“Apa yang ingin kamu lakukan?” Mark duduk di lantai dengan sedih. Dia tidak punya niat untuk melawan lagi saat menghadapi Andrew sekarang.
Ini adalah perasaan tidak berdaya yang muncul di depan kekuatan yang kuat. Mark sepenuhnya ditaklukkan oleh Andrew dan pria di depannya adalah iblis.
“Apakah kamu bekerja untuk Sano?” Andrew duduk di samping dengan santai. Targetnya bukanlah Mark tapi Sano.
“Untuk apa kamu menanyakan ini? Kamu jangan banyak berharap, aku tidak akan mengatakan apapun!” Mark menatap Andrew dengan waspada.
“Hehe, tidak kelihatan bahwa kamu orang yang sangat setia!” Meskipun Andrew berkata begitu, tapi dia sangat mengerti di dalam hatinya.
Mark adalah orang tamak yang takut mati, alasan mengapa dia melindungi Sano hanya karena dia takut akan dibalas di kemudian hari.“Terserah apa katamu, aku juga tidak akan memberitahumu! Aku, Mark adalah orang tamak yang takut mati, aku tidak akan mengakui meskipun disik
Sudah lebih dari jam empat sore ketika keluar dari kantor polisi. Andrew berencana pulang karena tidak ada urusan di perusahaan. Saatnya berbicara dengan Jeslyne. Sebelum membuka pintu, Andrew melihat sosok yang dikenalnya. “Yaya, kenapa kamu ada di sini?” “Kak Andrew, lama tidak bertemu.” “Apa yang lama tidak bertemu? Bukankah kita baru saja bertemu?” Yaya tersenyum dan berkata, “Kenapa kamu begitu menarik?” “Ada pepatah itu? Apa namanya? Sehari tidak bertemu tapi rasanya sudah lama tidak bertemu.” Yaya berkedip sambil bercanda. “Katakan saja jika kamu punya masalah, jangan sungkan.” “Hehehe…” Yaya berkata sambil tersenyum, “Bukankah aku datang untuk berterima kasih kepadamu? John juga tidak bisa menghubungimu, jadi kami meminta alamatnya dan mencarimu.” Andrew juga berkata sambil tersenyum, “Tidak perlu berterima kasih. Kalian berdua akan menjadi karyawanku di masa depan. Melindungi karyawan send
Setelah selesai menghubungi, Andrew pun langsung kembali ke kantor. Saat ini sudah malam pukul sembilan lewat, bisa-bisanya ada ruangan yang masih ternyala di dalam kantor. Awalnya kira Budi yang sedang bekerja, ia pun langsung mendorong pintu masuk. “Budi....” Ucapannya belum selesai tersampaikan, Andrew pun menyadari bahwa Christine yang berada disini. Awalnya Christine masih perlu menetap beberapa hari di perusahaan sebelumnya untuk menyelesaikan semua urusannya, tapi karena kejadian kemarin, ia tentu tidak akan menetap lagi disana. Oleh karena itu, ia pun langsung datang bekerja di perusahaan Andrew. “Sudah sangat malam dan kamu masih belum istirahat? Kamu baru saja mulai bekerja, kenal baik lingkungan saja dulu. Tunggu kamu sudah menyesuaikan diri, baru mulai rajin bekerja. Kalau tidak, orang lain akan mengira diriku menyiksamu.” “Aku tidak ada urusan pulang nanti dan disini ada banyak pekerjaan yang belum kuselesaikan. Ada apa? Kam
Andrew juga tahu bahwa masalah ini sangat sulit untuk diselesaikan, lagi pula atasan sana juga bekerja demi masyarakat. Jika ada masalah petisi yang terjadi, maka akan sangat repot untuk diselesaikan. “Andrew, kamu juga jangan terlalu panik. Aku akan membantumu memikirkan caranya. Kamu sana juga segera memikirkan beberapa cara. Kita kedua pihak saling bekerja sama, pasti dapat menyelesaikan masalah tersebut.” “Baik, Pak Wandy. Kalau begitu, mohon bantuan Anda.” “Mengapa tiba-tiba sungkan kepadaku? Kamu uruslah semuanya dengan berani, pokoknya aku mendukungmu seratus persen.” Setelah memutuskan panggilan, Andrew pun berencana untuk mengendarai mobil menuju Desa Bunga Persik. Di saat ini, seseorang dengan wajah yang membuatnya merasa jijik muncul di hadapannya. “Aduh... bukankah ini Pak Andrew kita? Mengapa bisa datang ke tempat kecil seperti ini?” Orang yang datang kebetulan adalah Juan. Andrew meliriknya sekilas, sama sek
Kepala Desa di samping berbincang dengan para wartawan itu. Sedangkan Andrew dan Christine berdua bersembunyi di rumah sebelah diam-diam mendengar. Mendengar hingga kini, Christine tentu sangat bingung. Mengapa jadi membantu Group Li melakukan penjelasan? “Kak Andrew, situasi apa ini sekarang? Aku rasa masalah ini berjalan dengan agak janggal.” Andrew tersenyum tipis, pelan-pelan berkata. “Tenang saja, kamu pasti bisa menyaksikan pertunjukkan yang seru.” Andrew tidak memberi tahu, Christine juga tidak berencana untuk lanjut bertanya. Entah mengapa ia sangat percaya kepada pria di hadapannya dari lubuk hatinya. Kira-kira dua puluh menit berlalu, para wartawan juga sudah pergi jauh. Saat ini, Andrew pun keluar dari dalam rumah itu. “Pak Andrew, aku sudah melakukan apa yang Anda perintah. Bagaimana menurut Anda?” Andrew terkekeh berkata. “Sangat baik, sangat baik. Kepala Desa sudah bekerja keras.” “Kamu terla
Andrew sama sekali tidak terkejut akan situasi tersebut. Ia melirik kearah Christine, membuka mulut berkata. “Hal-hal yang seperti kuduga. Tapi mereka memang datangnya terlalu cepat. Sepertinya Keluarga Li sana sudah mulai beraksi, sudah saatnya kita berdua muncul.” “Kita berdua? Apa yang kamu ingin lakukan lagi?” Andrew tertawa berkata. “Apa yang bisa dilakukan lagi? Tentu membangun kesan baik bagi perusahaan kita.” Para wartawan itu dengan cepat menemukan Kepala Desa lagi. Mereka juga sangat terkejut saat melihat Andrew berada disini. “Pak Andrew, mengapa Anda juga berada disini? Apakah Anda datang untuk membahas projek Desa Bunga Persik?” “Dengar-dengar ada sebagian besar penduduk yang tidak setuju untuk mengubah sifat tanah. Apa rencana Anda untuk mengatasinya?” “Jika masalah ini tidak bisa diatasi, apakah ada mempengaruhi perusahaan kalian?” Sejumlah pertanyaan bermunculan dari mulut para wartawan. Andrew mel
“Polisi tidak menemukan bukti, tentu hanya bisa dibiarkan begitu saja. Tapi akhirnya kita dengar-dengar bahwa anak ini melakukan sebuah usaha besar di dalam pabrik dan ia sudah lama tidak kembali.” Andrew tampak merenung setelah mendengar ucapannya, sepertinya Sano ini tidak begitu jahat, mungkin saja ia masih berguna bagi dirinya. Lagi pula ia juga mau berkembang di luar negeri, setidaknya harus ada beberapa orang yang bisa dipercayainya. Tapi semua ini dibahas belakangan. Pertama masih harus menaklukan Sano, kalau tidak bagaimana mungkin ia mau mendengar perintahnya. Setelah beberapa waktu berlalu kemudian, Kepala Desa pun sudah tidak kuat. Sebenarnya efek minuman keras ini cukup kuat. Andrew memanggil dua penduduk desa untuk mengantar Kepala Desa pulang. Christine tidak minum terlalu banyak, setidaknya masih berakal sehat. Sedangkan Andrew sudah tidak begitu kuat. Saat ini, kepalanya sangat pusing, dirinya sama sekali tidak dapat berd
Setelah kembali ke kantor, Christine harus pergi bekerja lagi karena urusan bisnis. Andrew sini sepertinya belum sepenuhnya tersadar kembali dari efek alkohol, lalu bersandar di kursi kerja dan larut tidur. Saat bangun lagi, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh delapan malam. Ponselnya terdapat sepuluh panggilan tak terhubung, dimana semuanya berasal dari Paman Loren. Tidak perlu orang lain memberi tahu, Andrew sendiri juga mengetahui bahwa ia pasti datang untuk masalah naskah. Setelah menghubungi Paman Loren balik, ia pun baru mengetahui bahwa Paman Loren ingin bertemu dengan sutradara. Andrew juga langsung menyetujuinya. Selanjutnya ia menerima beberapa unggahan lagi, semuanya merupakan masalah Desa Bunga Persik. Masalah ini semakin memanas, pokoknya situasinya lebih serius dari kemarin. Tentu banyak netizen yang menunjuk masalah ini kearah Group Li dan ini telah mencapai hasil yang diinginkan Andrew. Saat pintu kantor tiba-tiba
Sembari berkata, Jeslyne pun menangis sedu. Melihat keadaan ini, Andrew langsung bangkit dan menghiburnya. “Bukankah aku hanya bercanda denganmu? Jangan marah lagi.” Jeslyne mengelap air matanya, lalu kesana menarik Andrew, ingin mengusirnya keluar. “Kamu segera pergi dari sini, aku mau istirahat.” “Tidak boleh. Aku mau tidur disini malam ini.” Jeslyne berusaha mendorong Andrew ke bawah ranjang, sambil dorong sambil berkata. “Kamu ada tempat tidur, untuk apa kamu menetap disini? Segera kembali ke kamarmu tidur.” “Tidak boleh. A-aku.... mabuk, malam ini maunya tidur disini.” “Aduh, kamu segera turun. Mengapa begitu suka mengganggu orang?” “Ranjang ini begitu besar, cukup buat dua orang.” Andrew berkata, “Kamu tiap hari tidur sendirian, apakah tidak merasa sayang? Kita harus menggunakan barang rumah dengan baik. Kamu ini benar-benar tidak bisa menjalani hidup.” “Memangnya aku perlu kamu yang mengajariku? Kam