Dewi Candrika berlari saat makhluk bertubuh besar itu melompat kearahnya. Raksa Geni segera memberi aba-aba kepada Nawang Geni yang sudah bersiap dengan senjata Tombak Tujuh Samudra miliknya. Sebuah tombak dengan enam tombak kecil yang melayang mengelilingi ujung tombak tersebut.Nawang Geni pun segera melepaskan serangan tombak miliknya kearah makhluk yang mirip manusia namun bertubuh sebesar sapi tersebut. Tombak berukuran besar dan enam tombak kecil miliknya melesat dengan cepat menghadang makhluk tersebut dan menembus tubuhnya. Saat itu juga Raksa Geni berkelebat cepat ke belakang makhluk tersebut dan dengan Pedang Maharaja pemberian Batara Geni, dia menebas kepala makhluk itu hingga terputus dan jatuh menggelinding.Darah muncrat dari leher makhluk tersebut membasahi tanah di sekitarnya. Tujuh tombak kembali ke tangan Nawang Geni dan menghilang. Sementara Dewi Candrika masih terlihat ketakutan. Raksa Geni segera mengambil Inti Jiwa makhluk tersebut yang rupanya memiliki inti Jiwa
Ular hijau bernama Manik itu masih mengumpulkan kekuatan di mulutnya. Setelah kekuatan berbentuk bola berwarna hijau itu tercipta, dia pun menoleh kearah lima orang yang masih bertahan dari amukan air bah yang Nawang Geni lancarkan. Lalu kemudian, ular tersebut menukik ke bawah dan langsung melepaskan Bola hijau dari mulut nya kearah lima orang tersebut."Celaka! Serangan!!!" teriak orang-orang bertubuh besar tersebut.Wusss!Bola hijau itu melesat dengan cepat dan menyambar perisai yang melindungi mereka berlima.Duaaarrr!!!Ledakan dahsyat terjadi setelah benda berwujud bola hijau itu menghantam lima orang tersebut hingga membuat kelima orang itu terpental ke udara. Perisai kuat yang mereka gabungkan hancur oleh serangan Manik. Nawang Geni tak menyia-nyiakan kesempatan dan langsung menggunakan Tombak Tujuh Samudra miliknya untuk menyerang lima orang bertubuh besar tersebut.Lima tombak kecil yang mengelilingi tombak besar di tangannya melesat dengan cepat kearah lima orang tersebut.
Urat di kepala Datuk Matahari menggelembung menahan amarah yang sebentar lagi akan meledak bagai letusan gunung berapi. Dia benar-benar murka dengan apa yang dikatakan oleh Raksa Geni. Dengan suaranya yang aneh itu dia berteriak keras memberi perintah kepada semua pengikutnya untuk menyerang Raksa Geni dan kedua gadis putri Jaka Geni tersebut.Raksa Geni yang sadar bahwa musuh terlalu banyak dan sulit untuk dihadapi segera menyalakan Pedang Maharaja miliknya. Sebuah senjata yang diciptakan oleh Dewi Kematian Iyana Tunggadewi yang dihadiahkan kepada Batara Geni saat perang besar Dewa 500 tahun yang lalu akan dimulai. Pedang itu pun menjadi pendamping Pedang Guntur Saketi dalam perang besar tersebut. Kemudian setelah Batara Geni menjadi Mahadewa, Pedang Maharaja pun dijadikan sebagai hadiah turnamen Probo Lintang. Dan Raksa Geni keluar sebagai pemenangnya seratus tahun yang lalu.Pedang di tangannya menyala merah membara mengeluarkan aura prana api yang membakar segalanya. Nawang Geni d
Serangan pertama gagal, Datuk Matahari kembali melancarkan serangan kearah Raksa Geni. Kali ini dua cahaya melesat dari Pedang di tangannya yang masih terangkat di udara. Anak Dewi Ambarwati itu pun kelimpungan menghindari serangan cepat cahaya tersebut.Duar! Duar!Dua ledakan beruntun membuat tanah bergetar. Raksa Geni berusaha untuk mencari kesempatan menyerang balik. Meski lawannya melayang terbang, dia yakin dirinya memiliki kesempatan itu tapi entah kapan. Sekarang dirinya tengah di serangan menggunakan sinar kuning secara bertubi-tubi. Dan dia hanya bisa mengelak sambil merapal pukulan Sakti di tangan kanan."Mau lari kemana kau Bajingan!" teriak Datuk Matahari membuat pikiran Raksa terganggu. Tapi dia sadar, keadaan saat ini tengah genting. Jika dia tidak segera keluar dari keadaan ini, dia bisa mati oleh serangan sinar kuning tersebut."Tak ada cara lain...Aku harus menghadang serangga itu dan mengharap berhasil membuatnya tertahan..." batin Raksa Geni lalu dia pun melepas pu
Raksa Geni menurunkan tubuh Dewi Candrika dengan perlahan."Apa kau baik-baik saja adik?" tanya Raksa Geni membuat gadis itu tersadar dari lamunanya. Wajahnya memerah. Banyak perasaan bersatu di dalam hatinya. Namun yang paling berkuasa adalah perasaan kagum terhadap kakak beda ibu tersebut."Aku baik-baik saja kakang..." sahut Dewi Candrika masih dengan wajah yang bersemu merah. Dia tak menyadari bahwa perasaan aneh yang terlarang telah berkembang di dalam hatinya kepada saudaranya tersebut.Nawang Geni datang menghampiri dan menanyakan keadaan Dewi Candrika. Setelah tahu keadaan gadis itu baik-baik saja, dia pun mencolek lengan Raksa Geni."Sepertinya pekerjaanmu sudah berhasil...?" tanyanya."Aku sudah mengalahkan Datuk Matahari. Tapi siapa sangka, peliharaan Datuk itu memiliki kekuatan yang tidak kalah dari majikannya sendiri. Bahkan tulang-tulang di dadanya itu...Meski aku belum bertarung melawannya, aku yakin tulang itu sangat keras..." kata Raksa Geni."Benar apa yang kau katak
Nawang Geni yang merasakan gelombang ledakan akhirnya terpaksa membuka kedua matanya dan segera menciptakan perisai untuk melindungi tubuhnya dari gelombang hijau yang tak lain adalah gelombang racun milik Dewi Candrika."Aura kekuatan ini...Apakah...Tidak mungkin! Ini kekuatan Dewa milik Candrika!" seru Nawang Geni sambil bangkit berdiri. Dia menatap kearah Dewi Candrika yang melayang di atas tanah dengan wujud aneh.Kedua mata Nawang Geni tak berkedip sama sekali melihat kearah langit sana dimana ledakan mengerikan baru saja tercipta. Lalu pandangan matanya beralih ke tubuh Raksa Geni yang tergeletak di atas tanah."Apakah keadaan Raksa Geni yang membuat dia menjadi seperti itu...? Tapi...Bagaimana bisa dia menjebol segel Dewa dari ayah...?" batin Nawang Geni sama sekali tidak menyangka adik dari ibu yang berbeda itu memiliki kekuatan yang mengerikan seperti itu.Dewi Candrika masih menatap kearah langit dimana tubuh Galur meledak bersama kekuatan hijau miliknya. Sesaat kemudian, au
Kelompok Bara Sena bersama Zhou Yin dan Sukma Geni berhasil memasuki kawasan pos kedua yang dijaga oleh Raja Naga Long Wang. Rupanya disana sudah ada beberapa kelompok lain seperti kelompok Bayu Jaga Geni dengan anggotanya Kojiro dan Gong Xia Nian. Saat mereka saling berpapasan, nampak wajah tidak suka terlihat dari sorot mata Kojiro.Bayu Jaga Geni hanya diam tak berkata apa-apa. Berbeda dengan Xia Nian yang langsung menyapa Zhou Yin dan Sukma Geni. Ketiga wanita itu saling bertegur sapa denga ramah. Tak berapa lama kemudian datang kelompok Raya Geni bersama dengan Brama Geni dan Kamadewa. Ketiganya nampak kelelahan dan tidak bersemangat. Mereka segera memasuki penginapan di dalam area pos tersebut setelah memberikan hasil buruan mereka untuk di nilai.Beberapa saat berlalu. Setelah Bara selesai minum teh panas yang baru dia seduh, nampak Gandi dan Lu Xie yang berjalan berdua menuju kearah mereka. Melihat kelompok yang hanya ada dua orang itu membuat Bara segera bangkit berdiri dan m
Gandi tak tahu apa yang harus dilakukan. Dia merasa sungkan untuk mengajak Lu Xie bicara. Apalagi dengan keadaan mereka tanpa pakaian di dalam kolam air panas. Itu semakin menyurutkan nyalinya untuk mengajak gadis itu berbincang. Biar bagaimana pun, dia masih memiliki perasaan malu sebagai manusia.Dan sepertinya itu diketahui oleh Lu Xie. Gadis itu sesekali melirik kearah Gandi dan tersenyum kecil. Tiba-tiba muncul dalam hati ingin menggoda Gandi. Dia sudah tahu pemuda itu menyukai dirinya. Dan dirinya pun tak menampik bahwa dia pun mulai merasakan juga perasaan lain setelah melihat perjuangan Gandi yang menyelamatkan dirinya. Perasaan itu terbagi antara Bara Sena dan Gandi Wiratama. Lu Xie sendiri tak tahu, mana yang harus dia pilih. Karena baginya, keduanya memiliki sifat yang berbeda namun semuanya membuat dia nyaman. Dan keduanya juga sama-sama baik kepadanya. Saat berada di Tanah Larangan, Bara berkorban menyelamatkan dirinya dari para Pemburu Harta. Tak hanya itu, Bara juga y
Gandi menatap ke atas dengan wajah yang berbinar karena dia telah berhasil mematahkan tangga ilusi yang sebelumnya sangat menyiksa dirinya. "Ternyata apa yang aku lihat di luar dinding kaca itu memang seharusnya seperti ini. Tangga itu hanya memiliki 10 anak tangga saja, bukan ribuan seperti yang sebelumnya aku lihat. Itu semua hanyalah ilusi..." batin Gandi. Dia menoleh ke kanan dan kekiri. Tak ada roh-roh yang bersliweran di sebelah kanan dan kiri seperti yang dia lihat sebelumnya. Bahkan anak tangga yang ada di bawah kakinya juga bersih dari darah."Aneh sekali...Jika benar tadi adalah ilusi, kenapa hal itu benar-benar bisa membuat tubuhku terluka didunia nyata? apakah ilusi yang Empu Jagat pasang di tangga ini memiliki kemampuan unik? Itu artinya, jika aku mati di dalam Tangga Ilusi tadi, aku didunia nyata pun juga ikut mati..." gumam pemuda itu sambil bergidik ngeri membayangkan hal buruk yang akan terjadi padanya jika sampai dia gagal menemukan jalan keluar untuk lepas dari tan
Langkah kaki Gandi terhenti di tangga ke delapan setelah dia hampir kehabisan kekuatannya. Dia juga sudah tak berdaya karena kehabisan darah yang terus mengalir dari luka-lukanya yang disebabkan oleh banyaknya serangan dari arah kanan dan kiri. Ternyata roh-roh yang bersliweran itu juga tidak diam saja setelah Gandi melangkahkan kakinya ke lantai lima ke atas. Mereka menyerang silih berganti menggunakan sebilah pedang panjang di tangannya. Meski tak sampai dalam, luka yang di sebabkan oleh roh tersebut cukup menyakitkan bagi sang Raja Naga Air.Dengan penuh perjuangan, Gandi harus bertahan dari semua cobaan itu hingga akhirnya dia melangkahkan kakinya di anak tangga yang ke delapan. Napasnya terasa mau putus. Darah sudah bercecera diatas anak tangga mengalir ke bawah sana. Pemuda itu bertahan dari sesuatu yang menekan dirinya sambil mengernyit menahan sakit. Gandi pun menatap ke atas sana.Di mata pemuda itu, perjalanan menuju ke puncak masih sangatlah jauh. Sementara, dirinya saat ma
Gandi Wiratama mendarat di depan anak tangga yang terhalang oleh sesuatu yang tak terlihat. Yang jelas, di mata Gandi, tak ada apa pun di atas anak tangga tersebut. Padahal dia merasa yakin, di atas sana adalah tempat dimana Empu Jagat Martapura berada.Dari dalam sesuatu yang seperti kaca itu muncul Dara bersama Banyu Biru yang berhenti tepat di hadapan Gandi. Keduanya sama-sama tersenyum ramah kearah Raja Naga Air. Dara melambaikan tangannya membuat Gandi tersenyum senang. Dia merasa, wanita itu sudah banyak membantunya sejak dia memasuki Istana Abadi."Kau sudah berhasil mengalahkan kedua penjaga Empu Jagat. Bahkan kau mampu memaksa Jogo Geni mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Kau memang layak disebut sebagai Dewa Naga yang hebat." kata Banyu Biru memuji. Gandi tersenyum."Kau terlalu memuji. Aku yakin, itu tidak ada apa-apanya di depan matamu. Karena jika kau yang menjadi lawanku, mungkin tidak akan berhasil melewati ujain itu. Sekarang, katakan saja, apa ujian ketiga yang harus
Gandi yang sudah tak bisa lagi menahan rasa kesal nya berniat untuk memutuskan leher Rairakana Saka yang tak berdaya dalam cengkraman tangannya. Makhluk yang merupakan Naga Mata Api itu terlihat lemah sekali dan tak bisa melakukan perlawanan apa pun setelah Gandi mencekik lehernya. Darah mengucur dari mulut dan luka di wajahnya yang hancur."Sekarang apa yang bisa kau lakukan?" tanya Gandi sambil menatap Saka dengan mata yang menyala-nyala. Naga Mata Api itu tak berkata apa pun. Keadaannya sangat lemah sehingga bergerak pun tidak bisa. Apalagi Gandi sudah menghajar nya hingga wajahnya hancur berantakan. Ketika Raja Naga Air itu hendak meremukkan leher Saka, tiba-tiba terdengar suara dari atas singgasana yang jauh di depan sana."Gandi, cukup! Kau telah lolos ujian kedua dariku! Biarkan dia tetap hidup!" berkata Banyu Biru dari kejauhan yang terdengar jelas di telinga Gandi Wiratama. Mendengar hal itu, Gandi pun melemparkan Saka ke arah pilar dengan keras. Namun tiba-tiba muncul sesuat
Sanskara segera menyentuh tubuh Gandi Wiratama yang tergeletak di atas lantai. Seketika itu juga, tubuh ganda milik Gandi itu pun terserap masuk ke dalam alam jiwa milik Raja Naga Air. Begitu masuk ke dalam, Sanskara dibuat terkejut melihat Gandi yang tengah berjuang menahan kobaran Api dari tiga mata raksasa yang melayang di atas lautan."Jurus Mata Api Pembakar Jiwa itu sangat mengerikan! Aku harus memikirkan cara untuk menghentikannya!" seru Gandi yang tengah bertahan agar alam jiwanya tak terbakar. Sementara, Ki Ageng Samudra Biru nampak duduk santai di atas batu besar sambil menatap apa yang Gandi lakukan seolah tak terjadi apa-apa disana. Padahal keadaan sedang kacau balau oleh semburan api dari tiga mata raksasa.Sanskara segera melesat dan berdiri di samping Gandi. Karena kesadaran Ilahi yang dia miliki, dia bisa membantu Gandi di dalam alam jiwa milik pemuda itu. Sanskara pun mengerahkan kekuatan air untuk menahan gempuran api milik Saka."Kau datang juga akhirnya.,," ucap Ga
Dari dalam formasi lingkaran mantra itu muncul satu sosok bertubuh sama besarnya dengan Gandi Wiratama. Aura merah pekat keluar saat kaki dari sosok seorang pria berambut panjang yang hanya mengenakan celana panjang warna hitam tanpa mengenakan alas kaki.Pria itu memejamkan mata saat keluar dari dalam lingkaran. Begitu seluruh tubuhnya keluar, kedua matanya terbuka dan menatap kearah Gandi. Tak hanya itu, ternyata pada bagian keningnya juga ada satu mata yang lebih besar dari kedua mata yang lain. Ketiganya sama-sama memiliki pupil merah menyala. Dara menoleh ke arah kakaknya, Banyu Samudra."Itu adalah Naga Mata Api...Tetesan darah yang di dapatkan Empu Jagat ribuan tahun yang lalu dari Neraka setelah tawar menawar dengan Dewa Yama. Satu tetes darah bisa menciptakan tubuh jiwa sehebat ini, hanya saja, Jogo Geni akan kehilangan banyak kekuatan jiwa setelah membangkitkan Naga Mata Api ini," kata Banyu Samudra memberikan penjelasan sebelum Dara bertanya."Kenapa aku tak mengetahui hal
Banyu Biru dan Dara Purbavati sama-sama takjub dengan apa yang mereka lihat di bawah sana. "Kemampuan suamimu bagus juga Dara. Dia bahkan Bisa menciptakan tubuh ganda dengan kesadaran Ilahi sama seperti kita. Bahkan kita hanyalah roh sedangkan yang dia ciptakan adalah tubuh padat dengan jiwanya sendiri. Pemuda bernama Gandi ini, lebih hebat dibanding leluhurnya. Hanya saja, dia masih berada di Ranah Alam Dewa Tingkat lima...Itu masih terlalu jauh untuk bisa mencapai Ranah yang dimiliki olehnya. Jika Gandi sudah mencapai Ranah itu, aku yakin, tak ada satu makhluk hidup pun yang berani menyinggung dirinya." kata Banyu Biru."Jadi kakang juga merasakan kalau kakang Gandi ini berbeda?" tanya Dara.Banyu Biru mengangguk sambil tersenyum tipis."Tubuh ganda itu sulit untuk diciptakan apalagi ditambah kesadaran ilahi yang bahkan tak bisa dilakukan oleh Empu Jagat Martapura di masa lalu." kata Banyu Biru."Mungkin kehebatan orang berbeda-beda. Meski Empu Jagat tak bisa menciptakan tubuh gand
Graaaaaa!!!Jogo Ireng berteriak keras hingga membuat lantai istana bergetar. Gandi dan tubuh ganda miliknya yang bernama Sanskara sama-sama terkejut melihat penjaga Empu Jagat yang sebelumnya sudah dikalahkan oleh Sanskara itu bangkit berdiri kembali."Bagaimana bisa...?" gumam Gandi."Sepertinya dia memiliki kemampuan khusus yang bisa membangkitkan kekuatannya setelah dia mati atau terluka parah. Kalau begitu, aku akan menjadi lawannya lagi sementara kau atasi Jogo Geni." kata Sanskara membagi tugas. Gandi cukup kaget tubuh ganda miliknya memiliki pemikirannya sendiri dan lebih cepat dalam mengambil keputusan dibanding dirinya yang sedikit lebih banyak berpikir."Tak usah terkejut. Kenapa aku bisa seperti ini karena kemampuan terbaikmu sudah kau tanamkan di dalam jiwaku. Jadi, aku sedikit berbeda darimu karena saat kau menciptakan diriku, kau sudah memberikan sebagian besar kemampuan mengatur siasat milikmu kepadaku. Itu sebabnya aku lebih cepat dalam mengambil keputusan." kata Sans
Gelombang api itu tertahan oleh kubah air yang diciptakan oleh Gandi Wiratama. Keadaan di dalam kubah tersebut menjadi tidak terlihat karena Api yang bergejolak. Gandi dan tubuh ganda miliknya sama-sama terhenti di sana menatap apa yang terjadi di dalam kubah air tersebut."Kekuatan Jogo Geni meningkat sangat cepat! Jurus apa yang tengah dia kerahkan?" batin Gandi sambil bersikap waspada."Sepertinya pria besar bernama Jogo Geni itu sedang menggunakan Jurus rahasia. Jika sampai dia berhasil menggunakan Jurus itu dengan sempurna, kita akan kesulitan." kata tubuh ganda yang ada di belakang Gandi membuat Raja Naga Air itu terkejut."Kau tahu apa yang aku katakan di dalam hati?" tanya Gandi. Tubuh Ganda itu terseyum tipis."Tentu saja aku tahu. Meski kita berbeda tubuh, tapi pada dasarnya kita adalah orang yang sama dengan satu jiwa. Hanya saja, aku memiliki kesadaran ilahi," kata tubuh ganda tersebut. Gandi nampak mengerutkan kening pertanda dia tak tahu sama sekali mengenai kesadaran Il