36. Meminjam Kekuatan IblisSuhu seketika turun drastis, udara terasa begitu dingin menusuk ke dalam tulang. Suara desiran angin menambah kesan kengerian di malam itu.Aura iblis merembes keluar dari dalam tubuh seorang lelaki paruh baya yang menatap dua manusia, membuat suasana menjadi lebih mencekam."Sial, kekuatannya sangat besar... Lelaki tua ini sudah memberikan jiwanya pada iblis yang di pujanya," Dalam sekali lihat, Banyu Aji dapat dengan cepat mengenali aura yang menyelimuti tubuh dukun itu. "Aku sangat tersanjung kau dapat dengan cepat menyadarinya, akan tetapi itu tidak akan merubah semuanya," suara dukun itu menjadi lebih berat. Dukun itu berpindah tempat dalam hitungan detik, sebelum melesatkan serangan yang mengincar titik vital Banyu Aji. Banyu Aji merespon dengan melalukan gerakan meliuk-liuk dan salto ke belakang, guna menghilangkan serangan itu.Namun, nyatanya semua itu belum cukup karena dukun itu kembali melakukan serangkaian serangan lanjutan yang menyudutkan
37. Rencana Jaka Waruga Berita penyerangan yang di lakukan oleh Kerajaan Dataran Langit terhadap Kadipaten Seluma dengan cepat sampai ke dalam Keraton. Jaka Waruga yang mendengarnya jelas murka, dia merasa harga dirinya di injak-injak oleh para antek-antek Dataran Langit."Kurang ajar!!! Mereka ingin perang rupanya dengan Sungaisari, jika itu yang mereka inginkan maka akan aku berikan perang!!!" Jaka Waruga benar-benar tidak bisa menahan diri saat prajurit Dataran Langit masuk ke wilayahnya tanpa izin, apalagi dengan jumlah yang sangat besar."Mohon untuk menahan diri, Gusti Prabu. Informasi terakhir pula menyebutkan jika mereka semua berhasil di taklukkan berkat bantuan dari Partai Pengemis," saran Kalandia.Jaka Waruga menghela nafas dengan berat, dia jelas tidak begitu bodoh untuk menembakkan permusuhan antar kerajaan. Tindakannya barusan di lakukan agar dirinya memiliki wibawa dan kekuatan di depan bawahannya."Baiklah, tapi aku ingin kalian memastikan hal-hal seperti ini tidak l
38. Penolakan Surya Atlas"Akhirnya semua ini selesai," gumam Banyu Aji, lengkap dengan pedang berlumuran darah di cengkaraman tangan kanannya.Di hadapannya, tergelatak tubuh tak lagi berkepala. Sosok yang tidak lain adalah dukun yang telah tewas di kata pedang Banyu Aji.Banyu Aji menarik nafas dalam-dalam, ini adalah pertarungan terhebat yang pernah di jalaninya selama pengembaraan."Tuan, apakah anda baik-baik saja?" Tanya Arya Geni memecah keheningan malam itu, pasca tewasnya dukun itu."Aku baik-baik saja," Banyu Aji menyarungkan kembali pedangnya itu.Arya Geni tersenyum tipis, Arya Geni dapat bernafas lega saat kata-katanya barusan tidak menyinggung sosok Banyu Aji. Saat ini, di mata Arya Geni sosok Banyu Aji adalah sosok yang mengerikan, bagaimana bisa di usia yang masih demikian muda mampu merenggut nyawa dengan begitu santainya.Di sisi lain, Banyu Aji jelas sadar akan hal itu. Jauh sebelum berkelana, dia sudah di bekali dengan pengetahuan seputar dunia persilatan, salah sat
39. Penyesalan Ranagiri Setelah meninggal Desa Kayu Urip, Banyu Aji akhirnya memutuskan untuk ikut bersama dengan Arya Geni menuju Kuil Cahaya Kebenaran.Banyu Aji merasa dia perlu membangun koneksi dengan para biksu, apalagi dia mendengar jika para biksu itu memiliki kekuatan yang tinggi. Bahkan, salah satu dari biksu itu merupakan pendekar terkuat di aliran putih."Guru Sayuri Geni adalah salah satu yang terkuat... Hanya Ki Ranang Rupo yang mampu mengimbangi kekuatan guru ... " Arya Geni terus bercerita sepanjang perjalanan. Dia bahkan berbagai banyak teknik bertarung dengan Banyu Aji.Selama perjalanan itu, Banyu Aji dapat menyimpulkan jika para biksu itu awalnya belajar ilmu kanuragan hanya untuk melindungi kuil mereka dari ancaman, tetapi seiring berjalannya waktu para biksu berkembang menjadi kekuatan baru dunia persilatan selama ratusan tahun terakhir."Aku rasa tidak lama lagi dunia persilatan agar di gemparkan dengan kehadiranmu, saudaraku. Dengan kemampuan yang kau miliki,
40. Kondisi Kadipaten Wono Agung "Tidak berguna!!!" Jaka Waruga melemparkan dua kursi kayu ke arah dua prajurit utusannya yang baru memberikan laporannya.Saksa dan Awda hanya bisa menundukkan kepalanya, mereka jelas sadar jika pimpinannya ini tidak pernah ingin mendengar kata gagal."Jika mereka tidak ingin bergabung denganku, maka hanya ada satu pilihan terakhir, yaitu mereka harus hancur," ucap Jaka Waruga.Sementara Saksa dan Awda hanya bisa diam membisu dan menahan rasa takut yang menjalar di seluruh tubuh mereka."Apa kalian berdua mengerti?" Tanya Jaka Waruga.Saksa dan Awda hanya mengangguk saja, mereka tidak mengeluarkan sepatah katapun."Sekarang aku mempunyai tugas baru untuk kalian, berikan lontar ini kepada Ketua Tengkorak Iblis," Jaka Waruga melemparkan satu lontar itu.Saksa dan Awda tanpa banyak bertanya langsung memohon undur diri untuk segera menjalankan tugas yang di berikan oleh Jaka Waruga.Tidak berselang lama setelah itu, dua prajurit lainnya datang menghadap k
41. Bertemu Adipati Ranagiri Pasca kedatangan rombongan prajurit dari Kota Raja, para telik sandi yang di tugaskan berjaga di wilayah gerbang masuk kadipaten bergegas kembali ke kediaman Adipati, melaporkan tentang kedatangan prajurit dari Kota Raja yang berjumlah besar."Lapor, Adipati. 200 lebih pasukan dari Kota Raja sudah tiba di wilayah Kadipaten Wono Agung," ucap prajurit itu.Adipati menghela nafasnya dengan berat, dia jelas tidak terlalu terkejut dengan kedatangan pasukan dari Kota Raja, akan tetapi mendengar jumlah mereka, membuat tubuhnya tergetar."Mereka benar-benar datang dengan niat menghancurkanku dan Kadipaten Wono Agung ini," Ranagiri sekali lagi menyesali keputusan beberapa waktu silam. Namun, apa mau di kata semua sudah terjadi. Sekarang Ranagiri harus segera bersiap, tidak ada gunanya terus meratapi nasibnya."Ranta, aku tugaskan kau untuk mengumpulkan semua pasukan yang kita miliki ... " Perintah Ranagiri.Raut wajah prajurit bernama Ranta itu berubah seketika.
42. Kesepakatan Raut wajah Adipati Ranagiri berubah-ubah mendengar perkataan dari Banyu Aji, apalagi perkataan dari Banyu Aji menjelaskan tentang jumlah dari keseluruhan pasukan yang baru tiba dan berkemungkinan akan terus bertambah. Presentase untuk Ranagiri menang melawan mereka tentu sangat kecil sekali. Mengingat jumlah prajurit yang di milikinya tidak sebanding."Gusti Adipati, sebenernya apa yang telah terjadi? Mengapa ada prajurit kerajaan yang hendak menyerang Kadipaten Wono Agung?" Tanya Arya Geni.Ranagiri tampak ragu dan bimbang, dia tampak kesulitan dalam merangkai kata-kata agar tidak salah dalam berucap. Ranagiri membisu rentan waktu yang cukup lama."Kadipaten Wono Agung ... " Ranagiri menjelaskan jika Kadipaten Wono Agung sedang musim penceklik dan gagal panen, akan tetapi mereka tetap di tuntut untuk membayar upeti yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya, tanpa mempedulikan keadaan dan kondisi yang sedang mendera Kadipaten Wono Agung. Lebih parah lagi mereka harus m
43. Istana Kadipaten Wono Agung "Sekarang yang menjadi tugas utama kita adalah membangun jebakan untuk menyambut para prajurit itu." Perintah Banyu Aji kepada para prajurit itu.Para prajurit itu tanpa banyak bertanya bergegas mengerjakan apa yang di perintahkan oleh Banyu Aji. Mereka mulai menggali parit-parit dalam dan tidak lupa menyiapkan ranjau di dalam parit itu yang langsung akan merenggut nyawa siapapun yang terjebak di dalamnya.Selain itu, Banyu Aji juga membuat peta tempat para pemanah itu berdiri, guna memastikan mereka dalam posisi aman dari serangan dan incaran musuh nantinya.Dalam waktu singkat, parit besar dan puluhan pemanah sudah siap. Mereka sudah di posisi masing-masing, bersiap menyambut kedatangan dari prajurit utusan Keraton Sungaisari.Banyu Aji dan Arya Geni berdiri di samping Ranagiri di atas menara pengintai, guna memastikan pasukan musuh sudah di dalam jarak pantau.Ketika hari mulai berganti, salah satu prajurit berlari masuk ke dalam dan mengabarkan jik
81. Janayo Yang Tangguh Jurenggo menarik nafas panjang, dia jelas paling menyadari jika pertarungan dengan Janayo akan berjalan alot. Tidak ada jaminan untuk dirinya akan memenangkan pertarungan kali ini.Di tambah lagi, Jurenggo tidak mengetahui sekuat apa kemampuan yang di miliki Janayo saat ini."Sial, aku tidak memiliki gambaran seberapa kuat kemampuan yang di miliki oleh Janayo saat ini," umpat Jurenggo.Janayo tersenyum tipis, dia yang sudah lama menghilang dari dunia persilatan jelas akan membuat lawan tidak mengetahui batasan kekuatan yang di milikinya. Hal ini jelas menjadi suatu keuntungan untuknya di dalam pertarungan hidup mati seperti saat ini.Janayo mengalirkan tenaga dalam ke pedangnya, dalam satu tarikan nafas dia sudah berpindah tempat dan melesatkan serangan pembuka kepala Jurenggo.Jurenggo dengan cekatan menyilangkan pedangnya menangkis setiap serangan yang di buat oleh Janayo. Kecepatan hujan serangan yang di buat oleh Janayo masih mampu untuk di imbangi dan di
80. Jurenggo Vs Yudha Wardhana Banyu Aji langsung bergerak cepat menuju gerbang masuk desa Suba. Dia melompat ke bangunan paling tinggi, berusaha untuk melihat apa yang sebenernya terjadi, sehingga perseteruan antar para pendekar berhenti seketika.Banyu Aji dengan cepat dapat menyimpulkan jika perseteruan itu terhenti karena kedatangan sekelompok pendekar yang menggunakan jubah yang sama."Jubah itu milik Tengkorak Iblis, jadi mereka benar-benar ingin menghapus Harimau Putih dengan menggerakkan para pendekar yang mereka miliki sebanyak ini," gumam Banyu Aji.Banyu Aji memilih untuk menjadi penonton, dia tidak ingin terlibat terlalu dalam pada konflik yang sedang terjadi di bawah sana, tentu karena dia tidak tahu apa yang menjadi penyebab terjadinya pertempuran besar itu.***Yudha Wardhana tersenyum tipis, dia tidak ingin meladeni basa-basi Jurenggo lebih jauh, Yudha Wardhana mengalirkan tenaga dalam ke pedangnya, sebelum berpindah tempat ke hadapan Jurenggo.Tebasan dan tusukan ped
79. Tengkorak Iblis Vs Dunia Persilatan Yudha Wardhana dengan cepat dapat melihat kedatangan kelompok Tengkorak Iblis. Dia tersenyum tipis, sejauh ini rencana mereka berjalan dengan baik. Kedatangan pendekat Tengkorak Iblis sesuai dengan perkiraan, tepat ketika suasana desa Suba sedang sangat kacau.Bersama dengan itu pula, Yudha Wardhana memberikan kode kepada rekannya untuk segera memberitahu anggota yang lain, guna melakukan rencana selajutnya. Yaitu, menyebarkan kepada dunia persilatan jika Tengkorak Iblis menggerakkan banyak pendekar untuk menjarah semua hasil lelang yang di adakan Perguruan Harimau Putih."Gusma, jika semua rencanamu berjalan lancar, maka bersiaplah Tengkorak Iblis akan mengalami masalah besar dan dunia persilatan akan melihat Harimau Putih sebagai perguruan besar," gumam Yudha Wardhana.Sementara itu, di desa Suba pertarungan sudah benar-benar pecah. Jurenggo yang baru tiba di buat naik pitam saat salah satu anggotanya membawa berita jika Gelato yang menjadi u
78. Pertempuran di Desa Suba IV"Mundurlah sedikit, tapi jangan terlalu jauh. Karena akan ada bahaya lain yang mengincar dirimu nanti," ucap Banyu Aji sambil bersiap dengan kuda-kuda tarungnya Banyu Aji menarik pedangnya, bergegas menangkis setiap serangan yang di lakukan oleh Lapan. Banyu Aji bukan hanya bertahan, dia juga berbalik menyerang Lapan, bahkan dalam waktu singkat Banyu Aji mendominasi serangan.Lapan tentu tidak terlalu terkejut, mengingat latar belakang Banyu Aji yang merupakan pendekar Perguruan Tirta Kencana tidak mungkin memiliki kemampuan rendahan.Lapan sejak awal pertarungan di mulai langsung menggunakan kemampuan terbaiknya dan berusaha mengakhiri pertarungan dengan singkat. Namun tampaknya hal itu sulit terjadi, karena Banyu Aji bukanlah lawan yang mudah."Kau membuatku kagum, tidak banyak pendekar muda yang memiliki kemampuan seperti dirimu. Tapi sayang, aku harus menghabisimu hari ini... " Kata Lapan.Banyu Aji tertawa dengan pelan, dia tidak ingin terlalu lam
77. Pertempuran Di Desa Suba IIITubuh Rana Jelina berkeringat dingin dan bergetar dengan hebat. Perkataan dari Lapan terngiang-ngiang di kepalanya. Dia jelas tidak pernah rela jika harus mati, akan tetapi lebih tidak rela lagi harus menyerahkan kehormatannya kepada lelaki jelek seperti Lapan.Rana Jelina menarik pedangnya, sekalipun tangannya gemetar dengan hebatnya."Haha, kau ingin memberikan perlawanan? Percuma saja, karena semua itu akan sia-sia... " Ejek Lapan dengan menjilati bibirnya bersiap menerkam Rana Jelina. Di kepalanya jelas sudah tergambar apa yang akan di lewati bersama Rana Jelina.Tubuh Rana Jelina semakin berkeringat dingin. Rasa takut jelas menyelimuti tubuhnya dan hatinya. Tidak pernah terbayangkan jika dia akan mengalami nasib sesial ini, jika saja dia tahu akan berada di posisi seperti saat ini, mungkin dia tidak akan berpikir untuk datang ke desa Suba atau mungkin pula dia akan meminta beberapa orang tetua yang memiliki kekuatan tinggi untuk menjadi pengawalny
76. Pertempuran di Desa Suba IIIRana Jelina yang baru saja keluar dari penginapan tentu merasa sangat terkejut dengan kejadian di desa Suba. Sungguh dia tidak pernah menduga jika sedang terjadi kericuhan hampir di seluruh desa ini."Tetua, apa yang sedang terjadi di desa ini? Di mana para pendekar Harimau Putih? Kenapa tidak ada yang berusaha melerai pertarungan ini?" Tanya Rana Jelina dengan cemas.Tetua itu sama halnya seperti Rana Jelina. Dia pun merasa cukup terkejut melihat situasi di desa Suba. Bahkan dia menemukan beberapa prajuritnya sedang meregang nyawa dengan mengenaskan. Kondisi desa Suba sudah tidak ubahnya seperti area pertempuran. Bangun-bangunan rumah penduduk sudah jebol dan beberapa pula sudah ambruk. "Pendekar Perguruan Cakra Dewa, sepertinya kalian memiliki barang-barang berharga," kata salah seorang dari pendekar yang menggunakan jubah berwarna hitam itu bercorak kepala gagak itu."Lapan, Tetua tertinggi Perguruan Gagak Hitam. Apa maksud perkataanmu itu!!!" Cer
75.Pertempuran Di Desa Suba IISuasana di seluruh penjuru desa benar-benar kacau. Bau anyir darah dengan cepat memenuhi di seluruh penjuru desa. Hampir di setiap tempat terdengar bunyi dua pedang beradu dan teriakan atau jeritan kesakitan dan kematian yang menyayat hati.Desa Suba yang sebelumnya sangat nyaman, sekarang tidak ubahnya lautan mayat manusia yang terus-menerus melakukan pertarungan, sampai mereka mendapatkan apa yang menjadi incarannya itu."Jurang Neraka akan selalu mengingat apa yang sudah kau lakukan Prayogo. Perguruan Bukit Bintang akan merasakan akibat dari kesombonganmu ini," kata Jenata yang murka, karena setengah murid yang di bawahnya meregang nyawa. Yups, mereka semua tewas dalam pertarungan dengan kelompok Prayogo. Satu yang menjadi kesalahan dari Jenata, dia terlalu percaya diri dengan pasukan yang di bawahnya dan nama besar Jurang Neraka sudah lebih dari cukup untuk membungkam banyak lawannya."Aku tidak terlalu peduli, Jenata. Apa kau pikir Jurang Neraka aka
74. Pertempuran Di Desa Suba "Gusma, jika rencana yang kau susun ini berhasil maka Perguruan Tengkorak Iblis akan mendapatkan banyak tamu penting yang mengetuk perguruan mereka setelah ini bukan?" Kata Jaya Wardhana bernada tanya kepada pemuda itu."Benar, Ketua. Para pendekar Tengkorak Iblis sangat terkenal serakah dan arogan, mereka yang berada di bawah lindungan keraton jelas merasa tinggi. Sampai lupa jika keraton bukan ancaman bagi perguruan-perguruan besar persilatan ini," jawab Gusma, tanpa melepas senyum di wajahnya.Gusma Wardhana adalah salah seorang tetua termuda yang di miliki oleh Perguruan Harimau Putih. Namanya mungkin tidak seterkenal Yudha Wardhana di dunia persilatan, karena memang kemampuan utamanya bukan terletak pada ilmu kanuragan dan silatnya, akan tetapi pada kemampuannya dalam meramu siasat, taktik dan strategi untuk menaklukkan lawannya, tanpa harus menguras stamina dan tenaga dalam yang besar.Berkembangnya Perguruan Harimau Putih tentu berkat andil dari Gu
73. Rencana Perguruan Harimau Putih Banyu Aji yang masih berada di desa suba tentu melihat pertarungan antara Ki Ciung Alam dengan Gelato.Dari percakapan keduanya, Banyu Aji dapat menarik kesimpulannya jika Ki Ciung Alam dan Perguruan Pedang Tunggal menaruh rasa benci kepada pemerintahan keraton saat ini. Akan tetapi, dia tentu tidak ingin terlalu cepat menarik kesimpulan karena jika melakukan kesalahan fatal maka semua rencana yang di susunnya akan menjadi sia-sia."Perguruan Pedang Tunggal, sepertinya aku harus berkunjung ke sana. Barulah bisa ku putuskan apakah mereka bisa menjadi sekutu atau tidak nantinya," guman Banyu Aji.Banyu Aji turut menyaksikan pertarungan antara Gelato dan Ki Ciung Alam, dalam beberapa kali pertukaran jurus saja Banyu Aji sudah dapat menebak jika Ki Ciung Alam menang dalam segala hal, akan tetapi lebih kepada menahan diri agar tidak terlalu menarik perhatian para pendekar lainnya.Benar saja, pertarungan di antara mereka di menangkan dengan mudah oleh K