Bab 17 Selesai makan, mereka berkumpul di ruang tengah. Kecuali Mila yang sibuk membuat kopi dan merasa letih melihat tumpukan piring kotor. Mila menoleh sekilas saat Dirga datang ke dapur. "Sudah selesai kopinya, sini biar aku bantu bawa ke ruang," Dirga menawarkan diri. Mila hanya mengangguk, entah mengapa dia enggan menatap apalagi bicara dengan Dirga. Setelah Dirga pergi, Mila mencuci piring kotor di sink. Pikirannya teringat dengan tamu siang tadi. "Jika yang sekarang ada di sini Bella, lalu siapa yang datang tadi pagi?" batin Mila dengan tangan yang menggosok piring kotor. "Hai, mengapa melamun?" sapa Harsa yang sudah berada di samping Mila. Mila terlonjak kaget, hampir saja piring di tangannya terlepas. "Eh, ada apa? Kenapa ada di dapur?" tanya Mila gugup. "Aku mau mengambil jus, di mana gelasnya?" jawab Harsa sambil menunjukan karton kemasan jus jeruk. Mila menunjukan di mana letak gelas lalu melanjutkan mencuci piring. Harsa berlalu dari dapur, tapi Dirga datang lag
Bab 18. Sesuai janjinya, Benni benar-benar mengajak Mila jalan-jalan keluar. Semua orang sudah pulang kecuali Dirga. Benni baru saja selesai mandi, dia hendak menunggu Mila di ruang tengah. Ternyata ada Dirga yang duduk di sana sedang bermain game. Sekilas Dirga menoleh melihat kedatangan Benni. Dia kembali menatap layar ponselnya. "Mau kemana, sudah rapi begitu?" tanya Dirga tanpa menoleh ke arah Benni. "Kencan," jawab Benni asal. Jari Dirga terhenti menekan layar ponsel, dia memperhatikan Benni mencari keseriusan dari ucapannya. "Kenapa menatapku?" tanya Benni risih. "Kencan dengan siapa?" tanya Dirga penasaran. "Dengan siapa saja, yang penting orangnya mau." Benni tersenyum miring lalu duduk di dekat Benni. "Katanya mau kencan, kenapa duduk di sini?" Dirga bingung melihat tingkah Benni. "Sudah, diam dulu ..." Benni dan Dirga kompak menoleh saat melihat seseorang datang di antara mereka. Mata Dirga menyipit melihat penampilan Mila yang terlihat lain. Mila memakai jaket c
Bab 19. Saat mereka berdebat, tiba-tiba saja ada pemuda mendekati mereka berdua. Mila kaget karena pemuda itu adalah Andi, teman sekelasnya. "Andi," sapa Mila membuka masker. "Hei, Mil." balas Andi tampak terkejut. "Sedang apa di sini, kamu?" tanya Mila. "Kerja," jawab Andi sambil meletakkan dua kebab di meja. "Mil, bisa poto bareng gak? Ini pertemuan kita setelah sebulan lulus sekolah," kata Andi. "Tentu saja boleh," jawab Mila senang. "Mas bisa ..." "Eh, jangan dia!" Mila langsung memotong perkataan Andi yang ingin meminta tolong pada Benni untuk memoto mereka berdua. Mila mengajak Andi sedikit menjauh, lalu meminta salah satu teman kerja Andi untuk membantu memotret mereka. Benni merasa kesal dengan perbuatan Mila. Suasana hatinya yang tak baik karena baru bertemu Shasa dan merasa cemburu karena Mila menyukai Dirga. Kini justru semakin kesal melihat kedekatan Mila dengan Andi. Mila sudah memakai kembali markernya saat mendekati Benni. Benni menatap kesal Mi
Bab 20. Mila yang sudah selesai berbelanja, mendekati kasir terlebih dahulu. Kebetulan, keadaan mini market sedang sepi. Mila meletakkan keranjang belanjaannya di meja kasir, Mbak Kasir memulai menscan satu persatu barang dari keranjang. "Semua totalnya 250 ribu ya, Kak," ucap Mbak Kasir dengan senyuman manis. Mila merogoh tote bagnya, Mila celingukan karena ternyata uangnya hanya 200 ribu. Mila menggaruk keningnya, tersenyum malu pada Mbak Kasir yang masih tersenyum menunggu pembayaran darinya. "Kenapa Mil?" tanya Harsa yang sudah selesai dan mendekati Mila yang berdiri di depan kasir terlihat kebingungan. Mila sedikit mendekati Harsa, "Bang, uangku kurang 50 ribu. Perasaan tadi aku bawa uang 300. Mm, hutang dulu, boleh?" bisik Mila membuat Harsa tersenyum lalu mengangguk. Harsa mendekati kasir lalu membayar belanjaan Mila. Mila bernapas lega karena tidak jadi malu. Saat di luar mini market, Mila menyerahkan uang miliknya untuk mengganti uang Harsa tadi. "Bang,
Bab 21Mila memutar badan hendak masuk ke dalam, tapi dengan cepat Dirga memeluk Mila. Hingga membuat jantung Mila seakan berhenti berdetak karena terkejut. Wawan, Jojo dan Koko menggeleng-geleng melihat adegan di depan mata mereka. Mereka memilih untuk masuk dari pada melihat lanjutan adegan yang mungkin akan membuat mereka iri. Sedangkan Benni, dia menahan amarahnya melihat perbuatan Dirga. "Kak, tolong lepaskan," tutur Mila karena menyadari wajah kesal Benni. "Aku memgkhawatirkanmu, jika kamu tak ingin lagi tinggal di sini. Akan kucarikan tempat lain untukmu," ucap Dirga sesaat setelah melepaskan pelukannya. "Hm, aku pasti akan dengan senang hati menerima tawaranmu itu," balas Mila tersenyum senang. "Baiklah, secepatnya aku akan mencari tempat yang aman untukmu. Agar tak ditemukan anak buah Pak Broto atau ibumu." "Terima kasih, aku masuk dulu. Aku sangat lelah hari ini," ucap Mila lalu masuk ke dalam melewati Benni yang berdiri kaku. Dirga juga ikut masuk ke dalam tanpa memp
Bab 22Mila menelan salivanya, dia menatap nanar ponsel yang baru saja membuatnya bahagia selama beberapa jam ini. Mila mendekati serpihan ponsel itu, dia mengambil kartu sim miliknya. Lalu berdiri tegap di hadapan Benni. Matanya menatap berani wajah Benni. "Aku tidak tahu apa mau-mu, aku juga tidak mengerti kenapa kamu selalu marah begini. Aku hanya ingin bilang, tolong buka matamu! Aku, aku ini Mila ... orang yang tak sengaja tersesat di sini dan jadi pembantu di sini. Aku bukan Shasa kekasihmu yang ingin kamu kengkang!" Mila berbicara sambil menunjuk ke arah dadanya. Benni terpana, dia diam tak menimpali perkataan Mila. Mila membuang muka, dia tidak ingin Benni melihat jika matanya sudah berembun. "Mila, aku ... minta maaf. Aku ..." ucap Benni tak berani melanjutkan ucapannya. Mila membalikkan badan dan melangkah cepat meninggalkan dapur. "Aku mencintaimu, Mila. Aku tidak tahu sejak kapan rasa ini bertandang di hati," ucap Benni sebatas dalam hatinya. Dia tak punya nyali u
Dengan kecepatan penuh, Benni memacu sepeda motor menuju rumahnya. Rasa emosi sudah menguasai dirinya. Sebelumnya ..."Apa, ini bukan prank, kan?" tanya Benni santai meski sebenarnya terkejut ketika mendengar ibunya mengatakan jika Bella hamil. "Perkara seperti ini tidak bisa dibuat bercanda, Ben. Adikmu benar-benar hamil. Tanya kan saja pada Harsa tentang kebenaran itu," balas Bu Rani dengan wajah kecewa. Wajah Benni berubah menjadi tegang, dia yang duduk di samping Bella, meneh dan menatap adiknya dari samping. Benni beralih menatap ke arah Harsa yang juga sedang menghadap ke arahnya. Helaan napas Harsa terdengar begitu berat, seberat kepalanya yang harus mengangguk menjawan kebenaran kabar tentang Bella. Rasa amarah begitu saja tersulut di hati Benni, dia menatap tajam adik perempuan satu-satunya itu. "Siapa yang melakukannya?" tanya Benni pada Mila yang mulai terisak. "Pertanyaan seperti itu hanya tepat jika dia dirudapaks4. Kalimat pertanyaan yang benar untuknya ialah, den
Bab 24"Dirga!!!" Suara Benni yang begitu lantang, memecah keheningan. Jojo, Koko, Wawan dan Dirga yang sedang berdiri di dekat dapur terlonjak kaget. Mereka berempat lari keluar ke ruang depan. Melihat kedatangan keempat temannya, tanpa menunggu Benni langsung mendekati Dirga. Bug ... Bogem mentah langsung mendarat di pipi kiri Dirga, hingga membuatnya jatu tersungkur. Dengan keadaan terkejut, dia memekik kesakitan dan menatap bingung ke arah Benni. "Ada apa, kenapa datang-datang langsung main pukul?" tanya Koko panik dia menolong Dirga untuk berdiri. Dirga memegang pipi kiri lalu mengusap darah yang mengalir dari ujung bibirnya. Dia berdecih menahan rasa pening. "Beraninya, kamu ...! Aku sudah menganggapmu seperti saudaraku sendiri, tapi mengapa kamu merusak Bella!" Benni membentak Dirga lalu hendak memukul Dirga kembali. Akan tetapi Wawan dan Jojo menghalanginya. "Aku tidak merusaknya, adikmu sendiri yang menyerahkan dirinya padaku!" jawab Dirga dengan sorot mata mengejek.