Reni membuang muka ke jendela di yang langsung menatap jalanan. Hujan deras tiba-tiba saja mengguyur Jakarta siang ini. Mau tidak mau, Reni harus menunggu di kantor Arjuna. Hujan deras begini dikhawatirkan akan disertai petir dan Reni paling takut dengan suara satu itu.
"Ngapain sih, ujannya diliatin?" tanya Arjuna tanpa menoleh ke arah Reni. Ia tetap fokus menggambar di papan gambarnya yang besar.
"Siapa tau kalau diliatin dia mau berhenti!" jawab Reni sedikit ketus. Ia sebal harus terjebak di ruang kerja Arjuna padahal ia masih enggan berbicara banyak dengan lelaki itu.
"Sejak kapan ada ilmu hujan akan berhenti ketika ditatap oleh perempuan cantik? Aku baru mendengarnya,"
"Sejak hari ini!" jawaban Reni kali ini jauh lebih sewot membuat Arjuna tertawa. Ia merasa bahwa Reni masih kesal padanya. Mungkin berada satu ruangan dengan orang yang seharusnya ia hindari adalah malapetaka. Makany
Liburan panjang Reni sudah berjalan satu bulan. Hari-harinya masih diisi dengan privat memasak bersama sang Mama. Selain itu, Reni juga mulai mencicil membeli literatur guna keperluan tugas akhirnya. Jadwal rutin Reni sekarang tiap pagi adalah memasak. Menjelang siang, ia harus mengantarkan makan siang buatannya khusus untuk Arjuna. Malamnya, ia akan berkutat dengan literatur yang sudah ia beli untuk memulai mencari topik yang akan ia jadikan tugas akhir. Sebenarnya, ia berniat untuk pergi liburan. Namun, Mamanya selalu menghalangi dengan dalih 'nanti saja kalau sudah menikah sekalian bulan madu'. Jadilah kegiatan Reni diisi dengan hal yang lebih bermanfaat daripada liburan. Malam ini Reni sudah menyelesaikan bacaannya. Akan tetapi, matanya masih saja sulit terpejam. Reni sampai menurunkan suhu AC agar menjadi lebih dingin sehingga ia bisa berselimut dengan rapat dan segera pergi tidur. Ternyata usahanya berakhir sia-sia.
Reni memasak dengan menampakkan wajah cemberut. Ia tidak habis pikir dengan semua rencana Mamanya yang disebut sebagai 'kejutan'. Karena Reni merasa ini bukan seperti kejutan, tetapi lebih seperti kutukan karena ia bangun kesiangan dan harus memasakkan makanan istimewa untuk tamu kesayangan Mamanya. "Kamu jangan cemberut terus dong, Ren! Nanti rasa masakannya nggak enak dong!" Santi mencolek Reni yang sedang menumis dengan wajah masam. "Sejak kapan rasa masakan dipengaruhi sama mood yang masak?" tanya Reni masih sewot. Santi tertawa kecil. Ia lupa jika hanya mengajarkan Reni cara memasak dengan fisik, belum mengajarkannya memasak dengan hati. Jadilah Reni bisa bertanya demikian. "Ren, Mama kasih tau ya. Memasak itu juga perlu pakai hati. Mood kita tanpa sadar akan berpengaruh ke cita rasa masakan kita. Kalau kita badmood, rasa masakannya juga akan jadi nggak karuan. Kalau kita masak pen
Setelah acara makan siang itu, ternyata Arjuna tidak langsung kembali ke kantornya. Meeting siang ini dibatalkan dan dijadwalkan ulang oleh sekretarisnya. Mendengar hal itu tentu Santi sangat senang, karena Arjuna bisa lebih lama di sini. Sementara Reni mulai tidak nyaman. Ia masih canggung setelah 'perang dingin' yang terjadi di antara keduanya. "Nak Juna nggak keburu pulang, kan?" tanya Santi basa-basi membuat Reni melemparkan tatapan mautnya. Namun, sang Mama tentu tidak akan mempan ditatap seperti itu. Arjuma tersenyum. Sekilas ia melirik ekspresi Reni yang nampak tidak senang dengan pertanyaan yang dilemparkan Mamanya. Ia pasti merasa tidak nyaman setelah peristiwa yang menimpa mereka saat hari pertunangan dan kemarin. "Enggak kok, Tante! Saya krasan di sini," Arjuna menekankan kata krasan agar membuat Reni kesal. Benar saja, Reni mendengus sebal sembari melengos. "Kebetulan Tante
Semenjak hari itu, hubungan antara Reni dengan Arjuna berangsur membaik. Bahkan bisa dibilang mereka sangat romantis. Setiap siang, Reni akan mengirimi Arjuna makan siang yang selanjutnya perempuan itu menemani Arjuna menyelesaikan pekerjaannya sampai sore. Beberapa kali pernah bahkan sampai malam hingga akhirnya mereka tidak pulang ke rumah tetapi ke apartemen Reni. Membaiknya hubungan Arjuna-Reni ini membuat kedua belah pihak keluarga sangat bahagia. Mereka merasa hari-hari yang dijalani begitu menyenangkan. Bahkan Santi dan Andini sudah mencari-cari wedding organizer untuk pernikahan anak-anak mereka. Alasannya adalah untuk mencarikan Ryo, tetapi ada keinginan untuk menggunakan jasa yang sama di pernikahan Arjuna-Reni kelak. Reni semakin sibuk membantu persiapan pernikahan kakaknya yang sudah semakin dekat. Ryo akhirnya memutuskan untuk menikah bulan ini agar Tania pun tidak menunggunya terlalu lama. Hal itu tentu saja membu
Sandra tahu, keberadaannya di sini sama sekali tidak diharapkan. Semua keluarga inti Reni dan Arjuna menatapnya dengan tatapan kebencian. Pasti mereka sudah tahu cerita tentang malam pertunangan Arjuna-Reni. Atau, bahkan sudah dengar cerita beberapa waktu yang lalu. Namun, Sandra tetap tidak peduli. Ia memilih untuk fokus pada tujuannya merebut Arjuna dari Reni. Semua itu ia lakukan karena ia merasa berhak memiliki Arjuna dikondisinya yang seperti ini. Sandra yang membuat sifat cuek Arjuna luluh. Sandra juga yang menuntun Arjuna untuk mulai membuka diri agar mudah mendapatkan klien. Memang bodoh ketika dia memilih meninggalkan Arjuna untuk pria lain karena Sandra benar-benar haus perhatian. Jujur Sandra kaget ketika tahu bahwa Arjuna yang dijodohkan dengan sepupunya adalah Arjuna yang juga pernah mengisi hari-harinya di masa lalu. Awalnya Sandra berusaha melupakan Arjuna. Tetapi, lama-kelamaan hasrat untuk kembali memadu kasih
Pagi-pagi sekali Arjuna dan Reni sudah keluar dari kamar hotel. Keduanya memutuskan untuk berolahraga pagi di sekitar area hotel. Arjuna dan Reni yang sudah mengenakan setelan olahraga segera joging santai. Ketika sudah mendapatkan tiga putaran, tiba-tiba salah satu pegawai hotel menghentikan mereka. "Untuk Tuan dan Nona, apabila masih ingin berolahraga di lantai dasar ini ada ruang gym yang bisa diakses gratis oleh keluarga pengantin yang semalam melakukan reservasi seluruh area hotel." ujarnya sopan kemudian segera pergi setelah Arjuna dan Reni mengangguk dan berterima kasih atas informasi yang ia berikan. "Mau ke sana?" tanya Arjuna ketika Reni meneguk minumannya. Kemudian Reni menggeleng. Ia tidak terlalu suka berolahraga menggunakan peralatan. Ia lebih senang berlari atau berenang. "Mending nanti berenang aja. Aku nggak suka nge-gym. Kalau misal kamu mau nge-gym ya nggak apa-apa."
Matahari sudah sedikit naik ketika Reni menceburkan diri ke dalam kolam renang. Ia berenang kesana kemari menikmati air kolam yang cukup dingin untuk cuaca yang sedikit terik ini. Setelah beberapa waktu menenggelamkan wajah di dalam air, Reni menepikan diri. "Kamu nggak mau ikutan nyebur juga?" tanya Reni ketika Arjuna mendekatinya. Arjuna memang dari tadi hanya memperhatikan Reni yang berenang. "Masih belum pingin. Habis ini deh!" ujarnya santai. Akhirnya, Reni kembali masuk ke dalam air. Arjuna senang sekali melihat tubuh Reni yang lincah di dalam air. Perempuan itu seperti menemukan surganya ketika berenang. Sepertinya, Reni sangat menyukai air. Sudah hampir satu jam ia berenang dan tidak juga naik. Karena cuaca yang semakin panas, Arjuna akhirnya menceburkan diri ke dalam kolam. Reni tertawa ketika terkena cipratan air dari Arjuna. "Nggak tahan juga akhirnya!" e
Pagi-pagi Reni sudah uring-uringan. Padahal hari ini kedua kakaknya akan berbulan madu. Tetapi, wajah Reni sudah masam sedari pagi. "Yailah! Cuman ditinggal seminggu doang mukanya seper banget kek jeruk mau busuk!" goda Ryo seraya mengacak-acak rambut adiknya. "Ya habisnya, bisa-bisanya Arjuna ngasih hadiah Kakak bulan madu ke Belanda. Kan gue yang pengen ke sana, Kak!" seru Reni seraya manyun. Salah satu dream listnya adalah liburan ke negeri kincir angin tersebut. Hal yang sudah sejak lama ia impikan. Tetapi malah kakaknya duluan yang mendapatkan kesempatan ke sana. "Ya nanti elo tinggal minta ke Arjuna. Gampang, kan?" Ryo mengerlingkan matanya pada Reni, membuat anak bungsu itu semakin kesal dan menginjak kaki Ryo. "Aww! Dih, awas ya lo!!" pekik Ryo saat Reni berlalu meninggalkannya. Reni memilih untuk mengunci diri di dalam kamar. Ia benar-benar kesal bukan main