Benni duduk termenung di kamarnya, dia merasa kecewa dan sedih karena tak menemukan Mila di terminal. Dia menatap ke arah tempat tidur yang kosong. Dia teringat Mila yang terlihat sudah bisa menerimanya. "Apakah aku terlalu cepat menuduhnya, apakah kejadian itu salah satu tipu muslihat Dirga," gumam Benni lalu mengacak kasar rambutnya. "Di mana kamu Mila?" ucap Benni dengan hati yang terasa begitu berat. "Ben, Benni ...!" panggil Bu Rani. Benni terhenyak dan langsung beranjak dari tempat duduk. Dia berlari dari kamar turun ke bawah. Ibunya berada di ujung tangga terlihat begitu gelisah. "Ada apa, Bu?" tanya Benni khawatir. "Ben, ada yang mencuri surat tanah di brankas!" beritahu Bu Rani. Semua orang datang berkumpul karena mendengar teriakan Bu Rani. "Ada apa, Mbak?" tanya Shasa. "Di mana suamimu?" tanya Bu Rani pada Shasa. Shasa tersenyum miring mendengar pertanyaan konyol Bu Rani, bukankah suaminya juga suami Bu Rani juga. "Dari semalam tidak pulang," jawab Shasa enteng.
Koko membonceng Wawan yang menyamar sebagai tukang online, menuju tempat yang sudah di tentukan oleh Dirga. Benni dan Jojo mengikuti dari jauh. Tempat yang di tentukan sangatlah jauh pemukiman warga. Hanya ada satu rumah gubuk kecil di tengah padang ilalang. "Busyet ini Dirga apa-apaan sih? Tinggal di tempat yang serem begini!" gerutu Wawan."Iya, heran gue sama kelakuan Dirga yang sebenarnya. Gini amat, sebelumnya dia kayak cowok baik-baik gitu ya, meski ada nackal-nackalnya tapi gak nyangka kalau dia bisa psikopat begini," timpal Koko."Anjir dah, kayaknya aku ngatar sampai sini biar dia gak curiga. Kamu jalan aja menuju ke gubuk itu. Pisau kecil udah dibawa kan, buat jaga-jaga?" ucap Wawan memastikan, Koko megangguk lalu berjalan menuju gubuk yang letaknya sedikit jauh di depannya. Tok~tok Koko mengetuk pintu, terdengar suara bertanya dari dalam. "Ini aku, Ga. Koko!" jawab Koko. Pintu terbuka, Dirga memastikan keadaan di luar dan menyuruh Koko segera masuk lalu dengan terbur
Bella merasa puas dengan apa yang sudah dia lakukan pada Dirga. Rasa cintanya pada Dirga sangat besar, tapi seketika rasa itu menjadi rasa benci tanpa cela. Dia benci karena Dirga bukan hanya memukulinya, tapi menghina dan ingin menghancurkan keluarganya. Dia juga sangat marah, karena Dirga sudah membuat Mila pergi dari rumah. Bella mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Benni dan yang lain membuntuti Bella, tujuan mereka saat ini adalah pulang ke rumah untuk memberi pelajaran pada Shasa. Bu Rani merasa lega saat kedua anaknya datang. Bu Sari yang menemani kakak madunya juga ikut merasa lega. Pak Broto duduk di sofa, Shasa menempel pada Pak Broto dengan wajah sedikit tegang. "Mana Dirga?" tanya Bu Rani."Dia sudah mendapatkan apa yang semestinya dia dapat." jawab Bella duduk di sofa seberang yang berhadapan dengan bapaknya dan Shasa. "Astaga, Bella. Kamu kan sedang hamil, kamu harus hati-hati. Kamu barusan naik motor sendirian? Ih ... biar Ibu ambilkan air minum dulu buat k
Bab 1. Kabur "Aahh ..."Karmila menghentikan langkah kakinya saat mendengar desah4n dari kamar ibunya. Gadis belia yang baru saja merayakan kelulusan sekolah itu, menajamkan pendengarannya."Mmm ..."Dia membuang napas kasar saat mendengar lenguhan demi lenguhan tersebut. Ini bukan kali pertama dia mendengar suara seperti itu. Rasa jijik saat mendengar suara er4ngan yang bersahutan, gadis itu pun melangkahkan kakinya dengan cepat menuju kamarnya dan segera mengunci pintu. Mila, begitu dia disapa, menjatuhkan tubuhnya di atas kasur yang sama sekali tidak empuk."Ouch!" erangnya lelah.Seragam miliknya sangat kotor penuh dengan coretan warna-warni pilox. dia sudah merasa kelelahan ikut konvoi kendaraan bersama teman-teman lainya. Kini di rumah, dia harus =menyaksikan kemaksiatan yang ibunya lakukan. Mata indah Mila menatap langit-langit kamar miliknya. Memorinya terlempar ke enam bulan silam.Saat itu, sejak Oma Rita yang merawatnya sejak kecil tutup usia, Mila terpaksa tinggal bers
Bab 2"Hahaha, mau membohongi Kita dia, Kang!" ledek Komar."Tidak, sungguh!" jawab Jenny."Kami tidak sekalipun per ..." Jenny memotong perkataan Kemi karena dia melihat Mila yang berdiri melihat ke arah mereka dari jarak tak terlalu jauh. Posisi Mila berada di belakang pohon jambu yang bentuknya kurus keris.Jenny menunjuk ke arah pohon jambu itu membuat Mila terkejut.“Itu dia, dia anakku!" teriak Jenny menunjukan posisi Mila pada ketiga pria penagih hutang."Mana?" tanya Kemi melihat ke arah yang ditunjukan Jenny."Kayaknya itu, Kang. Gadis kecil itu!" tunjuk Aseng yang sudah melihat posisi Mila.Kemi menajamkan padangannya, meski keadaan halaman rumah kontrakan itu terang benderang karena cahaya lampu. Tapi mata Kemi mengalami rabun jauh, sehingga tak begitu jelas jika harus melihat jarak jauh."Udah, tangkap saja dulu ... lumayan lah. Daripada kena omelan melulu karena ga pernah dapat hasil dari si Jenny ini!" ujar Komar mengusulkan.Mila mundur beberapa langkah, kemudian dia me
Bab 3."Kayaknya dia deh yang tadi nakut-nakutin aku tadi!" sahut Jojo salah satu anak buah Benni."Maaf, Mas-Mas, Abang-Abang. Saya gak bermaksud lancang. Cuma tadi saya kepepet karena dikejar orang, terpaksa saya lompat kesini. Saya cuma bersembunyi, gak punya maksud lain kok. Sumpah!" ujar Mila."Jangan percaya, Bos. Siapa tahu dia itu sebenarnya intel," bisik Jojo."Bukan-bukan kok!" sahut Mila saat mendengar penuturan Jojo."Saya ini cuma gadis biasa saja, bukan intel seperti yang kalian duga," imbuh Mila."Mana ada maling ngaku!" balas Koko.Mila menoleh ke arah Koko, pria berkulit hitam berambut kerinting itu menatap tajam ke arah Mila."Sumpah, Bang-Abang ... saya ini tadi di kejar-kejar orang," Mila kembali menegaskan."Memang siapa yang mengejar kamu? Kenapa kamu bisa dikejar mereka, kamu buron?" tanya Dirga, dia berdiri paling dekat dengan Benni.Mila menoleh ke sumber suara, mata Mia melebar. Mulutnya sedikit terbuka saat melihat pria yang baru saja bersuara itu."Jawab!"
Bab 4Benni menatap ke arah Mila yang melipat kedua tangannya di perut.Terus kamu maunya kerja apa? Di sini selain aman, kamu juga bisa dapat makan gratis. Dapat gaji, tinggal di tempat yang nyaman. Kamu kerja di sini dapat gaji, sudah. Tidak perlu banyak mikir kerjaannya haram atau halal. Uang yang buat bayar uang haram atau bukan., yang penting uang lancar,” tutur Benni santai."Dari jawabanmuku bisa menyimpulkan jika kalian itu memang benar-benar menggeluti bisnis gelap," ucap Mila."Biarin gelap, biar tidak kena bayar listrik tiap bulan!" balas Benni hingga membuat Dirga menahan tawa."Biarkan aku pergi, aku tidak mau terlibat dengan urusan kalian. Jangan khawatir, jika tertangkap aku tidak akan pernah mau menikah dengan bapakmu. Aku juga tidak akan kembali ke rumah ibuku," tegas Mila."Hei, anak buah bapakku itu bukan Komar dan Aseng doang. Tapi banyak sekali di luaran sana! Saat ini di pastikan kamu itu sudah jadi buronan mereka.""Masa? Kenapa kamu beriya-iya sekali memaksa
Bab 5Dirga mengantar Mila ke sebuah kamar yang letaknya menyorok kedalam.Kreek ...Pintu terbuka dan memperlihatkan kamar yang berisi kasur, lemari pakaian dan nakas. Kamar itu tidak begitu luas, hanya saja ada kamar mandi dalam yang terbilang kecil juga."Kamu bisa pakai kamar ini, biasanya kamar ini yang tempat pacar Benni. Jika aku kasih kamu kamar yang di belakang sana, tidak ada kamar mandi dalam. Rata-rata yang ada di sini kan cowok, nanti kamu kurang nyaman.""Sudah tahu di sini semua cowok, ngapain aku di tampung di sini. Pindahin kemana gitu," gerutu Mila."Ya, sementara tinggal di sini dulu. Nanti pasti di pindahin, kok.""Kemana? Kalian gak berniat untuk mindahin aku ke dunia lain, kan?" tanya Mila penuh selidik."Ya gak lah, biar kita preman tapi tingkatan kita masih sebatas tukang palak. Belum merambah ke yang sana," jawab Dirga santai.Mila melangkah hendak keluar dari kamar, tapi Dirga dengan cepat menarik tote bag gadis tengil itu hingga gadis itu kembali masuk kedal