Bab 66.Saat dada Benni bergemuruh melihat keadaan Dirga yang sedang terburu-buru memakai pakaiannya. Mila keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk kimono dan rambut yang yang dibungkus handuk. "Mas," Mila terkejut melihat kedatangan Benni, dia lebih terkejut lagi melihat Dirga yang juga berada di kamarnya. "Mil, aku pergi dulu!" ucap Dirga kemudian buru-buru pergi. "Hei, apa maksudmu?" tanya Mila bingung. Mila menatap Benni yang terlihat sangat marah. "Bisa-bisanya kamu Mila! Bisa-bisanya kamu melakukan perbuatan menjijikkan di kamar ini, hah!!" bentak Benni. Prank~prank Benni melempar semua barang yang ada di meja. Mila hanya bisa menghindar dalam kebingungan atas tuduhan yang suaminya lontarkan. "Apa? Aku tidak mengerti kenapa tiba-tiba dia ada di sini!" ucap Mila. "Bohong!! Jelas-jelas dia baru saja memakai baju dan celana ya!" tuduh Benni. Mila terdiam, dia tahu percuma juga dia menjelaskan saat Benni dalam keadaan emosi. "Kenapa diam Mila?!" bentak Benni. "Aku
Bab 67."Brengsek!" umpat Dirga seraya bangun. Dia mendekati Benny, hendak membalas Benny. Akan tetapi Benni lebih cepat memukul perutnya. "Ba jingan!" umpat Benni. Bella dan Bu Rani yang sedang berada di dapur, berlari keluar. "Ada Apa Ben?" tanya Bu Rani. "Bajingan ini semalam, berselingkuh dengan Mila!" tuduh Benni menunjuk ke arah wajah Dirga yang meringis kesakitan. "Apa?!" Bu Rani dan Bella terkejut. "Ya saat aku pulang, dia berada di kamarku dan ...!" Benni tak sanggup untuk menlanjutkan. "Jangan asal bicara kamu, Kak! Mila tidak mungkin melakukan hal itu!" Bella membela Mila. "Tentu saja bisa, dia itu kan dari dulu suka sama Dirga!" sahut Shasa yang tiba-tiba datang. "Gak usah ikut campur!" bentak Bella. "Sekarang di mana, Mila? Kita harus bertanya padanya?" tanya Bu Rani. Saat semua orang sedang mempertanyakan keberadaan Mila, ada seorang pem
Mila terus mengikuti langkah kaki Yuza. Dia tak sedikitpun melepaskan pandangan dari pria itu. Entah mengapa, dia merasa yakin jika Yuza bisa memberikan perlindungan untuknya. Yuza memesan taksi online, mereka duduk menunggu di depan toko roti. Mila merasa tergoda ingin membeli beberapa roti, tapi dia tidak mau jika di tinggal oleh Yuza. "Kak, memangnya ...Kak Yuza beneran dokter?" tanya Mila iseng. "Kenapa nanya? Gak percaya?" Yuza balik bertanya."Hehe, bukan gak percaya. Tapi Kak Yuza terlihat masih muda," jawab Mila. "Benarkah, padahal usiaku sudah menginjak usia kepala tiga." "Cis, kepala tiga ya masih terbilang muda Kak!" rungut Mila. Sebuah mobil berwarna merah berhenti di depan mereka. Yuza berdiri mendekati ke mobil itu, Mila dengan cepat mengikutinya. Dia ikut Masuk ke dalam mobil meski tanpa dipersilahkan oleh Yuza. Yuza tidak banyak bicara, seolah tidak mempermasalahkan jika Mila mengikutinya. Setengah jam kemudian, mobil yang membawa mereka memasuki sebuah halaman
Benni duduk termenung di kamarnya, dia merasa kecewa dan sedih karena tak menemukan Mila di terminal. Dia menatap ke arah tempat tidur yang kosong. Dia teringat Mila yang terlihat sudah bisa menerimanya. "Apakah aku terlalu cepat menuduhnya, apakah kejadian itu salah satu tipu muslihat Dirga," gumam Benni lalu mengacak kasar rambutnya. "Di mana kamu Mila?" ucap Benni dengan hati yang terasa begitu berat. "Ben, Benni ...!" panggil Bu Rani. Benni terhenyak dan langsung beranjak dari tempat duduk. Dia berlari dari kamar turun ke bawah. Ibunya berada di ujung tangga terlihat begitu gelisah. "Ada apa, Bu?" tanya Benni khawatir. "Ben, ada yang mencuri surat tanah di brankas!" beritahu Bu Rani. Semua orang datang berkumpul karena mendengar teriakan Bu Rani. "Ada apa, Mbak?" tanya Shasa. "Di mana suamimu?" tanya Bu Rani pada Shasa. Shasa tersenyum miring mendengar pertanyaan konyol Bu Rani, bukankah suaminya juga suami Bu Rani juga. "Dari semalam tidak pulang," jawab Shasa enteng.
Koko membonceng Wawan yang menyamar sebagai tukang online, menuju tempat yang sudah di tentukan oleh Dirga. Benni dan Jojo mengikuti dari jauh. Tempat yang di tentukan sangatlah jauh pemukiman warga. Hanya ada satu rumah gubuk kecil di tengah padang ilalang. "Busyet ini Dirga apa-apaan sih? Tinggal di tempat yang serem begini!" gerutu Wawan."Iya, heran gue sama kelakuan Dirga yang sebenarnya. Gini amat, sebelumnya dia kayak cowok baik-baik gitu ya, meski ada nackal-nackalnya tapi gak nyangka kalau dia bisa psikopat begini," timpal Koko."Anjir dah, kayaknya aku ngatar sampai sini biar dia gak curiga. Kamu jalan aja menuju ke gubuk itu. Pisau kecil udah dibawa kan, buat jaga-jaga?" ucap Wawan memastikan, Koko megangguk lalu berjalan menuju gubuk yang letaknya sedikit jauh di depannya. Tok~tok Koko mengetuk pintu, terdengar suara bertanya dari dalam. "Ini aku, Ga. Koko!" jawab Koko. Pintu terbuka, Dirga memastikan keadaan di luar dan menyuruh Koko segera masuk lalu dengan terbur
Bab 1. Kabur "Aahh ..."Karmila menghentikan langkah kakinya saat mendengar desah4n dari kamar ibunya. Gadis belia yang baru saja merayakan kelulusan sekolah itu, menajamkan pendengarannya."Mmm ..."Dia membuang napas kasar saat mendengar lenguhan demi lenguhan tersebut. Ini bukan kali pertama dia mendengar suara seperti itu. Rasa jijik saat mendengar suara er4ngan yang bersahutan, gadis itu pun melangkahkan kakinya dengan cepat menuju kamarnya dan segera mengunci pintu. Mila, begitu dia disapa, menjatuhkan tubuhnya di atas kasur yang sama sekali tidak empuk."Ouch!" erangnya lelah.Seragam miliknya sangat kotor penuh dengan coretan warna-warni pilox. dia sudah merasa kelelahan ikut konvoi kendaraan bersama teman-teman lainya. Kini di rumah, dia harus =menyaksikan kemaksiatan yang ibunya lakukan. Mata indah Mila menatap langit-langit kamar miliknya. Memorinya terlempar ke enam bulan silam.Saat itu, sejak Oma Rita yang merawatnya sejak kecil tutup usia, Mila terpaksa tinggal bers
Bab 2"Hahaha, mau membohongi Kita dia, Kang!" ledek Komar."Tidak, sungguh!" jawab Jenny."Kami tidak sekalipun per ..." Jenny memotong perkataan Kemi karena dia melihat Mila yang berdiri melihat ke arah mereka dari jarak tak terlalu jauh. Posisi Mila berada di belakang pohon jambu yang bentuknya kurus keris.Jenny menunjuk ke arah pohon jambu itu membuat Mila terkejut.“Itu dia, dia anakku!" teriak Jenny menunjukan posisi Mila pada ketiga pria penagih hutang."Mana?" tanya Kemi melihat ke arah yang ditunjukan Jenny."Kayaknya itu, Kang. Gadis kecil itu!" tunjuk Aseng yang sudah melihat posisi Mila.Kemi menajamkan padangannya, meski keadaan halaman rumah kontrakan itu terang benderang karena cahaya lampu. Tapi mata Kemi mengalami rabun jauh, sehingga tak begitu jelas jika harus melihat jarak jauh."Udah, tangkap saja dulu ... lumayan lah. Daripada kena omelan melulu karena ga pernah dapat hasil dari si Jenny ini!" ujar Komar mengusulkan.Mila mundur beberapa langkah, kemudian dia me
Bab 3."Kayaknya dia deh yang tadi nakut-nakutin aku tadi!" sahut Jojo salah satu anak buah Benni."Maaf, Mas-Mas, Abang-Abang. Saya gak bermaksud lancang. Cuma tadi saya kepepet karena dikejar orang, terpaksa saya lompat kesini. Saya cuma bersembunyi, gak punya maksud lain kok. Sumpah!" ujar Mila."Jangan percaya, Bos. Siapa tahu dia itu sebenarnya intel," bisik Jojo."Bukan-bukan kok!" sahut Mila saat mendengar penuturan Jojo."Saya ini cuma gadis biasa saja, bukan intel seperti yang kalian duga," imbuh Mila."Mana ada maling ngaku!" balas Koko.Mila menoleh ke arah Koko, pria berkulit hitam berambut kerinting itu menatap tajam ke arah Mila."Sumpah, Bang-Abang ... saya ini tadi di kejar-kejar orang," Mila kembali menegaskan."Memang siapa yang mengejar kamu? Kenapa kamu bisa dikejar mereka, kamu buron?" tanya Dirga, dia berdiri paling dekat dengan Benni.Mila menoleh ke sumber suara, mata Mia melebar. Mulutnya sedikit terbuka saat melihat pria yang baru saja bersuara itu."Jawab!"