Anoman tersenyum kecil melihat keakraban dua anak Batara Geni meskipun berbeda ibu tersebut. "Menarik," ucapnya dalam hati. Dia pun segera mengumumkan kepada semua penonton di gelanggang tersebut bahwa pemenang di duel itu dimenangkan oleh Raksa Geni, juara bertahan Probo Lintang saat ini. Setelah dua anak Batara Geni itu kembali ke tempat mereka dan mendapat perawatan dari para tabib dibawah pengawasan Dewi Chang Yun, Anoman pun mempersilahkan para peserta bernomor 3 untuk naik ke atas arena. Hua Tian Geni berdiri. Semua menatap kearahnya dan menanti, siapa yang akan berdiri lagi. Namun sampai Hua Tian pergi menuju ke arena, belum ada satu pun anak Batara Geni yang bangkit berdiri. Barulah setelah terdengar saling bisik dari mereka, sosok yang membuat Bara dan Gandi sama-sama mengepalkan tinju itu berdiri sambil sedekap tangan. Terlihat sangat santai. Sosok berpakaian kuning berambut kuning itu melompat di udara dan menghilang. Saat muncul kembali, dia sudah berada di atas pang
Hua Tian yang tak menyangka serangan kedua Kojiro begitu cepat hanya bisa mengandalkan pelindung petir miliknya untuk menahan serangan tinju pria berambut kuning tersebut. Blaaar!Terdengar ledakan petir yang menggelegar saat tinju Kojiro dengan kekuatan petir kuning miliknya menghantam pelindung petir milik Hua Tian dengan kerasnya. Tubuh pria itu langsung terpental ke belakang dengan deras. Darah muncrat dari mulutnya pertanda dia sudah terluka dalam."Sial...!" umpat Hua Tian sambil menahan tubuhnya menggunakan pedang Api Biru yan dia tancapkan di lantai arena agar tidak terus terdorong ke belakang. Sraaak!Melihat pedang itu mampu menembus lantai arena, kedua mata Kojiro Geni langsung menyipit."Saat tinju Sukma Geni menghantam lantai itu, tak ada jejak kehancuran sama sekali. Aku pikir lantai ini sangat kuat. Apakah itu berarti pedang di tangan begundal ini lebih kuat dari yang aku duga?" batin Kojiro sambil terus menatap kearah Hua Tian yang akhirnya berhenti terdorong setelah
Semua orang menatap kearah arena dimana telah terjadi sesuatu yang sangat cepat yang tak terlihat oleh mata. Kojiro telah menyerang Hua Tian dengan kecepatan luar biasa mengerikan. Serangan tersebut tak mampu ditangkis oleh putra Dewi Song Hua sehingga dengan mudah Pedang Kusanagi menebas tubuh kakak Song Yue tersebut.Hua Tian masih terdiam terpaku di tempatnya sementara di tribun telah ramai teriakan histeris Sua Ning adiknya. Setelah beberapa saat, Hua Tian pun tumbang. Dan yang membuat ngeri adalah, tubuh pria tersebut terbelah dari bahu kanan hingga ke perut sebelah kiri.Brugh!Suara tubuh Hua Tian yang jatuh dengan tubuh terpotong menjadi dua membuat semua orang berseru ngeri. Jaka Geni yang melihat itu benar-benar terkejut."Bagaimana aku bisa tidak melihat takdir dia...?" batin Jaka Geni sambil bangkit berdiri.Semua orang terlihat panik. Sementara Dewi Song Hua nampak terdiam dengan mata menatap nanar kearah Kojiro. Begitu juga dengan Lian Xie dan beberapa orang lainnya. Mer
Gandi terkejut mendengar teriakan keras Bara Sena yang tepat di telinga sebelah kirinya. Dia menoleh dan memaki panjang pendek kepada Pendekar Golok Iblis tersebut. Setelah sempat melirik dan tersenyum kearah Kahiyang Dewi, pemuda itu pun melompat di udara dan langsung menerjang kearah langit dimana Pedang Es berukuran raksasa tengah melayang turun ke bawah. Sementara, Bara berusaha untuk membujuk Lian Xie untuk menghentikan Pedang tersebut. Akan tetapi bujukan nya tidak mempan sama sekali. "Lian Xie, jika kau terus melakukan ini, banyak orang yang akan berjatuhan. Itu artinya kau akan menjadi seorang penjahat besar di dunia ini. Hentikan sekarang atau aku akan mencium dirimu." kata Bara Seliarang sudah kehabisan akal. Xue Ruo dan Kahiyang Dewi sama-sama terkejut mendengar apa yang Bara Sena katakan. "Hei! Apakah kau akan merebut dia dari Cakara yang sudah menemanimu sejak lama!?” seru Kahiyang Dewi. Lian Xie yang mendengar dirinya akan dicium oleh Bara Sena seketika menghentik
Jaka Geni tak mempedulikan Kojiro yang berlutut sambil mengerang kesakitan. Perhatiannya terpusat pada tubuh Hua Tian yang terbelah menjadi dua dari bahu kanan menyilang ke perut sebelah kiri.Iyana Tunggadewi alias Dewi Kematian langsung mendekat tanpa menunggu aba-aba dari Batara Geni. Kedua mata wanita berparas ayu itu terpejam dengan kedua telapak tangan menyatu didepan dada."Jiwanya masih ada disini. Untungnya Pedang Kusanagi tidak menyegel jiwa Hua Tian." kata Iyana."Baguslah. Kalau begitu, kita bisa mengembalikannya lagi ke dunia ini." kata Jaka Geni.Matanya melirik kearah Kojiro yang tengah terikat kedua tangannya oleh rantai petir merah yang tentu saja sangat menyiksa. Dewi Amaterasu yang tahu hal itu segera mendekat dan memohon kepada Jaka Geni untuk melepaskan putranya."Kakang, tolong lepaskan dia...Dia memang suka kurang ajar dan tidak patuh. Tapi aku yakin, dia tidak berniat membunuh Hua Tian!" kata Dewi Amaterasu.Batara Geni memejamkan matanya. Senyum tipis mengemba
Setelah usaha yang dilakukan oleh Jaka Geni dan istrinya Iyana Tungadewi, akhirnya Hua Tian Geni, anak pertama dari Dewi Song Hua berhasil bangkit kembali dari kematian. Pemuda itu tak menyangka sama sekali dia akan hidup kembali setelah jiwanya sempat diseret oleh Dua Pengawal seram dari Dunia Kematian."Ayah...Ibu Iyana..." lirih Hua Tian dengan mata berkaca-kaca menatap kedua orang yang telah menyelamatkan dirinya tersebut. Lalu tatapan matanya tertuju pada Dewi Song Hua dan kedua adiknya yang telah berada di sana. Mereka berempat pun saling berpelukan. Song Yue yang awalnya masih belum akrab dengan sang kakak akhirnya baru menyadari perasaan kehilangan sehingga dia pun tanpa ragu memeluk kakaknya yang baru bangkit dari kematian tersebut."Beruntung Batara Geni menyelamatkan nyawamu nak..." ucap Dewi Song Hua.Hua Tian mengangguk dan tersenyum kearah ibunya. Orang yang paling dia hormati di dunia ini."Aku kalah bu...Kojiro terlalu kuat." ucapnya dengan nada lesu."Tak masalah. Kau
Bara Sena dan Gandi sama-sama duduk di tempatnya kembali. Lian Xie dan Kahiyang Dewi serta Xue Ruo pun kembali duduk di tempat para penonton. Di tengah arena sana, Raya Geni dan Tatsuka tengah melakukan pertarungan sengit.Raya Geni sempat merasa tenang karena melawan Tatsuka yang kemampuannya belum dia ketahui. Namun setelah memasuki pertarungan, dia merasa gadis kecil itu bukan lawan yang bisa dia anggap remeh.Serangan Tatsuka sangat aneh dan tidak tertebak dari mana arah serangannya."Apa yang dia gunakan? Kalau kecepatan, harusnya mataku bisa melihat gerak tubuhnya..." batin Raya.Tatsuka Geni memiliki kemampuan yang tidak diketahui saudara-saudaranya yang lain. Yakni kemampuan berpindah tempat dalam jarak pendek dan pertahanan kuat dari kekuatan petir. Namun Raya juga bukan sosok yang lemah. Kemampuan hebatnya adalah kekuatan Petir hitam. Petir langka dan hanya dia yang memiliki.Srrrt!Petir hitam itu keluar dari tubuh Raya. Lalu dengan satu gerakan cepat dia sudah meluncur kea
Anoman menoleh kearah Jaka Geni."Apakah masih akan berlanjut?" tanya makhluk tersebut. Jaka Geni menganggukkan kepalanya memberikan jawaban kepada Dewa Kera Putih tersebut."Silakan naik ke atas Arena untuk yang membawa nomor 6." ucap Anoman.Dua sosok melesat dari tempat para peserta. Mereka adalah Zhou Yin dan Maha Putri."Putri Dewi Zhou dan Putri Dewi Maharani, kemarilah." kata Anoman.Zhou Yin dan Maha Putri sama-sama menurut. Mereka berdua mendekati Anoman. Bara Sena yang tahu bahwa istrinya itu tengah hamil terlihat sedikit gelisah karena sebentar lagi akan melihat wanitanya bertarung. Dia takut terjadi sesuatu pada istrinya tersebut."Dia pernah berkata tidak akan ikut acara ini....Apa yang dia pikirkan sekarang?" batin Bara sambil menatap kearah depan."Kau sepertinya tidak tenang. Apakah ada sesuatu pada mereka? Jangan bilang keduanya itu adalah kekasihmu," tanya Gandi. "Bukan begitu. Wanita berpakaian merah itu adalah istriku. Dan saat ini dia tengah mengandung..." ucap B
Wossshhh!Kobaran api neraka semakin kuat keluar dari dalam tubuh Bara Sena membuat Gandi harus bertahan sekuat tenaga untuk bisa menahan panasnya api tingkat tinggi tersebut. Untungnya kekuatan air miliknya bukanlah air biasa yang akan mudah menguap meski terbakar api. Kekuatan air miliknya bisa menahan api tingkat tinggi dalam jangka waktu tertentu. Meski tidak bisa menahan selamanya, itu sudah cukup bagi Gandi untuk memikirkan cara menahan gelombang api yang keluar dari dalam tubuh Bara Sena.Bara pun merasa sedikit kesal karena Api miliknya tidak bisa menghancurkan pertahanan Gandi yang masih menjadi misteri baginya. Padahal api yang dia miliki sudah mencapai tingkat Neraka."Apakah kekuatan air miliknya memang sehebat ini? Sepertinya air yang dia miliki bukan air sembarang air..." batin Bara. Dia mencoba memusatkan gelombang api nya menjadi satu titik yang menggerus pertahanan air milik Gandi. Dan usaha itu sepertinya membuahkan hasil. Gelembung air milik Gandi mulai mendidih dan
Semua mata menatap keara Bara Sena yang berdiri dengan wujud yang sangat berbeda. Dia telah berubah menjadi sosok Iblis Tanduk Api dengan kekuatan Iblis Neraka di kedua tangannya. Karena dua Iblis itu sama-sama memiliki kekuatan api sehingga wujud Bara sama sama dengan Iblis Tanduk Api. Hanya saja, kedua tangannya dipenuhi aliran lahar yang menetes ke tanah dan membakar tanah tersebut hingga menjadi bara.Kedua matanya menyala merah pertanda dia mulai marah karena serangan dahsyat yang Gandi lancarkan. Serangan itu mampu membuatnya terluka hingga keluar darah dari sela bibirnya. Gandi sendiri merasa sedikit waswas melihat perubahan yang begitu mencolok dari Pendekar Golok Iblis tersebut."Apakah dia sudah mulai hilang kendali atas tubuhnya? Jika benar, ini akan menjadi masalah..." batin Gandi yang sudah tahu kekuatan sebenarnya dari Iblis Neraka yang ada didalam tubuh Bara Sena. Kekuatan yang bahkan pernah membuat 4 Dewa Naga pendiri Kuil Naga kalang kabut karena keisengan sang Iblis
Bara Sena tidak heran dengan kemampuan air milik Gandi yang mampu menahan serangan ratusan pedang Es miliknya. Namun dia memiliki rencana lain dengan serangan Pedang es itu. Yaitu mengandalkan kekuatan Gandi untuk membentuk es yang lebih besar."Menggunakan kemampuan air untuk bertahan dari kekuatan es milikku. Apa kau tidak takut aku akan membekukan kekuatan air milikmu?" batin Bara sambil menyeringai.Tangannya bergerak cepat dan ratusan pedang Es yang menancap di gelembung air itu pun bergetar memancarkan cahaya biru. Perlahan aura es itu menyebar dan mulai membekukan gelembung air milik Gandi. Sadar kekuatan miliknya tengah dimanfaatkan oleh lawan untuk menyegel dirinya, Gandi pun segera mengerahkan kekuatan lain yang dia miliki. Yakni kekuatan Petir!Zrttt!Blaaaarrr!!!Semua pedang Es itu hancur seketika setelah Gandi menyalakan kekuatan petir Trikala. Kali ini Bara terkejut bukan main melihat kekuatan petir yang begitu besar dari tubuh Raja Naga Ai tersebut."Kekuatan Trikala..
Dentuman demi dentuman terdengar saat dua menantu Batara Geni itu saling adu pukulan. Mereka bertarung sambil beterbangan kesana kemari dan membuat kehancuran dimana mereka berada. Pulau yang cukup besar itu pun seketika menjadi porak poranda karena badai kekuatan dari kedua pemuda tersebut.Wuusss!Sinar merah menderu kearah Gandi yang baru saja mendarat di tanah. Pemuda itu segera mengerahkan Sisik Naga miliknya sebelum bergerak menangkis sinar merah tersebut.Blaaarrr!!!Ledakan dahsyat terjadi. Asap hitam membubung tinggi ke angkasa. Pulau tersebut bergetar hebat. Bara Sena melesat masuk kedalam asap tebal tersebut dan langsung melancarkan serangan kedua. Namun kali ini dia yang harus menerima serangan tak terduga."Pukulan Kilat Neraka!"Dari dalam asap hitam itu, meluncur sinar merah membara yang diselimuti aura petir merah. Bara yang berada dalam jarak sangat dekat hanya bisa menyalakan perisai cahaya miliknya.Duaaarrrr!!!Ughh!Tubuh Bara terpental hingga puluhan tombak jauhn
Akhirnya 10 hari di dunia manusia pun berlalu. Tugas yang diemban ketiga peserta terbaik telah terselesaikan dengan baik. Ketiganya pun kembali ke Kerajaan Probo Lintang untuk mengikuti babak terakhir dari Turnamen Probo Lintang yang panjang. Penonton kali ini jauh lebih banyak dari sebelumnya karena banyak tamu yang berasal dari Utara datang hanya untuk melihat turnamen tersebut. Mereka adalah keluarga Kaisar Langit yang merupakan Pangeran Langit, anak pertama sang Kaisar Langit.Kedatangan Pangeran Langit sungguh suatu hal yang tak terduga sama sekali. Namun Batara Geni sudah mengetahui akan kedatangan pria tampan yang nantinya akan menjadi lawan di Turnamen Dewa nanti. Sambutan megah pun diberikan oleh kerajaan Probo Lintang terhadap Putra Mahadewa Utara tersebut.Tak hanya rombongan Pangeran Langit yang datang kesana. Kenalan Lama Batara Geni dan Patih Bima pun ikut hadir bersama beberapa pengikutnya. Dia adalah Dewa Ra dari Barat yang datang bersama sang istri dan dua pengawal se
Terdengar suara tulang yang terlepas dari sendinya saat tangan merah milik Sukma Geni menarik tangan dan kaki Raja Iblis Senggrawani. Teriakan setinggi langit keluar dari mulut iblis tersebut karena merasakan sakit yang sangat luar biasa. Sukma melemparkan potongan tangan itu ke dalam lahar yang bergolak sambil menyeringai."Aaaarggghhhh!!! Keparat! Lepaskan aku!" teriak Raja Senggrawani. Sukma Geni tertawa lebar melihat Iblis yang benar-benar tengah tersiksa tersebut. Dia malah semakin merasa ingin menyiksa makhluk itu tanpa ampun sama sekali. Dalam keadaan buntung tanpa kaki dan tanpa tangan, Raja Iblis Senggrawani tak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya menangis kesakitan dengan darah yang mengucur dari empat titik di tubuhnya. Enam tangan merah Sukma Geni mencengkram kepala makhluk itu dengan kuat hingga membuatnya berteriak tak karuan."Apa yang akan kau lakukan!? Lepaskan aku! Lepaskan! Dewi Durga! Tolong aku!" teriak Raja Iblis itu sekeras-kerasnya. Sukma Geni menyeringai mendenga
Raja Iblis Senggrawani terpaku melihat Sukma Geni yang membawa Panah Pasopati miliknya. Dia tak sadar sama sekali senjata yang menjadi andalan dia untuk menaklukkan wanita tersebut kini malah sudah berpindah tangan."Sejak kapan kau mengambil senjata itu...?" tanyanya dengan suara gemetar menahan amarah. Kedua matanya sudah melotot seperti akan melompat dari tempatnya. Sukma Geni tertawa merdu sambil menutup mulutnya. Dia benar-benar merasa lucu dengan Iblis yang ada di hadapannya."Kenapa denganmu? Kau bahkan tidak merasakan aku mengambil benda ini sama sekali? Kau ini iblis terbodoh yang pernah aku lihat seumur hidupku! Sekarang, kau bagaikan semut yang tak berarti didepan mataku tanpa benda sialan ini," kata Sukma Geni sambil memperlihatkan Panah Pasopati yang ada di tangannya."Kembalikan senjata itu padaku! Aku berjanji tak akan mengusikmu lagi! Jika aku kembali tanpa senjata itu, aku bisa dalam masalah besar!" kata Raja Senggrawani denga wajah pucat."Kau meminta senjata ini kem
Tubuh Sukma Geni meluncur dengan sangat cepat menuju kearah puncak GungunWelirang yang sudah hancur sebagian. Raja Senggrawani yang tahu Ratu itu meluncur kearahnya pun menanti sambil menyeringai."Apakah kau sudah berubah pikiran dan datang kepadaku untuk meminta tolong menghentikan Panah Pasopati? Hahaha!" ucapnya membuat geram Sukma Geni."Aku kembalikan panah itu padamu!" seru wanita itu lalu dia pun menciptakan portal Gaib tepat di hadapannya. Tubuh Ratu Jagat pun lenyap masuk kedalam portal. Panah Pasopati menyusul masih ke dalam portal tersebut. Disaat yang sama, portal berwujud lingkaran hitam itu muncul tepat i belakang Raja Senggrawani. Sukma Geni tidak muncul dari dalam portal melainkan Panah Pasopati saja yang keluar dari dalam sana dan langsung menembus tubuh Raja Senggrawani dengan telak. Raja Iblis itu terkejut bukan main saat panah yang dia kerahkan malah justru menembus tubuhnya. Perlahan tubuh itu mulai hancur. Namun sebelum tubuh tersebut hancur, nampak senyum aneh
Kakek dan nenek yang berada di dalam rumah mengintip keluar melalui celah dinding kayu rumah mereka. Setelah memastikan tidak ada orang lain yang ada disana, keduanya pun membuka pintu berniat untuk melihat keadaan di sekitar. Namun alangkah terkejutnya mereka saat kedua pasangan suami istri yang sudah lanjut usia itu melihat satu sosok yang tergeletak tepat di depan pintu kayu rumah mereka. Mereka semakin terkejut setelah tahu siapa adanya sosok yang ada didepan pintu tersebut."Kembara toleku!" seru si nenek dengan suara parau. Dia berhambur dan langsung memeluk tubuh seorang pemuda yang tergeletak tak bergerak sedikit pun. Sang kakek hanya bisa terdiam dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Dia tak menyangka, anak semata wayangnya itu akan selamat dan pulang kembali meski tidak tahu dalam keadaan hidup atau mati."Istriku, apakah dia masih bernapas?" tanya si kakek sambil merunduk lalu menempelkan jari telunjuk di hidung putranya mencoba merasakan hembusan napas pemuda tersebut."Aku