Hari ini, Reni sangat-sangat bahagia. Ia bisa menikmati waktu liburnya bersama dengan Arjuna, tunangannya. Meskipun kadang ia tak percaya bahwa ia sudah berstatus sebagai tunangan orang, tetapi ia tidak punya pilihan untuk mundur. Tinggal menjalani semuanya menurut garis takdir semesta. "Oh iya, proyek kamu yang di Semarang itu jadi dimulai kapan?" tanya Reni sembari memakan basrengnya yang mereka beli di street food tadi. Arjuna berjalan di depan Reni. Malam ini ia menuruti keinginan Reni untuk datang ke pasar malam yang kata Reni adalah night street food. Entahlah apa itu sebutannya, yang Arjuna lihat memang semua pedagangnya menjajakan makanan. "Ini kemarin aku baru aja meeting dan ternyata udah dapet kontraktor besar. Sepertinya dua atau tiga minggu lagi." Arjuna berhenti di ujung jalan. "Dan proyek ini aku sendiri yang menangani, kamu nggak lupa itu kan?" Dengan bibir monyong-monyong karena kepedesan, Reni mengangguk. "Kamu pasti lama di sana, kan?" "T
Rendi sedang merebahkan diri di dalam kamarnya, ketika Andre, teman satu kosnya tiba-tiba saja masuk. "Weeiits! Ada jomblo layu niih!" pekiknya kemudian menghempaskan diri di sebelah Rendi. "Apaan sih lo? Dateng-dateng bukannya bawain makanan malah berisik!" ujar Rendi kesal. Ia sedang asyik bermain game online. Andre terkikik. "Sesama anak kos mana mungkin saling ngasih makanan? Yang ada ya dimakan sendiri-sendiri lah!" Rendi terbangun dari rebahannya saat game yang ia mainkan usai dan memberikan hasil kemenangan bagi timnya. "Ngapain lu? Tumben masih sore udah cari temen ghibah. Biasanya jam segini masih berduaan sampe kuping gue panas denger desahan kalian!" Andre sontak tertawa terpingkal-pingkal. "Jadi kedengeran sampe sini?" "Ya iya lah, beegooo!" Rendi menoyor kepala Andre yang semakin keras suara tawanya. "Ayang lagi datang bulan, jadinya nggak dikasih jatah deh!" "Ceilaah, kasian merana nggak dikasih jatah!" Rendi menatap Andre penuh ib
haalooo!!bagaimana keseruan cerita Reni dam Arjuna? apakah kalian tertarik? maaf yaa jika konfliknya masih kurang ekstrem.mohon maaf pembacaku, kali ini jadi mulai tidak konsisten update lagi. karena ada banyak hal yang harus kuurus. sebenarnya sangat ingin konsisten menulis dan up bab baru setiap harinya. tapi apalah daya, karena belum menjadi penulis full time, banyak hal yang harus dikerjakan kali ini.doakan saja teman-teman, semoga suatu saat bisa menjadi full time writer. aamiin, hehehesemoga kalian tetap dalam lindungan-Nya dan bahagia yaaa :)tetap baca cerita Reni dan Arjuna yaa :)salam hangat dariku, author yang tak pernah memberikan sapaan pada pada pembaca.Reya 🤍
Hari ini adalah hari keberangkatan Arjuna dan timnya ke Semarang. Reni mengambil cuti magang hari ini, demi bisa mengantar Arjuna ke bandara. Pagi-pagi ia sudah ribet sendiri di kamarnya membuat sang Mama masuk ke sana. "Cuma mau nganterin Arjuna ke bandara doang kenapa seribet ini sih, kamu?" Santi melihat berbagai alat make up berserakan di kasur Reni. Tidak hanya itu, juga ada banyak sekali printilan yang menurut Santi tidak berguna ada di sana. "Udah lama nggak dandan, Ma. Tapi Arjuna tadi malem minta Reni buat dandan. Kan jadinya ribet gini!" sahut Reni seraya memulas wajahnya dengan make up yang ia miliki. Meskipun jarang sekali memakai make up, tetapi Reni memiliki semua toolsnya dengan sangat lengkap. Toh, masa kadaluarsanya juga masih lama. Perempuan itu juga menyimpan dan merawatnya dengan baik sehingga tidak sampai ada jamur yang tumbuh di perlengkapan make upnya meskipun lama tidak dipakai. "Arjuna yang minta?" dahi Santi berkerut. "Kenapa minta?" R
Reni sudah tiba di lobi bandara. Ia sudah menelepon Arjuna sebelum sampai sini, bahwa mereka akan bertemu di lobi bandara. "Arjuna belum nyampe, Ren?" tanya Mamanya. Reni menggeleng. "Katanya sih bentar lagi nyampe, Ma. Kita tunggu bentar aja ya!" Tak lama kemudian, Arjuna datang. Ia membawa satu koper besar yang memuat seluruh pakaian dan juga dokumen yang dimilikinya. Ia tidak mau ribet membawa banyak tas jika kopernya bisa memuat semua barang yang ia butuhkan. "Selamat pagi, Om Tante!" sapa Arjuna seraya mencium tangan orang tua Reni. Begitu pula sebaliknya, Reni juga mencium tangan Wirawan dan Andini yang kemudian ia ditarik ke dalam pelukan Andini. "Kamu makin lama makin cantik aja! Perawatannya pake apa?" bisik Andini kepada Reni. "Cuma skin care rutin aja sih, Te. Tapi emang makin kompleks skin carenya, hihihi." Keduanya asyik tertawa bersama sampai suara Arjuna menginterupsi. "Om, Tante, saya mau pamit ke Semarang selama kira-kira tiga sampa
Pesawat yang ditumpangi Arjuna sudah take off beberapa waktu yang lalu. Ia memilih untuk menghabiskan waktunya selama di pesawat dengan mempelajari kembali skema gambarnya. Ia tidak ingin sampai salah memahami konsepnya sendiri yang sudah disetujui oleh Satria. Tiba-tiba seseorang duduk di sebelahnya membuat Arjuna yang mengenakan headset merasa terusik. Akhirnya Arjuna menoleh dan mendapati Sandra ada di sebelahnya. "Kamu ngapain?!" tanya Arjuna penuh keterkejutan. Ia bingung kenapa Sandra bisa satu pesawat dengannya. "Loh, kan aku salah satu investor di proyeknya Satria. Emangnya kamu nggak baca surat perjanjiannya kemarin itu?" Arjuna mencoba mengingat-ingat. Sepertinya karena terlalu girang mendapat kabar bahwa proyeknya mendapatkan investor besar, Arjuna sampai tidak teliti membaca dokumennya. "Kenapa kamu mau jadi investor di proyek ini?" Sandra tersenyum tipis. "Ya nggak apa-apa. Aku cuma mau mengembangkan uang yang aku punya biar nggak mandek di sit
Reni baru saja tiba di rumah ketika ia melihat motor milik Rendi terparkir di halaman. Perempuan itu bergegas masuk ke dalam rumah dan benar saja, ia melihat Rendi sedang asyik mengobrol dengan Papanya. "Nah, itu Reni dateng!" seru Santi yang membawa nampan berisi cemilan. "Kamu udah ditungguin dari tadi loh sama Rendi." Reni memutar bola matanya. Ibundanya ini memang paling bisa menggoda dirinya agar salah tingkah. "Reni bersih diri dulu." Reni menoleh ke arah pria yang juga sedang menatapnya. "Aku tinggal bentar nggak apa-apa kan, Ren?" "It's okay!" jawab Rendi seraya tersenyum. Perempuan itu segera bergegas naik ke kamarnya. Sebenarnya ia sungkan juga jika harus menyuruh Rendi menunggunya. Tetapi, badannya serasa lengket setelah seharian berjalan-jalan bersama Nadya. Ia memilih untuk mandi dengan cepat. Mengenakan skin care yang lebih sederhana agar bisa segera kembali ke ruang tamu. "Duh, udah ditungguin malah perawatan dulu!" seru Santi dari ruang teng
Pagi-pagi sekali Reni sudah nangkring di depan rumah. Ia sengaja bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapannya sendiri. Ia ingin memasak nasi goreng pedas sesuai dengan pesanan Rendi kemarin. Lelaki itu bilang, nasi goreng pedas tempo hari yang Reni berikan rasanya enak. Karena tersanjung, akhirnya ia memasaknya. "Nungguin Mas Rendi ya, Non?" seru Mang Ujang yang baru selesai mencuci mobil Mamanya karena semalam pulang kehujanan. Reni mengangguk. "Iya nih, Mang. Mau berangkat magang. Mamang udah sarapan belum?" "Cuma tadi makan gorengan sama minum kopi aja, Non. Sarapannya mah masih nanti jam sembilan!" "Reni habis bikin nasi goreng pedes kalo mamang suka. Nanti minta ke Si Mbok aja. Tadi udah Reni sisihin kok!" Mata Mang Ujang berbinar-binar. Ia merasa senang disisihkan masakan seperti itu, bukan diberi makanan sisa seperti di majikannya dulu. "Beneran, Non?" Reni mengangguk seraya tersenyum. Kemarin ketika pulang, Rendi memberinya banyak sekali nasihat me