Bab 61Bella tersenyum, tapi wajahnya menunjukkan jika dirinya sedih. Mila menduga jika Bella menyembunyikan sesuatu. "Bell, kamu gak kenapa-napa kan?" tanya Mila. "Mil, aku tuh serba bingung. Kak Dirga sejak tahu kalau aku hamil, dia justru berubah. Dia acuh gitu, gak peduli sama aku ataupun anak dia yang ada di perut ini. Aku tuh berasa sendirian saat ini, Ibu juga gak peduli padaku, Mil. Ibu sangat kecewa padaku. Aku belum pernah satu kali pun periksa, jangankan dokter kandungan. Bidan saja belum pernah, aku terlalu malu untuk melakukan itu. Terlebih, tidak ada dukungan dari orang sekeliling aku." Hati Mila merasa sedih mendengar cerita dari Mila. Dia menatap Iba, adik suaminya itu. "Gimana kalau aku antar kamu, uhm ... sekalian biar aku bisa tahu seputar kehamilan," Mila mencoba untuk memberi dukungan pada Bella. Bella begitu terkejut dengan kepedulian Mila. "Beneran, Mil?" Bella memastikan jika dirinya tidak salah dengar. "Hm, iya ... aku serius," balas Mila tersenyum.
Bab 62Benni melompat dari tempat tidur, berlari mengambil APAR di pojok ruangan kamar. Aroma minyak tanah menusuk ke indera penciuman. Botol kaca berisi minyak dengan kain yang menyala, yang di lempar dari luar tepat mengenai gorden. Sehingga api cepat sekali membakar gorden. Benni menyemprotkan seluruh isi APAR ke arah gorden. Mila yang panik, justru memasukkan kedua ponsel dan dompet yang berada di atas nakas ke dalam tote bag miliknya. "Syukurlah, apinya bisa padam! Siapa yang berani-beraninya melempar api kesini!" gerutu Benni. Saat mereka berdua merasa lega, tiba-tiba saja terdengar teriakan dari luar. Benni dan Mila berlari keluar dari kamar. Mila sempat meraih baju milik Benni di atas tempat tidur. Benni memang sudah bertelanjang dada. Betapa terkejutnya mereka melihat dapur yang di penuhi api. Mila seketika teringat Bella. "Bell, Bella!" Milaberteriak memanggil Bella, dia lari menuju kamar Bella. Tapi Bella tak ada di sana. "Kak Benni, Mila cepat keluar!!" Benni men
Bab 63 Untung kita semua selamat ya, Mil. Aku tidak menyangka jika ada kejadian seperti ini. Nasib baik sudah ada Pakdhe Gito. Kalau tidak, sudah pasti orang itu sudah berhasil membakar rumah kita dari segala arah," kata Bella saat mereka berada di dalam mobil. "Hm, iya. Siapa kira-kira yang mau menghabisi kita?" sahut Mila yang berada di kursi belakang. "Hegh, Entah itu siapa ... musuh Benni itu banyak. Jadi gak bisa asal menuduh juga," Dirga menimpali dengan senyuman miring. Mila memilih diam, menatap ke arah luar jendela mobil. Pikirannya berkecamuk. Dia merasa risau. 'Padahal hanya sekelas preman kampung tapi banyak juga musuhnya. Apa kabar yang sekelas mafia, pasti hidup mereka dalam bahaya setiap waktu,' batin Mila. Bella menoleh ke arah Mila yang tiba-tiba diam tak bersuara. "Jangan khawatir, suamimu pasti akan baik-baik saja," bujuk Bella, Mila menoleh mendengarnya lalu mengangguk dan tersenyum. Bu Rani langsung menghujani mereka bertiga pertanyaan tentan
Bab 64 "Aku rasa bukan, Bu. Karena mereka sangat tahu titik rumah. Kemungkinan, justru orang dalam pelakunya. Bisa jadi salah satu anak buahku atau ... mungkin orang yang sama dengan yang sudah meracuni pohon di kebun kita," jawab Benni. "Semoga masalah ini cepat selesai," ucap Bu Rani penuh harap. "Aku pergi dulu, ada banyak hal yang harus kuurus. Kamu baik-baik di rumah dengan Ibu dan Bella. Jika ada apa-apa segera hubungi aku," ucap Benni pada Mila. "Oh iya, hari ini aku mau keluar sama Bella, boleh?" Mila meminta ijin pada suaminya. "Mau kemana?" tanya Benni. "Mengantar Bella ke dokter kandungan,'' jawab Mila membuat Bu Rani menoleh ke arah Bella. "Apa ada masalah dengan kandunganmu, Bell?" BU Rani khawatir. "Tidak, Bu. Mm, sebenarnya ini ide Mila. Dia menyarankan agar aku memeriksakan kandunganku. Agar aku tahu keadaan bayi di dalam ini," ucap Bella mengelus perutnya yang belum membuncit. "Mila juga ingin belajar lebih banyak soal kehamilan," imbuh Bella
Malam hari, semua orang berkumpul di meja makan. Shasa juga masih berada di rumah Bu Rani. Istri muda Pak Broto itu mengaku seolah-olah terlihat tidak bisa berjauhan dari suaminya. Padahal dia hanya ingin bisa menatap puas wajah Benni. "Bagaimana perkembangan kasus kebakaran rumahmu, Ben?" tanya Pak Broto di sela kegiatan makan malam. "Pelakunya hampir di ketahui," jawab Benni."Memangnya ada bukti yang bisa jadi petunjuk?" Shasa tiba-tiba menyahut. Bu Rani dan Benni menatap Shasa yang terlihat sinis saat menanggapi. Benni tak mau menghiraukan ocehan Shasa. "Pak, kebun Bapak yang sebelah utara itu sedang mengalami masalah. Apa Bapak tidak mau meninjau dan menanganinya. Bapak lepas tangan begitu saja, leha-leha di rumah tapi giliran minta bagian selalu nomor satu," protes Benni. Dirga langsung melirik sinis ke arah bapak mertuanya."Memangnya ada masalah apa dengan kebun mangga?" tanya Pak Broto. "Hampir semua pohon mangga dan rambutan yang sedang berbuah mati. Ada indikasi senga
Bab 66.Saat dada Benni bergemuruh melihat keadaan Dirga yang sedang terburu-buru memakai pakaiannya. Mila keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk kimono dan rambut yang yang dibungkus handuk. "Mas," Mila terkejut melihat kedatangan Benni, dia lebih terkejut lagi melihat Dirga yang juga berada di kamarnya. "Mil, aku pergi dulu!" ucap Dirga kemudian buru-buru pergi. "Hei, apa maksudmu?" tanya Mila bingung. Mila menatap Benni yang terlihat sangat marah. "Bisa-bisanya kamu Mila! Bisa-bisanya kamu melakukan perbuatan menjijikkan di kamar ini, hah!!" bentak Benni. Prank~prank Benni melempar semua barang yang ada di meja. Mila hanya bisa menghindar dalam kebingungan atas tuduhan yang suaminya lontarkan. "Apa? Aku tidak mengerti kenapa tiba-tiba dia ada di sini!" ucap Mila. "Bohong!! Jelas-jelas dia baru saja memakai baju dan celana ya!" tuduh Benni. Mila terdiam, dia tahu percuma juga dia menjelaskan saat Benni dalam keadaan emosi. "Kenapa diam Mila?!" bentak Benni. "Aku
Bab 67."Brengsek!" umpat Dirga seraya bangun. Dia mendekati Benny, hendak membalas Benny. Akan tetapi Benni lebih cepat memukul perutnya. "Ba jingan!" umpat Benni. Bella dan Bu Rani yang sedang berada di dapur, berlari keluar. "Ada Apa Ben?" tanya Bu Rani. "Bajingan ini semalam, berselingkuh dengan Mila!" tuduh Benni menunjuk ke arah wajah Dirga yang meringis kesakitan. "Apa?!" Bu Rani dan Bella terkejut. "Ya saat aku pulang, dia berada di kamarku dan ...!" Benni tak sanggup untuk menlanjutkan. "Jangan asal bicara kamu, Kak! Mila tidak mungkin melakukan hal itu!" Bella membela Mila. "Tentu saja bisa, dia itu kan dari dulu suka sama Dirga!" sahut Shasa yang tiba-tiba datang. "Gak usah ikut campur!" bentak Bella. "Sekarang di mana, Mila? Kita harus bertanya padanya?" tanya Bu Rani. Saat semua orang sedang mempertanyakan keberadaan Mila, ada seorang pem
Mila terus mengikuti langkah kaki Yuza. Dia tak sedikitpun melepaskan pandangan dari pria itu. Entah mengapa, dia merasa yakin jika Yuza bisa memberikan perlindungan untuknya. Yuza memesan taksi online, mereka duduk menunggu di depan toko roti. Mila merasa tergoda ingin membeli beberapa roti, tapi dia tidak mau jika di tinggal oleh Yuza. "Kak, memangnya ...Kak Yuza beneran dokter?" tanya Mila iseng. "Kenapa nanya? Gak percaya?" Yuza balik bertanya."Hehe, bukan gak percaya. Tapi Kak Yuza terlihat masih muda," jawab Mila. "Benarkah, padahal usiaku sudah menginjak usia kepala tiga." "Cis, kepala tiga ya masih terbilang muda Kak!" rungut Mila. Sebuah mobil berwarna merah berhenti di depan mereka. Yuza berdiri mendekati ke mobil itu, Mila dengan cepat mengikutinya. Dia ikut Masuk ke dalam mobil meski tanpa dipersilahkan oleh Yuza. Yuza tidak banyak bicara, seolah tidak mempermasalahkan jika Mila mengikutinya. Setengah jam kemudian, mobil yang membawa mereka memasuki sebuah halaman