardo meledak.Sementara Rebecca menekuk wajahnya. Dia makan dengan kesal dan menusuk-nusuk lauk di piring dengan keras sehingga dentingan bunyi garpu yang beradu dengan piring, mengusik pendengaran.Bukan pertama kali Rebecca merayu Enrico. Tapi pria itu selalu menjaga jarak. Meskipun bukan sebulan atau dua bulan Rebecca mendekati pria itu.Bertahun-tahun ia mengenal Enrico dan selama itu pula dia sudah menyakini jika Enrico hanya miliknya. Satu persatu wanita yang menghalangi dirinya, dengan kekuasaan ayahnya yang seorang Gubernor, Rebecca membuat mereka menderita.Seringkali Enrico mengacuhkan dirinya dengan lebih memili

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-12
  • Gelora Cinta Enrico   Rencana yang gagal

    Hari sudah menjelang malam ketika Enrico kembali dari bekerja. Ia dengan wajah yang tampak lelah, segera masuk ke dalam Mansion dan tersenyum bahagia ketika Francesca sudah menyambutnya dengan teh madu. "Menyegarkan sekali." Enrico tersenyum setelah menegak secangkir teh madu. Lelaki itu merasa bahagia karena Francesca tidak lagi terlalu dingin dan lebih bisa bersikap normal. Meskipun, wanita itu masih saja tak banyak bicara pada Enrico. Pria itu kemudian mendekatkan diri pada Francesca, menangkup pipi gadis itu dengan kedua tangan, ia menempelkan keningnya dan mendesah. "Kau tahu seberapa besar aku merindukan dirimu. Aku menyukai saat kebersamaan kita di pulau, hanya kau dan aku." "Pulau …." "Maafkan a

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-13
  • Gelora Cinta Enrico   Tidak mau Hamil

    "Kau wanita bodoh! Bagaimana bisa dirimu tak dapat melakukan tugas yang mudah?" bentak Leonardo dengan berapi-api. "Jangan hina aku, Pria bodoh! Gara-gara kau yang tidak bisa menahan budak liar itu, semuanya jadi kacau." balas Rebecca tak kalah sengit. "Kau yang terlalu lama bertindak. Bagaimana bisa, gadis itu yang meminumnya! " Leonardo tidak mau disalahkan begitu saja. "Gadis jalang itu tiba-tiba saja masuk dan menyambar minuman itu. Aku baru saja hendak mencekoki Enrico, bisa-bisanya dia berlagak cemburu. Apa hak dia untuk cemburu!" Amarah Rebecca berkobar-kobar dengan wajah yang merah padam. Dia tidak bisa menerima kegagalannya. Apalagi melihat langsung kemesraan yang seharusnya dia rasakan dari Enrico.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-13
  • Gelora Cinta Enrico   Menginginkan dirimu

    "Aku tidak mau hamil! Aku tidak mau hamil!"Francesca berteriak histeris."Apa yang kau katakan! Bagaimana bisa seorang wanita tidak menginginkan anak?" Enrico memutar tubuh Francesca dan memandang wanita itu dengan tatapan tak mengerti."Aku tidak mau anak darimu! Aku tidak mau!""Kau …." Suara Enrico tercekat. Ia tidak tahu harus berkata apa.Setelah percintaan mereka yang dahsyat, di saat Enrico sudah terbang ke awan-awan, tiba-tiba Francesca menghempaskan dirinya dengan sangat keras. Sakit! Hati Enrico seakan tercabik-cabik dengan keras.Di saat dia menginginkan seorang anak dari rahim Fra

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-14
  • Gelora Cinta Enrico   Kerinduan

    "Francesss … Francesca! Bagaimana kabarmu. Mommy sangat merindukan dirimu, Sayang.""Mommy, Frances juga rindu dengan Mommy. Rindu semuanya." ucap Francesca dengan senyuman di wajahnya.Hari ini setelah Enrico berangkat bekerja, Francesca segera melakukan video call dengan Diana. Dia berlatih memasang senyuman manis pada wanita yang kasih sayangnya melebihi wanita yang melahirkan dirinya.Masih jelas teringat kesepakatan atau mungkin lebih tepatnya ancaman yang diucapkan Enrico kepadanya. Francesca memerlukan sosok ibu untuk menenangkan kegundahan hatinya, tanpa harus menceritakan permasalahan yang ia hadapi."Kenapa kau tidak datang menemuiku, Frances. Haruskah mommy datang ke Italy mengunjungimu, bertemu dengan pria yang sudah m

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-15
  • Gelora Cinta Enrico   Bruno Varoni

    Di sebuah rumah yang sangat besar dengan penjagaan ketat tampak seorang wanita cantik sedang gelisah. Ia berjalan mondar-mandir tanpa henti dengan tangan yang terkepal memukul tangan lainnya.Gerakannya yang tak menentu itu membuat para pelayan mundur dengan menundukan kepala. Satu tindakan yang salah saja, akan mengakibatkan diri mereka celaka.Wanita itu mulai menengadahkan wajahnya menatap ke arah sosok pria setengah baya yang masih tegap. Pria itu masuk dengan senyum khas yang tersungging di wajahnya.Rambut hitam kelam berombak dan klimis, ditambah dengan kumis di wajahnya yang bersih, membuat pria berusia lima puluh lima tahun itu tampak lebih muda lima tahunan.Pria itu duduk di sebuah kursi kayu yang sudah diberi bantalan empuk. Ia menyilangkan kakinya dan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-15
  • Gelora Cinta Enrico   Ancaman Bruno

    Maka disinilah Bruno Varoni berada saat ini, di dalam Mansion Enrico. Pria itu duduk dengan angkuh layaknya seorang penguasa. Ia meniupkan cerutu ke arah Francesca yang duduk di hadapannya."Tuan, bisakah anda mematikan cerutu tersebut?" pinta Francesca dengan sopan."Aku menyukai cerutu ini, kenapa harus aku matikan?" tanyanya sinis dengan nada suara yang lembut."Baiklah jika begitu. Silahkan, menikmati cerutu Anda, saya permisi." Francesca beranjak dari duduknya."Beginikah sopan santun dalam menerima tamu penting?" Bruno tidak suka dengan cara Francesca yang tampak tidak menghormatinya."Tamu penting? Saya tidak mengenal Anda dan lagi pula kedatangan Anda bukan untuk mencari saya, bukan?" Francesca dengan tenang men

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-16

Bab terbaru

  • Gelora Cinta Enrico   Kebahagiaan ( Tamat)

    SATU TAHUN KEMUDIAN "Kau sudah pastikan kalau bekal Frans sudah disiapkan Denisa?" Napas Francesca tersengal ketika menanyakan hal itu. "Iya sudah. Jangan mengkhawatirkan hal itu. Frans akan baik-baik saja." Enrico tampak memegang tangan Francesca dengan cemas. Butiran keringat dingin menghiasi kening wanita cantik yang bertambah pucat itu. Tangan dinginnya dalam genggaman tangan Enrico yang hangat. "Frans … apakah … dia menanyakanku?" Sesaat setelah rasa sakitnya mereda Francesca kembali mengkhawatirkan Frans, anak sulungnya. "Tentu saja. Dia sangat merindukanmu. Kau harus kuat dan sehat ya. Kami memerlukan dirimu." Enrico dengan sabar mengelus rambut Francesca.

  • Gelora Cinta Enrico   Cinta dalam hidupku

    "Duh, Kak Francesca cakep banget." Anna menautkan tangannya di lengan kakak perempuannya. "Kau juga cantik sekali Anna dan kau juga sangat menawan. Tak di sangka kalian bisa tampil sangat anggun dan dewasa." Di tengah keluarganya, Francesca merasa kebahagiaannya nyaris sempurna. "Kita 'kan sudah dewasa bukan anak-anak lagi," sahut Anna dan Adelaide bersamaan. "Iya, sudah bisa berpacaran." Francesca menertawakan wajah mereka yang seketika manyun. "Apa ada yang sudah memiliki pacar?" "Anna itu banyak yang 'nembak' tapi dia suka pilih-pilih." "Apaan sih, Adelle!" Semburat merah muda membuat wajah Anna bertambah cantik. "Benarkah? Sssttt pacaran saja, jangan seperti

  • Gelora Cinta Enrico   Pesta

    "Nyonya Francesca Torres? Mari lewat sini." Seorang wanita yang anggun menghampiri Francesca.Francesca menatap heran ke arah seorang wanita tak dikenalnya yang bergaun indah. Sebuah alat terselip di telinga yang membuat dia bisa berkomunikasi dengan orang lain. Wanita itu segera memimpin langkah dan memisahkan Denisa dari Francesca. Meskipun heran Francesca tetap mengikuti langkah wanita yang membawa dirinya ke pintu utama.Anggukan kecil dari wanita tersebut merupakan tanda yang dimengerti oleh pengawal, mereka segera membuatkan pintu.Mata hazel Francesca seketika menyipit ketika melihat kemewahan dan kemeriahan acara di dalamnya. Dia termangu menatap ratusan pasang mata yang seketika menatap ke arahnya seolah mereka sudah menantikan kehadirannya.Musik lembut k

  • Gelora Cinta Enrico   Putri dalam dongeng

    Francesca mematut dirinya di depan cermin, perubahan penampilan yang sangat luar biasa terjadi pada dirinya saat ini. Wajah polos, imut dan manis itu telah berubah penuh riasan memukau yang sangat dewasa dan anggun.Dia hampir tak percaya ketika Leonardo mengirimkan seorang penata rias untuk memoles wajahnya dengan warna-warni yang senada. Kecantikan Francesca tampak lebih menonjol setelah tangan-tangan tampil tersebut menghiasi wajahnya. Wajah mungilnya terlihat sangat berbeda membuatnya merasa seakan menatap sosok lain di pantulan cermin."Anda luar biasa cantik dan sangat anggun, Nyonya. Bagaikan putri dalam dongeng." Perias itu memuji kecantikan Francesca. Dia berulang kali memutari tubuh wanita cantik yang baru saja dia dandani.“Sedikit parfum lagi anda akan spektakuler." Perias itu memilih b

  • Gelora Cinta Enrico   Apa itu Cinta

    "Bagaimana jika mereka bahagia tanpa kehadiranku?" Francesca mengulang pertanyaan Leonardo dengan putus asa.Hati wanita itu seakan terguncang mendengar perkataan Leonardo. Benarkah kehadirannya selama ini tidak pernah memberikan kebahagian? Bagaimana mungkin semua kebahagiaan yang mereka rasakan selama beberapa bulan ini hanya sandiwara?Apakah Enrico begitu marah padanya sehingga harus pergi begitu saja.Jikalau sedari awal dia menceritakan kepada Enrico mengenai status dirinya, apakah semua ini tidak akan terjadi?"Apakah Enrico berkata seperti itu padamu?" Francesca tampak sangat tertekan.Leonardo mengangkat kedua bahunya acuh seraya menyandarkan punggung ke bangku dan menatap ke arah taman. Dia mengalihkan p

  • Gelora Cinta Enrico   Bahagia tanpa diriku

    "Dad! Apa passport Anna, Adel dan Archie sudah siap?" Anna menghubungi Andrew Knight melalui video call."Sudah beres, Princes.""Lalu, kapan kita mulai berangkat?" Adelaide tiba-tiba sudah di samping saudara kembarnya."Sudah tidak sabar semua ya, my Princes?" Andrew semakin senang menggoda kedua putri kembarnya yang beranjak dewasa."Iyalah, ini kan pertama kalinya kami bisa keluar negeri." serentak Adel dan Anna menjawab perkataan Daddy Andrew."Bukannya kalian sudah pernah ke Indonesia?""Beda Daddy. Ini pertama kali kita ke Eropa dengan pesawat pribadi." Anna mencibir ke arah Andrew Knight."Benar! Iya kalau kak Conrad

  • Gelora Cinta Enrico   Melubangi kondom

    Francesca benar-benar merasa terpuruk. Keadaannya sangat labil dan lemah. Wanita cantik itu terlihat kacau dan terus menangis meskipun tidak sekeras sebelumnya. Serra sudah membawa Francesca kembali ke Mansion utama dan menemani wanita itu untuk berbaring di tempat tidur, tapi Francesca menolak dan bersikeras untuk menanti kedatangan Enrico dan Frans di ruang tamu. Francesca bahkan tidak menyentuh makanan yang tersedia hanya segelas coklat hangat yang dipaksakan oleh Serra. Aroma manis dan rasanya yang legit hanya bisa sedikit saja menenangkan hati Francesca. “Ini sudah malam Serra … mereka tidak juga kembali." Suaranya terdengar serak. "Cobalah berpikir tenang dan positif. Enrico tidak mungkin menjauhkan dirim

  • Gelora Cinta Enrico   Pergi

    "Wah, ada telol ayam di kepala Flans dah sekalang." Tangan mungil Frans menggosok keningnya yang sudah membengkak sebesar telur ayam.Gerakan lucu dari wajah imut yang meringis membuat Enrico tertawa sedangkan Francesca tersenyum lebar. Enrico tak hentinya membelai kepala Frans penuh kasih sayang."Muka Flans jelek ya?" Bibir mungil Flans tampak manyun."Nggak. Frans lucu, Frans tetap tampan meskipun ada telur di sini." Enrico memencet dahi anaknya."Aow! Sakit Pappa." Frans menjerit dengan sorot mata marah."Iya, maafkan Pappa. Frans kalau jalan hati-hati ya, tidak perlu berlari dengan kencang apalagi di atas lantai marmer, licin.""Tadi Flans kangen Pap

  • Gelora Cinta Enrico   Hati yang resah

    Baru saja Devonte berbalik dari pintu ruangan Enrico, dia harus kembali berhadapan dengan Francesca. Tak dapat dia gantikan wajah kecemasan dengan senyuman tenang, karena wanita itu sudah menyadarinya."Apa terjadi sesuatu? Kenapa kau tampak muram?" pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Francesca hanya dijawab dengan hembusan nafas Devonte."Apa terjadi sesuatu dengan Enrico? Kalian bertengkar? Bagaimana keadaannya saat ini?" Francesca bergerak maju melewati Devonte dan hendak memegang gagang pintu."Jangan masuk."Tangan Francesca berhenti untuk menggerakkan gagang pintu, dia membalikan tubuhnya dan menatap heran ke arah Devonte."Dia sudah tahu." Perkataan sepintas Devonte masih menimbulkan pert

DMCA.com Protection Status