40. Kondisi Kadipaten Wono Agung "Tidak berguna!!!" Jaka Waruga melemparkan dua kursi kayu ke arah dua prajurit utusannya yang baru memberikan laporannya.Saksa dan Awda hanya bisa menundukkan kepalanya, mereka jelas sadar jika pimpinannya ini tidak pernah ingin mendengar kata gagal."Jika mereka tidak ingin bergabung denganku, maka hanya ada satu pilihan terakhir, yaitu mereka harus hancur," ucap Jaka Waruga.Sementara Saksa dan Awda hanya bisa diam membisu dan menahan rasa takut yang menjalar di seluruh tubuh mereka."Apa kalian berdua mengerti?" Tanya Jaka Waruga.Saksa dan Awda hanya mengangguk saja, mereka tidak mengeluarkan sepatah katapun."Sekarang aku mempunyai tugas baru untuk kalian, berikan lontar ini kepada Ketua Tengkorak Iblis," Jaka Waruga melemparkan satu lontar itu.Saksa dan Awda tanpa banyak bertanya langsung memohon undur diri untuk segera menjalankan tugas yang di berikan oleh Jaka Waruga.Tidak berselang lama setelah itu, dua prajurit lainnya datang menghadap k
41. Bertemu Adipati Ranagiri Pasca kedatangan rombongan prajurit dari Kota Raja, para telik sandi yang di tugaskan berjaga di wilayah gerbang masuk kadipaten bergegas kembali ke kediaman Adipati, melaporkan tentang kedatangan prajurit dari Kota Raja yang berjumlah besar."Lapor, Adipati. 200 lebih pasukan dari Kota Raja sudah tiba di wilayah Kadipaten Wono Agung," ucap prajurit itu.Adipati menghela nafasnya dengan berat, dia jelas tidak terlalu terkejut dengan kedatangan pasukan dari Kota Raja, akan tetapi mendengar jumlah mereka, membuat tubuhnya tergetar."Mereka benar-benar datang dengan niat menghancurkanku dan Kadipaten Wono Agung ini," Ranagiri sekali lagi menyesali keputusan beberapa waktu silam. Namun, apa mau di kata semua sudah terjadi. Sekarang Ranagiri harus segera bersiap, tidak ada gunanya terus meratapi nasibnya."Ranta, aku tugaskan kau untuk mengumpulkan semua pasukan yang kita miliki ... " Perintah Ranagiri.Raut wajah prajurit bernama Ranta itu berubah seketika.
42. Kesepakatan Raut wajah Adipati Ranagiri berubah-ubah mendengar perkataan dari Banyu Aji, apalagi perkataan dari Banyu Aji menjelaskan tentang jumlah dari keseluruhan pasukan yang baru tiba dan berkemungkinan akan terus bertambah. Presentase untuk Ranagiri menang melawan mereka tentu sangat kecil sekali. Mengingat jumlah prajurit yang di milikinya tidak sebanding."Gusti Adipati, sebenernya apa yang telah terjadi? Mengapa ada prajurit kerajaan yang hendak menyerang Kadipaten Wono Agung?" Tanya Arya Geni.Ranagiri tampak ragu dan bimbang, dia tampak kesulitan dalam merangkai kata-kata agar tidak salah dalam berucap. Ranagiri membisu rentan waktu yang cukup lama."Kadipaten Wono Agung ... " Ranagiri menjelaskan jika Kadipaten Wono Agung sedang musim penceklik dan gagal panen, akan tetapi mereka tetap di tuntut untuk membayar upeti yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya, tanpa mempedulikan keadaan dan kondisi yang sedang mendera Kadipaten Wono Agung. Lebih parah lagi mereka harus m
43. Istana Kadipaten Wono Agung "Sekarang yang menjadi tugas utama kita adalah membangun jebakan untuk menyambut para prajurit itu." Perintah Banyu Aji kepada para prajurit itu.Para prajurit itu tanpa banyak bertanya bergegas mengerjakan apa yang di perintahkan oleh Banyu Aji. Mereka mulai menggali parit-parit dalam dan tidak lupa menyiapkan ranjau di dalam parit itu yang langsung akan merenggut nyawa siapapun yang terjebak di dalamnya.Selain itu, Banyu Aji juga membuat peta tempat para pemanah itu berdiri, guna memastikan mereka dalam posisi aman dari serangan dan incaran musuh nantinya.Dalam waktu singkat, parit besar dan puluhan pemanah sudah siap. Mereka sudah di posisi masing-masing, bersiap menyambut kedatangan dari prajurit utusan Keraton Sungaisari.Banyu Aji dan Arya Geni berdiri di samping Ranagiri di atas menara pengintai, guna memastikan pasukan musuh sudah di dalam jarak pantau.Ketika hari mulai berganti, salah satu prajurit berlari masuk ke dalam dan mengabarkan jik
44. Istana Kadipaten Wono Agung IIPedang milik Gadam itu sudah menghancurkan banyak bangunan, akan tetapi tidak sekalipun tebasan yang di buat oleh Gadam mengenai Banyu Aji.Gadam semakin di buat frustasi, nafasnya mulai memburu, akan tetapi semua yang sudah dilakukannya tidak menghasilkan apapun."Apakah kau sudah selesai?" Ucap Banyu Aji yang masih terlihat santai dengan kuda-kuda tarungnya itu."Kurang ajar, kau benar-benar harus di beri pelajaran!!!" Gadam kembali menderu tubuhnya ke depan. Sekilas mata, Gadam sudah melakukan serangan tebasan yang mencercar Banyu Aji.Berbeda dari sebelumnya, Banyu Aji kali ini tidak hanya menghindar, akan tetapi juga melakukan serangan balasan.Matanya yang tajam dan jeli mampu membaca arah pergerakan yang di lakukan oleh Gadam."Tendangan Air Mengalir"BughhhTendangannya keras itu kembali menghantam tepat di bagian ulu hati dan membuat Gadam menjerit kesakitan.Tidak berhenti di satu serangan, Banyu Aji kembali menggunakan jurus yang sama, aka
45. Istana Kadipaten Wono Agung IIIJauh sebelum menjadi seorang Adipati Kadipaten Wono Agung, Ranagiri adalah seorang pendekar pengelana dan memiliki kemampuan bertarung yang cukup baik. Dia bahkan dahulu cukup di segani oleh para pendekar di generasi yang sama.Berbekal kemampuannya, Ranagiri akhirnya mendapatkan kesempatan menjadi salah satu Senopati Anom di Kerajaan Sungaisari di bawah pimpinan Barmu Panuraga, ayah dari Galih Panuraga.Ranagiri menghabiskan waktu yang tidak sebentar menjadi Senopati Anom, barulah setelah peperangan besar kala itu, dia dia anugerahi sebuah kadipaten untuk dia pimpin. Penyesalan terbesar di dalam diri Ranagiri adalah diam dan memilih tidak terlibat dalam konflik yang terjadi di Kota Raja, sampai menewaskan Galih Panuraga dan naik tahtanya Jaka Waruga.Ranagiri kala itu merasa dia tidak memiliki hak untuk ikut campur dengan konflik yang terjadi di keraton, apalagi melibatkan keluarga raja itu sendiri. Namun, jika dia tahu pemerintahan yang di pimpin
46. Kuil Cahaya Kebenaran Kekalahan yang di alami oleh Sauda tentu sudah menjadi awal dari kekalahan para pasukan Keraton Sungaisari dari pasukan kadipaten Wono Agung.Dua orang panglima yang di bawah oleh Sauda pun ikut menyusul takluk dan dalam keadaan yang mengenaskan, sama halnya dengan Sauda.Ketiga orang yang menjadi pemimpin pasukan itu langsung di ringkus dan di bawah menuju penjara bawah tanah. Tentu, sebelum itu, Banyu Aji sudah melenyapkan urat-urat nadi yang menjadi penghubung tenaga dalam dan menghancurkan pusaran energi yang berpusat di bawah pusat itu. Artinya tiga orang itu saat ini tidak lebih dari manusia pada umum.Selain ketiga pemimpin tersebut, sisa prajurit yang masih bernyawa juga ikut di jebloskan ke dalam penjara. Mereka yang gugur dalam pertempuran di kumpulkan untuk kemudian akan di bakar secara masal sebagai bentuk simbol perlawanan dari Kadipaten Wono Agung terhadap keraton yang sudah semena-mena.Proses pembakaran berjalan dengan cepat, 100 orang lebih
47. Kekuatan Lain Pedang Naga IblisNama Sarwana Geni begitu di segani di dunia persilatan, apalagi sepak terjangnya semakin di kenal ketika dia melakukan pengembaraan membasmi Angkara Murka di tanah Java Dwipa.Tidak sedikit yang menyandingkan dirinya dengan para jagoan-jagoan nomor satu perguruan-perguruan silat saat ini, bahkan kabar burung mengatakan jika hanya Sayuri Geni yang memiliki kekuatan untuk membuatnya tunduk.Sarwana Geni juga di sebutkan akan menjadi pewaris kekuatan utama Sayuri Geni, bahkan dia di yakini akan menjadi pendekar pengganti setelah Sayuri Geni menarik diri."Hal penting apa yang hendak kau sampaikan Arya?" Tanya Sarwana."Guru ... " Arya Geni menjelaskan semuanya secara detail. Mulai dari pertemuannya secara tidak sengaja dengan Banyu Aji, sekaligus sosok itu pula yang sudah menyelamatkan nyawanya dari kematian. Arya Geni pula menceritakan tentang kejadian di Kadipaten Wono Agung dan tentang dia yang mengatakan jika Kadipaten Wono Agung sudah berada di ba
81. Janayo Yang Tangguh Jurenggo menarik nafas panjang, dia jelas paling menyadari jika pertarungan dengan Janayo akan berjalan alot. Tidak ada jaminan untuk dirinya akan memenangkan pertarungan kali ini.Di tambah lagi, Jurenggo tidak mengetahui sekuat apa kemampuan yang di miliki Janayo saat ini."Sial, aku tidak memiliki gambaran seberapa kuat kemampuan yang di miliki oleh Janayo saat ini," umpat Jurenggo.Janayo tersenyum tipis, dia yang sudah lama menghilang dari dunia persilatan jelas akan membuat lawan tidak mengetahui batasan kekuatan yang di milikinya. Hal ini jelas menjadi suatu keuntungan untuknya di dalam pertarungan hidup mati seperti saat ini.Janayo mengalirkan tenaga dalam ke pedangnya, dalam satu tarikan nafas dia sudah berpindah tempat dan melesatkan serangan pembuka kepala Jurenggo.Jurenggo dengan cekatan menyilangkan pedangnya menangkis setiap serangan yang di buat oleh Janayo. Kecepatan hujan serangan yang di buat oleh Janayo masih mampu untuk di imbangi dan di
80. Jurenggo Vs Yudha Wardhana Banyu Aji langsung bergerak cepat menuju gerbang masuk desa Suba. Dia melompat ke bangunan paling tinggi, berusaha untuk melihat apa yang sebenernya terjadi, sehingga perseteruan antar para pendekar berhenti seketika.Banyu Aji dengan cepat dapat menyimpulkan jika perseteruan itu terhenti karena kedatangan sekelompok pendekar yang menggunakan jubah yang sama."Jubah itu milik Tengkorak Iblis, jadi mereka benar-benar ingin menghapus Harimau Putih dengan menggerakkan para pendekar yang mereka miliki sebanyak ini," gumam Banyu Aji.Banyu Aji memilih untuk menjadi penonton, dia tidak ingin terlibat terlalu dalam pada konflik yang sedang terjadi di bawah sana, tentu karena dia tidak tahu apa yang menjadi penyebab terjadinya pertempuran besar itu.***Yudha Wardhana tersenyum tipis, dia tidak ingin meladeni basa-basi Jurenggo lebih jauh, Yudha Wardhana mengalirkan tenaga dalam ke pedangnya, sebelum berpindah tempat ke hadapan Jurenggo.Tebasan dan tusukan ped
79. Tengkorak Iblis Vs Dunia Persilatan Yudha Wardhana dengan cepat dapat melihat kedatangan kelompok Tengkorak Iblis. Dia tersenyum tipis, sejauh ini rencana mereka berjalan dengan baik. Kedatangan pendekat Tengkorak Iblis sesuai dengan perkiraan, tepat ketika suasana desa Suba sedang sangat kacau.Bersama dengan itu pula, Yudha Wardhana memberikan kode kepada rekannya untuk segera memberitahu anggota yang lain, guna melakukan rencana selajutnya. Yaitu, menyebarkan kepada dunia persilatan jika Tengkorak Iblis menggerakkan banyak pendekar untuk menjarah semua hasil lelang yang di adakan Perguruan Harimau Putih."Gusma, jika semua rencanamu berjalan lancar, maka bersiaplah Tengkorak Iblis akan mengalami masalah besar dan dunia persilatan akan melihat Harimau Putih sebagai perguruan besar," gumam Yudha Wardhana.Sementara itu, di desa Suba pertarungan sudah benar-benar pecah. Jurenggo yang baru tiba di buat naik pitam saat salah satu anggotanya membawa berita jika Gelato yang menjadi u
78. Pertempuran di Desa Suba IV"Mundurlah sedikit, tapi jangan terlalu jauh. Karena akan ada bahaya lain yang mengincar dirimu nanti," ucap Banyu Aji sambil bersiap dengan kuda-kuda tarungnya Banyu Aji menarik pedangnya, bergegas menangkis setiap serangan yang di lakukan oleh Lapan. Banyu Aji bukan hanya bertahan, dia juga berbalik menyerang Lapan, bahkan dalam waktu singkat Banyu Aji mendominasi serangan.Lapan tentu tidak terlalu terkejut, mengingat latar belakang Banyu Aji yang merupakan pendekar Perguruan Tirta Kencana tidak mungkin memiliki kemampuan rendahan.Lapan sejak awal pertarungan di mulai langsung menggunakan kemampuan terbaiknya dan berusaha mengakhiri pertarungan dengan singkat. Namun tampaknya hal itu sulit terjadi, karena Banyu Aji bukanlah lawan yang mudah."Kau membuatku kagum, tidak banyak pendekar muda yang memiliki kemampuan seperti dirimu. Tapi sayang, aku harus menghabisimu hari ini... " Kata Lapan.Banyu Aji tertawa dengan pelan, dia tidak ingin terlalu lam
77. Pertempuran Di Desa Suba IIITubuh Rana Jelina berkeringat dingin dan bergetar dengan hebat. Perkataan dari Lapan terngiang-ngiang di kepalanya. Dia jelas tidak pernah rela jika harus mati, akan tetapi lebih tidak rela lagi harus menyerahkan kehormatannya kepada lelaki jelek seperti Lapan.Rana Jelina menarik pedangnya, sekalipun tangannya gemetar dengan hebatnya."Haha, kau ingin memberikan perlawanan? Percuma saja, karena semua itu akan sia-sia... " Ejek Lapan dengan menjilati bibirnya bersiap menerkam Rana Jelina. Di kepalanya jelas sudah tergambar apa yang akan di lewati bersama Rana Jelina.Tubuh Rana Jelina semakin berkeringat dingin. Rasa takut jelas menyelimuti tubuhnya dan hatinya. Tidak pernah terbayangkan jika dia akan mengalami nasib sesial ini, jika saja dia tahu akan berada di posisi seperti saat ini, mungkin dia tidak akan berpikir untuk datang ke desa Suba atau mungkin pula dia akan meminta beberapa orang tetua yang memiliki kekuatan tinggi untuk menjadi pengawalny
76. Pertempuran di Desa Suba IIIRana Jelina yang baru saja keluar dari penginapan tentu merasa sangat terkejut dengan kejadian di desa Suba. Sungguh dia tidak pernah menduga jika sedang terjadi kericuhan hampir di seluruh desa ini."Tetua, apa yang sedang terjadi di desa ini? Di mana para pendekar Harimau Putih? Kenapa tidak ada yang berusaha melerai pertarungan ini?" Tanya Rana Jelina dengan cemas.Tetua itu sama halnya seperti Rana Jelina. Dia pun merasa cukup terkejut melihat situasi di desa Suba. Bahkan dia menemukan beberapa prajuritnya sedang meregang nyawa dengan mengenaskan. Kondisi desa Suba sudah tidak ubahnya seperti area pertempuran. Bangun-bangunan rumah penduduk sudah jebol dan beberapa pula sudah ambruk. "Pendekar Perguruan Cakra Dewa, sepertinya kalian memiliki barang-barang berharga," kata salah seorang dari pendekar yang menggunakan jubah berwarna hitam itu bercorak kepala gagak itu."Lapan, Tetua tertinggi Perguruan Gagak Hitam. Apa maksud perkataanmu itu!!!" Cer
75.Pertempuran Di Desa Suba IISuasana di seluruh penjuru desa benar-benar kacau. Bau anyir darah dengan cepat memenuhi di seluruh penjuru desa. Hampir di setiap tempat terdengar bunyi dua pedang beradu dan teriakan atau jeritan kesakitan dan kematian yang menyayat hati.Desa Suba yang sebelumnya sangat nyaman, sekarang tidak ubahnya lautan mayat manusia yang terus-menerus melakukan pertarungan, sampai mereka mendapatkan apa yang menjadi incarannya itu."Jurang Neraka akan selalu mengingat apa yang sudah kau lakukan Prayogo. Perguruan Bukit Bintang akan merasakan akibat dari kesombonganmu ini," kata Jenata yang murka, karena setengah murid yang di bawahnya meregang nyawa. Yups, mereka semua tewas dalam pertarungan dengan kelompok Prayogo. Satu yang menjadi kesalahan dari Jenata, dia terlalu percaya diri dengan pasukan yang di bawahnya dan nama besar Jurang Neraka sudah lebih dari cukup untuk membungkam banyak lawannya."Aku tidak terlalu peduli, Jenata. Apa kau pikir Jurang Neraka aka
74. Pertempuran Di Desa Suba "Gusma, jika rencana yang kau susun ini berhasil maka Perguruan Tengkorak Iblis akan mendapatkan banyak tamu penting yang mengetuk perguruan mereka setelah ini bukan?" Kata Jaya Wardhana bernada tanya kepada pemuda itu."Benar, Ketua. Para pendekar Tengkorak Iblis sangat terkenal serakah dan arogan, mereka yang berada di bawah lindungan keraton jelas merasa tinggi. Sampai lupa jika keraton bukan ancaman bagi perguruan-perguruan besar persilatan ini," jawab Gusma, tanpa melepas senyum di wajahnya.Gusma Wardhana adalah salah seorang tetua termuda yang di miliki oleh Perguruan Harimau Putih. Namanya mungkin tidak seterkenal Yudha Wardhana di dunia persilatan, karena memang kemampuan utamanya bukan terletak pada ilmu kanuragan dan silatnya, akan tetapi pada kemampuannya dalam meramu siasat, taktik dan strategi untuk menaklukkan lawannya, tanpa harus menguras stamina dan tenaga dalam yang besar.Berkembangnya Perguruan Harimau Putih tentu berkat andil dari Gu
73. Rencana Perguruan Harimau Putih Banyu Aji yang masih berada di desa suba tentu melihat pertarungan antara Ki Ciung Alam dengan Gelato.Dari percakapan keduanya, Banyu Aji dapat menarik kesimpulannya jika Ki Ciung Alam dan Perguruan Pedang Tunggal menaruh rasa benci kepada pemerintahan keraton saat ini. Akan tetapi, dia tentu tidak ingin terlalu cepat menarik kesimpulan karena jika melakukan kesalahan fatal maka semua rencana yang di susunnya akan menjadi sia-sia."Perguruan Pedang Tunggal, sepertinya aku harus berkunjung ke sana. Barulah bisa ku putuskan apakah mereka bisa menjadi sekutu atau tidak nantinya," guman Banyu Aji.Banyu Aji turut menyaksikan pertarungan antara Gelato dan Ki Ciung Alam, dalam beberapa kali pertukaran jurus saja Banyu Aji sudah dapat menebak jika Ki Ciung Alam menang dalam segala hal, akan tetapi lebih kepada menahan diri agar tidak terlalu menarik perhatian para pendekar lainnya.Benar saja, pertarungan di antara mereka di menangkan dengan mudah oleh K